Metroterkini.com - Sekira 1,6 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna ditarik dari peredaran di Jepang setelah bahan asing ditemukan di dalam beberapa botol vaksin tersebut. Investigasi telah diluncurkan atas insiden tersebut.
Pada Kamis (26/8/2021) Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa mereka telah menarik dosis yang diproduksi di jalur produksi yang sama setelah berkonsultasi dengan pembuat obat Takeda, yang bertanggung jawab atas penjualan dan distribusi vaksin di Jepang.
Takeda meminta Moderna untuk segera melakukan investigasi setelah ditemukan zat asing di 39 vial yang tidak terpakai. Bahan yang dimaksud diyakini berukuran beberapa milimeter, meskipun elemennya belum ditentukan, demikian dilaporkan media Jepang mengutip Takeda dan kementerian.
Dalam sebuah pernyataan kepada media, Moderna mengonfirmasi temuan tersebut dan mengatakan sedang menyelidiki kasus tersebut.
“Sampai saat ini, tidak ada masalah keamanan atau kemanjuran yang telah diidentifikasi,” kata perusahaan yang berbasis di AS, menambahkan bahwa sejauh ini tidak dapat mengomentari bagaimana tepatnya beberapa botolnya terkontaminasi,” demikian isi pernyataan tersebut sebagaimana dilansir RT.
Kementerian Kesehatan mengatakan pihaknya yakin risikonya tidak signifikan, tetapi melihat penangguhan itu sebagai tindakan peringatan, menurut Kyodo News.
Kehadiran bahan asing dikonfirmasi sejak 16 Agustus di delapan lokasi vaksinasi di prefektur Tokyo, Ibaraki, Saitama, Gifu, dan Aichi. Takeda memberi tahu kementerian tentang masalah ini pada hari Rabu.
Kementerian melaporkan bahwa dosis tersebut berasal dari sebuah pabrik di Spanyol dan telah dikirim ke 863 lokasi vaksinasi di seluruh Jepang. Pejabat akan memperingatkan setiap lokasi, dan juga mengungkapkan tiga nomor lot produksi – 3004667, 3004734, dan 3004956 – sehingga orang dapat memeriksa apakah mereka menerima dosis yang berpotensi terkontaminasi.
Jepang menyetujui penggunaan darurat vaksin Moderna pada Mei, dan lebih dari 10 juta dosis telah diberikan sejauh ini, ketika negara itu bergulat dengan lonjakan kasus Covid-19.
Menanggapi kenaikan tersebut, Jepang memperpanjang keadaan daruratnya hingga 12 September di 13 prefektur. Secara keseluruhan, 47 prefektur berada di bawah beberapa bentuk perintah darurat. Sekitar 40% dari populasi divaksinasi penuh, menurut Japan Times. [**]