Metroterkini.com - Ikatan Cendekiawan Senior Arab Saudi menyebut gerakan Ikhwanul Muslimin sebagai teroris. Namun, Ikhwanul Muslimin membantah. Mereka menyebut organisasinya mengusung ideologi reformis yang mengadvokasi Islam dan bukan terorisme.
Dilansir media Middle East Monitor, Kamis (12/11/2020), Ikatan Cendekiawan Senior Arab Saudi menyebut Ikhwanul Muslimin sebagai terorisme.
Mereka mengikuti jejak Kementerian Dalam Negeri Saudi, yang mengambil langkah serupa pada Maret 2014.
"Ikhwanul Muslimin adalah kelompok teroris yang tidak mewakili pendekatan Islam. Ini adalah organisasi sesat yang tidak menaati penguasa yang sah, memicu perselisihan, menyembunyikan perbuatan kotor di bawah kedok agama, dan mempraktikkan kekerasan dan terorisme," ujar para cendekiawan itu dalam penyataannya.
"Mereka tidak menunjukkan ketertarikan untuk mengikuti ajaran Islam atau Sunnah dan hadis, tetapi lebih bertujuan untuk mencapai kekuasaan," lanjut mereka.
Ikhwanul Muslim pun memberi tanggapan. Mereka mengklaim bahwa ideologi organisasi itu jauh dari kekerasan.
"Persaudaraan, yang didirikan pada tahun 1928 di Mesir, jauh dari tindakan kekerasan, terorisme dan penyebaran perpecahan di antara komponen bangsa," kata Juru Bicara Ikhwanul Muslimin, Talaat Fahmy.
Fahmy menambahkan bahwa "Ikhwanul Muslimin telah, sejak didirikan, menjadi kelompok advokasi reformis yang menyerukan untuk menaati Allah melalui berbagai nasihat yang bijaksana dan saleh tanpa berlebihan atau kelalaian."
Fahmy menunjukkan bahwa persaudaraan tersebut menyangkal semua tuduhan Ikatan Cendekiawan Senior Saudi, dengan menekankan bahwa: "Pendekatan kelompok didasarkan pada Al-Qur'an dan sahih hadits otentik tanpa berlebihan atau ekstremisme, dan sejarahnya membuktikan hal itu."
"Kelompok yang sama sekali jauh dari tindak kekerasan dan terorisme, selalu menjadi korban kekerasan dan teror kediktatoran," tegas Fahmy.
Fahmy lantas mengutip pandangan ulama terkemuka Saudi tentang kegiatan Ikhwanul Muslimin, yakni Abdul Aziz Ibn Baz, Abdullah Ibn Jibreen dan Safar Al-Hawali, serta Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Ifta.
"Semua ulama itu mengatakan bahwa persaudaraan ini adalah salah satu kelompok yang paling dekat dengan kebenaran, di antara Ahlu Sunnah Wal Jama dan sekte yang mencapai keselamatan, dan membuktikan bahwa kelompok itu moderat dan bermaksud untuk mereformasi dan mendukung ajaran Islam," tandas Fahmy. [**]