Syamsulrizal: Kampung Kaligrafi di Hamparan Kebun Nenas

Ahad, 05 Juli 2020 | 23:44:44 WIB

Metroterkini.com - Sewaktu masih berada dalam wilayah Kabupaten Bengkalis, sebuah kampung bernama Tanjung Kuras di Kecamatan Sungai Apit, masuk dalam kategori kampung tertinggal. Termasuk di dalamnya daerah kecil Tanjung Layang, yang merupakan dusun paling ujung dari kampung  yang hanya memiliki akses jalan setapak, yang kala musim hujan, membuat kesulitan bagi warga melewatinya.

Tapi  itu masa lampau, pasca pemekaran dari Kabupaten Bengkalis pada 1999 terbentuklah daerah otonomi bernama Kabupaten Siak, dan Sungai Apit salah satu kecamatannya. Tanjung Kuras secara perlahan ikut terimbas. Bila dulu bersepeda saja susah, sekarang mobil sudah bisa sampai ke Tanjung Layang, dusun paling ujung.

"Kini, Kampung Tanjung Kuras sudah  dikenal sebagai Kampung Kaligrafi, karena hampir tiap pelaksanaan MTQ, juaranya berasal dari kampung ini. Selain itu, kampung ini juga identik dengan nenas, karena beratus hektar kebun nenas terhampar di kampung ini. Bahkan, nenas Tanjung Kuras pemasarannya sudah merata ke setiap Daerah di Indonesia," ungkap Syamsurizal, putra asli Sungai Apit yang saat ini duduk sebagai angggota DPRD Siak dari Partai Demokrat.

"Saya merasa sangat  bersyukur, setelah 10 tahun Kabupaten Siak berdiri atau tepatnya pada 2009, saya mendapat kepercayaan dan amanah dari masyarakat sebagai anggota DPRD Kabupaten Siak. Setelah masuk tiga priode saya di legislatif, Tanjung Kuras salah satu kampung yang selalu menjadi perhatian saya selama ini," ungkapnya, kepada metroterkini.com, Minggu ( 5/7/2020)

Pria yang akrab disapa Budi ini mengaku sejak awal dirinya duduk di DPRD Siak, pembangunan jalan ke kampung ini betul-betul dikawal. Pada 2009, masuk di APBD Siak untuk jalan desa Tanjung Kuras sepanjang 1 KM. "Alhamdulillah, pada APBD 2010 tersambung lagi 2 KM".

"Semasa pak Syamsuar masih Bupati Siak, terjadi musibah angin puting beliung. Hikmah di balik musibah itu, Pak Syamsuar  'turun' ke Tanjung Layang, dan melihat dan merasakan sendiri kondisi jalan ke dusun paling ujung tersebut. Kemudian, secara bertahap jalan ke Tanjung Layang sudah bisa ditempuh menggunakan mobil," ungkap Budi.

Tambahnya, secara bertahap masalah infrastruktur jalan terus bertambah, masyarakat  Tanjung Layang tinggal menunggu kehadiran listrik PLN masuk kampung. "Alhamdulillah, pada 2019, saya bersama bapak Aris Penghulu Tanjung Kuras, sama-sama mendobrak ke PLN Riau-Kepri, hingga jaringan PLN sampai ke Tanjung Layang. Ikhtiar ini juga tidak lepas dari sokongan dan tekanan dari anggota Komisi VII DPRI (yang membawahi BUMN) dari Partai Demokrat yaitu bapak Sayed Abubakar Assegaf".

Menurutnya, Kampung Tanjung Kuras kini kian dilirik. "Saya selaku anggota DPRD Kabuaten Siak dan sakaligus Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Siak, berupaya membangun komitmen atas Dapil yang saya wakili. Untuk Kampung Tanjung Kuras, dalam pandangan saya, ada beberapa yang patut menjadi prioritas".

Prioritas pertama, menjadikan Tanjung Kuras sebagai Kampung Kaligrafi. Untuk itu, perlu difikirkan faktor penunjang, seperti sanggar atau rumah kaligrafi.

Kedua; industri kecil atau home industri dalam upaya meningkatkan harga jual nenas yang kini menjadi primadona di Tanjung Kuras.

Ketiga; kajian sejarah dan perlunya dibangun semacam monumen perjuangan rakyat Siak di kawasan benteng pertahanan yang di Tanjung Layang.

Selain itu, perlu juga kajian kaitan cerita masyarakat dengan peristiwa Perang Guntung pada abad 17, semasa Kerajaan Siak Sri Indrapura. Hal ini erat kaitannya dengan pembangunan prasasti atau monumen di Selat Guntung yang letaknya berhampiran dengan Tanjung Layang.

Keempat; menurut Budi perlu perhatian serius pengembangan wisata Pantai Beting yang berada di Tanjung Layang. Pengembangan wisata ini, selain sebagai upaya menggali PAD juga bisa menjadi ikon baru kawasan wisata di Kabupaten Siak. [ibrahim]

Terkini