Sebuah Catatan : Jejak islam di Tanah Indragiri

Selasa, 25 Mei 2021 | 13:10:10 WIB

Metroterkini.com - Masjid memang merupakan setral  perjuangan bagi umat Islam dalam menyiarkan agama. Dengan demikian, masjid selalu menyimpan sejarah masa lampau. Begitu pula dengan Masjid Raya Rengat Inhu Riau. Masjid yang didirikan oleh Sultan Salehuddin Keramatsyah hingga kini sudah berusia 203 tahun.

Sultan Salehuddin merupakan sultan Kerajaan Indragiri yang ke- 16. Sebelum naik takhta, ia bemama Raja Hasan yang mulai berkuasa tahun 1735. Oleh karena Sultan Salehuddin dikenal seorang yang taat beragama, setelah meninggal oleh masyarakat dikeramatkan sehingga namanya menjadi Sultan Salehuddin Keramatsyah.

Raja Irwansyah yang merupakan kerabat kesultanan Indragiri menuturkan, "Sultan Salehuddin mempunyai tiga orang anak. Anak tertua mendapat gelar Raja Kecik Besar Mambang. Ketaatannya dalam beragama seperti ayahnya. Karena itu, ia ingin mengembangkan agama Islam sampai di Daik (sekarang daerah kepulauan Riau). Oleh sebab itu pula, saat ia menjadi sultan di Kerajaan Indragiri, hanya beberapa tahun saja. Ia lebih senang menjadi penyebar agama Islam daripada menjadi raja, sehingga ia menyerahkan mahkota kerajaan kepada adiknya, Raja Ibrahim, yang waktu itu menjabat Panglima Kerajaan Indragiri. Setelah ia memegang tampuk pimpinan Kerajaan Indragiri, namanya menjadi Sultan Ibrahim".

Begitu Sultan Ibrahim menjadi pimpinan tertinggi di Kerajaan indragiri, dia mulai membangun istana yang terletak di daerah Rengat  yang kemudian dijadikan ibu kota Kerajaan Indragiri. Maka, mulailah dia mendirikan surau. Saat itu yang menjadi guru dan penyebar agama  adalah Sayed Putih Al-Idrus. Pada tahun 1787 M, surau tersebut dirombak menjadi sebuah masjid. Setelah Sultan wafat, ia dimakamkan didepan masjid buatannya. Ketika Kerajaan Indragiri berhadapan dengan penjajah Belanda, masjid ini pun sering dijadikan tempat dalam menyusun kekuatan untuk mengusir Belanda," Kata Raja irwansyah.

Raja Irwansyah mengatakan ,"Sejak masjid ini berdiri tahun 1787 M hingga 1987, sudah empat kali mengalami perombakan. Masjid yang berukuran 28 m x 27 m, mulanya terbuat dari kayu, kini bangunannya sudah permanen dengan model bangunan nan klasik. Tetapi tetap mempertahankan  bentuk aslinya ,"katanya.

Berada di sebelah barat masjid, tepatnya di belakang mihrab terdapat 3 buah makam, yaitu Makam Sultan Ibrahim, Makam Sultan Mahmud, 
dan Makam Sultan Isa Mudayatsyah. Posisi ketiga makam tersebut secara berurutan berjajar dari barat ke timur. 

Kata Raja Irwansyah lagi, Nisan makam Sultan Isya Mudayatsyah berbentuk nisan tipe Riau. Bahan nisan terbuat dari batuan andesit halus. Dimana pada nisan bagian kepala terdapat tulisan berhuruf Arab Melayu dengan bingkai berbentuk lingkaran. Nisan makam Sultan Ibrahim juga berbentuk 
nisan type Riau yang terbuat dari bahan batuan andesit halus.

Pada nisan bagian kepala juga terdapat inskripsi berhuruf Arab Melayu, di dalamnya tertulis angka tahun 1338 dan 1919. Kemudian pada 
sebelah atas di bagian tengah-tengah inskripsi tersebut terdapat hiasan bulan bintang. Adapun nisan makam Sultan Mahmudsyah 
berbentuk nisan persegi empat dengan ujung bagian atasnya meruncing. [alkasmiyandri]

Terkini