Filipina Temukan Bangunan Ilegal di Laut China Selatan

Kamis, 01 April 2021 | 20:11:24 WIB

Metroterkini.com - Militer Filipina mendeteksi sejumlah struktur bangunan ilegal di pulau karang Union Banks yang ada di gugusan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang menjadi sengketa. Struktur ilegal buatan manusia itu dilaporkan berada di dekat area di mana ratusan kapal China terdeteksi pada bulan lalu.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (1/4/2021), Panglima Militer Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, menyebut struktur ilegal itu berada di
lokasi tidak jauh dari kepulauan dan fitur yang diklaim oleh Filipina di dalam Zona Ekonomi Eksklusifnya (ZEE).

Sobejana tidak menyebut lebih lanjut soal negara mana yang diyakini membangun struktur itu atau konstruksinya.

Disebutkan bahwa struktur itu ditemukan pada 30 Maret lalu, saat salah satu penerbangan patroli maritim militer Filipina mengudara di atas Laut China Selatan. Patroli itu bertujuan memantau secara saksama aktivitas kapal-kapal China yang diyakini diawaki oleh milisi.

"Konstruksi ini dan aktivitas lainnya, ekonomi atau lainnya, merugikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan wilayah perairan kita," ucap Sobejana.

"Upaya kita untuk secara patuh menjalankan amanat untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional kita di kawasan itu terus berjalan tanpa
hambatan," tegasnya.

Gugusan kepulauan dan karang Spratlys menjadi salah satu dari fitur yang banyak disengketakan, dengan Vietnam, China, Taiwan, Filipina, dan Malaysia menempatkan struktur, komunitas kecil dan pulau buatan di sana untuk menegakkan klaim wilayah mereka.

Rekaman video yang dibagikan militer Filipina menunjukkan ratusan kapal tersebar di sekitar karang Hughes, Gaven dan Whitsun, dengan beberapa
ditambatkan dalam kelompok sebanyak tujuh kapal secara berdampingan.

Pernyataan Sobejana ini disampaikan saat militer dan diplomat Filipina secara terbuka menantang aktivitas maritim China.

Pada Rabu (31/3) waktu setempat, penasihat keamanan nasional Filipina dan Amerika Serikat (AS) membahas kekhawatiran soal aktivitas China di Laut China Selatan via telepon. [**]
 

Terkini