Corona Varian Delta Disebut Punya Gejala Berbeda

Sabtu, 19 Juni 2021 | 00:00:38 WIB

Metroterkini.com - Virus corona B.1.617.2 atau varian delta yang awalnya ditemukan di India kini mulai menyebar ke seluruh dunia dan menjadi strain dominan di beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat. Varian ini juga sudah ditemukan di Indonesia. 

Pada hari Rabu (16/6/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Covid-19 varian delta telah terdeteksi di lebih dari 80 negara dan terus bermutasi saat menyebar. Penelitian telah menunjukkan bahwa varian ini lebih menular daripada varian lainnya. 

Menurut para ilmuwan, data menunjukkan varian delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian alpha yang sebelumnya ditemukan di Inggris. 

Membuat mereka yang terinfeksi varian ini lebih mungkin dirawat inap, seperti yang terlihat di beberapa negara termasuk Inggris. Tak hanya itu, gejala yang ditimbulkan oleh varian delta ini disebut memiliki perbedaan dengan gejala dari virus SARS-CoV-2 lain yang kita ketahui. 

Selama pandemi, otoritas kesehatan di seluruh dunia sering mengingatkan bahwa beberapa gejala utama Covid-19 adalah demam, batuk terus-menerus, serta kehilangan rasa atau penciuman. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) kemudian memperbarui daftar gejala antara lain kelelahan, nyeri otot, diare, dan sebagainya. Namun, para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa varian delta tampaknya menimbulkan berbagai gejala yang berbeda. 

Seorang profesor epidemiologi genetik dari King's College London, Tim Spector kemudian menggagas studi ZOE Covid Symptom yang berbasis di Inggris. 

Studi tersebut memungkinkan masyarakat untuk memasukkan gejala Covid-19 mereka pada sebuah aplikasi agar para peneliti dapat menganalisanya. "Kami melihat gejala teratas dari pengguna aplikasi sejak awal Mei dan kebanyakan gejala tidak sama seperti sebelumnya," kata Spector. "Gejala utamanya adalah sakit kepala, yang diikuti dengan sakit tenggorokan, pilek, dan demam." 

Menurutnya, gejala Covid-19 yang sebelumnya dianggap sering terjadi seperti batuk dan kehilangan penciuman justru lebih jarang terjadi pada orang yang terinfeksi varian delta. Sementara pada pasien yang lebih muda, gejala Covid-19 yang paling dominan adalah pilek atau perasaan tidak enak badan. 

Varian delta sedang menjadi perhatian di seluruh dunia karena varian ini dapat dengan mudah menyebar dan menyebabkan kasus yang lebih parah jika dibandingkan dengan varian lain, termasuk varian B.1.1.7 (alpha). 

Mantan komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Dr Scott Gottlieb mengatakan bahwa varian delta kemungkinan akan menjadi strain dominan di AS dan dapat meningkatkan epidemi baru selama musim gugur. 

Sementara itu, di Inggris, kasus Covid-19 varian delta melonjak terutama di kalangan anak muda, khususnya yang tidak divaksinasi, sehingga menyebabkan peningkatan rawat inap pada kelompok tersebut. 

Penyebaran varian delta juga mendorong pemerintah Inggris untuk menunda pelonggaran pembatasan Covid-19. Diharapkan program vaksinasi Covid-19 yang sedang berlangsung dapat menghentikan penyebaran varian delta dan melindungi lebih banyak kalangan anak muda serta masyarakat secara keseluruhan. Vaksin yang saat ini ada diharapkan masih mampu melawan varian tersebut. [**]
 

Terkini