5 Tradisi Peringatan 1 Suro di Jawa, Ada Sedekah Laut

Senin, 09 Agustus 2021 | 22:52:43 WIB

Metroterkini.com – Tahun ini, Tahun Baru Jawa dan Tahun Baru Islam jatuh pada tanggal 10 Agustus 2021. Akulturasi dengan budaya daerah menciptakan tradisi unik di sejumlah daerah untuk merayakan pergantian tahun tersebut. Selain itu, muncul juga penyebutan lain terkait pergantian tahun tersebut di kalangan masyarakat Jawa tradisional di sekitaran Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur yakni Satu Suro.

Masyarakat Jawa tradisional memaknai Satu Suro dengan penghayatan, prihatin, religius, dan penuh meditasi. Penyambutan pergantian tahun ini juga dipersiapkan dengan matang, baik secara individu maupun kelompok.

Orang-orang kerap melakukan puasa mutih, mandi di tengah malam, meditasi, ziarah ke makam atau petilasan, jalan kaki sepanjang malam, atau mengelilingi tembok keraton. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut lima tradisi peringatan Satu Suro yang dilakukan masyarakat Jawa saat malam Satu Suro, Senin (9/8/2021).

1. Jamasan pusaka

Tradisi jamasan pusaka, atau mencuci benda pusaka, merupakan salah satu kegiatan yang identik dilakukan pada bulan Suro.  Senin, ritual satu suro ini masih dilakukan pihak keraton, seperti Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, dan Pura Mangkunegaran. Ritual ini dikatakan memiliki makna tersendiri, yakni agar seseorang dapat membersihkan dirinya dalam menyambut masa yang akan datang.

Maksud dan tujuan dari jamasan pusaka yakni untuk mendapat keselamatan, perlindungan, dan ketentraman. Sekretaris Tepas Museum Keraton Yogyakarta RA Siti Amieroel N mengatakan pada Kamis (20/8/2020), ritual ini tidak bisa dilihat oleh masyarakat umum karena dilakukan secara tertutup oleh pihak keraton.

Upacara jamasan pusaka umumnya dilakukan secara bertahap dan dimulai dengan pengambilan pusaka dari tempat penyimpanannya, tirakatan atau semedi, arak-arakan, dan tahap pemandian. Benda-benda pusaka termasuk keris dan tombak dipercaya sebagian masyarakat Jawa memiliki kekuatan ghaib yang akan mendatangkan berkah bila dirawat dengan baik.

Saat tradisi ini dilakukan, kerbau bule dan benda pusaka lain milik keraton akan dikeluarkan. Biasanya, prosesi kirab akan dimulai menjelang tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB.

Selanjutnya kirab akan mengarah ke timur melewati Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi, dan bunderan Gladag sebelum kembali menuju keraton. Selama Kirab Suro berlangsung, ratusan orang akan berkumpul untuk menunggu kerbau milik keraton melintas. Lalu, mereka akan berebut sesaji.

3. Sedekah laut

Warga di sekitar Pantai Baron dan Pantai Kukup, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta kerap melakukan tradisi sedekah laut saat Bulan Suro tiba. Mengutip Kompas.com, Senin (10/9/2018), tradisi akan dimulai dengan kenduri dan diikuti warga yang mencari rezeki di sekitar pantai.

Usai kegiatan tersebut, makanan dan gunungan yang berisi hasil bumi akan dibawa warga yang menggunakan pakaian tradisional untuk dilarung di lautan. Setibanya di tepi pantai, sesepuh atau orang yang dituakan oleh warga setempat akan membuka ritual sedekah laut dengan doa.

Tradisi yang dilangsungkan setiap pergantian tahun baru hijriah ini dilakukan sebagai sarana perenungan dan instropeksi warga atas berbagai hal yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

4. Tapa bisu Abdi

Dalem Pariwisata dan Museum Pura Mangkunegaran Joko Pramudya mengatakan, salah satu ritual yang ada dalam perayaan satu suro adalah tapa bisu. Dia menuturkan, hal tersebut dilakukan seluruh peserta Kirab Pusakadalem Pura Mangkunegaran saat malam satu suro.

“Seluruh peserta tidak boleh melakukan pembicaraan atau disebut dengan tapa bisu, yang bermakna sebagai pencegahan untuk pengendalian atau mengontrol pembicaraan,” jelasnya, Senin (9/8/2021).

Dalam melakukan tapa bisu, orang-orang yang melakukan Kirab Pusaka akan menjaga pembicaraan yang berawal dari mulut agar tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.

Selain Pura Mangkunegaran, Keraton Yogyakarta pun memiliki ritual tapa bisu yag dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi Benteng Keraton Yogyakarta pada malam satu suro tanpa berbicara.

5. Pawai obor

Pawai obor merupakan salah satu tradisi satu suro yang diikuti oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Mulai dari anak-anak hinga sesepuh di tempat tradisi itu berlangsung.

Dalam ritual ini, orang-orang akan berjalan mengelilingi lingkungan tempat mereka tinggal sambil membawa obor. Biasanya, pawai obor dilakukan usai shalat Isya. Masyarakat yang berpartisipasi ini akan berkumpul di lapangan sebelum memulai pawai. Ramainya tradisi ini biasanya akan menarik perhatian warga untuk menonton dari pinggir jalan. [**]
 

Terkini