Pasca Covid-19 Dunia Berkembang ke Masa Depan Tak Terduga

Jumat, 19 Juni 2020 | 00:26:12 WIB
Ilustrasi

Metroterkini.com - Jika nasionalisme berhasil menjadi tren global baru di era pasca-COVID-19, biaya pembangunan jangka panjang untuk negara-negara sedang dan kecil di bidang pelayanan kesehatan, ekonomi dan politik akan sangat tinggi

"America First" adalah karakteristik paling jelas dalam gelombang nasionalisme global  

Meskipun seluruh dunia telah terbiasa dengan perubahan administrasi Trump, - AS negara adikuasa di dunia - masih memegang teguh doktrin "America First" dalam pandemi Virus Corona, yang di mana sepenuhnya salah. Politisi terkenal Amerika Henry Alfred Kissinger dengan jelas menunjukkan bahwa kemakmuran global didasarkan pada perdagangan global dan mobilitas global.

Beberapa waktu lalu, sekutu AS membayar banyak untuk doktrin "America First" administrasi Trump. Mantan perwira militer aktif Amerika Serikat, Raphael S. Cohen memperingatkan bahwa dikarenakan perilaku Trump yang tidak dapat diandalkan, sekutu AS mungkin mengalami perubahan besar Pasca COVID-19, khususnya menyangkut penggunaan kekuatan. 

Cohen juga mengatakan bahwa ekonomi negara-negara barat sangat terpukul selama beberapa tahun terakhir, “Pada akhir Perang Dingin, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Eropa dan Asianya menyumbang lebih dari tiga perempat dari produk domestik bruto global. Bahkan sebelum COVID-19, angka tersebut telah turun di bawah 60 persen dan diproyeksikan akan turun di bawah 50 persen pada tahun 2030. Sebagian besar pertumbuhan terbesar terdapat di Tiongkok, sedangkan penurunan relatif besar ada di Eropa dan Jepang".

Ke depannya, negara-negara berkembang mungkin akan menghadapi masalah jika Amerika Serikat memaksa dunia untuk melangkah ke dalam deglobalisasi. Bagaimanapun, Amerika Serikat terbiasa mengabaikan kepentingan pasangan yang berhubungan erat dengannya. Maka dari itu, kita tidak bisa dengan naif bermimpi diperlakukan dengan baik oleh Amerika Serikat yang ahli dalam mengkhianati orang lain.

Tatanan internasional "America First" semakin meningkatkan resiko multidimensi bagi negara berkembang

Pelayanan Kesehatan: 

Presiden Amerika Serikat Trump telah mengumumkan bahwa dia akan mengakhiri hubungan negara itu dengan Organisasi Kesehatan Dunia. Akibatnya, hal ini akan meningkatkan lebih banyak ketidakpastian bagi negara-negara sedang dan kecil yang berjuang untuk melawan virus dalam waktu singkat. Hal tersebut akan secara langsung menyusutkan alat bantu pelayanan kesehatan yang akan membuat situasi layanan kesehatan di dunia ketiga kian memburuk. 

"Kita semua tahu bahwa kita kekurangan SDM Kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan kita sangat lemah. Akan sulit bagi kita untuk mendapatkan bantuan medis dan vaksin yang cukup, jika semua negara kuat membangun tembok untuk dunia ketiga". 

Selain itu, tatanan internasional “America First” akan membuat semua pil, vaksin, dan APD yang menyelamatkan jiwa menjadi sebuah “tawar-menawar”. Faktanya adalah semakin dunia memasuki nasionalisme, semakin banyak negara kuat akan menghabiskan biaya untuk reformasi pelayanan kesehatan dan pemulihan ekonomi mereka sendiri.

Ekonomi: 

Karena masalah keamanan, negara-negara barat memutuskan untuk mengubah rantai pasokan medis mereka dari Tiongkok ke negara yang kurang berkembang. Gubernur Jawa Tengah mengatakan Amerika Serikat sedang mencoba untuk memindahkan industri farmasi mereka dari Tiongkok ke Indonesia dan Presiden Joko Widodo telah meminta Jawa Tengah untuk menemukan tempat yang tepat untuk perpindahan tersebut. 

Namun para pakar komersial Indonesia menunjukkan bahwa undang-undang dan kebijakan setempat dapat menghambat investasi asing. Itu menunjukkan bahwa pemindahan rantai pasokan dari negara barat tidak hanya peluang besar bagi kita, tetapi juga ancaman. 

Pertama-tama, kita dapat melihat bahwa jika ingin menjadikan diri kita menjadi tempat yang lebih baik sebagai pabrik dunia, kita harus melakukan perubahan besar dalam kebijakan domestik untuk memenuhi kebutuhan Amerika Serikat. Kedua, perubahan domestik akan sangat menyakitkan. Kita semua tahu bahwa Amerika Serikat sangat pandai dalam menggunakan hukum sebagai alat untuk memberikan sanksi kepada orang lain. 

Administrasi Trump mungkin "mengeksploitasi" kita jika kita tidak mampu membuat mereka puas. Lagi pula, sekarang Amerika Serikat sedang menghadapi banyak tantangan, termasuk pemilihan presiden tahun 2020, Virus Corona dan kerusuhan nasional. Amerika Serikat akan menempatkan dirinya terlebih dahulu baik sekarang atau pun nanti. Oleh karena itu, kita sebaiknya belajar dari pengalaman Tiongkok, Jepang dan negara berkembang lain, bagaimana menghadapi "ajakan damai" dari negara barat.

Politik: 

Kelemahan institusi politik Amerika Serikat telah sepenuhnya terungkap selama pandemi COVID-19. Jika dunia mengikuti nasionalisme Amerika Serikat, kita negara-negara berkembang harus berpikir dua kali tentang arah reformasi lembaga-lembaga politik kita. Kita perlu berusaha keras untuk menghindari situasi yang sedang dihadapi Amerika Serikat sekarang. Kami tidak mampu menanggung bencana kerusuhan nasional.

Sejujurnya, tatanan dunia nasionalisme meninggalkan lebih sedikit peluang dan kenyamanan bagi kita. Saat ini, kita harus tenang di bawah dinamika geopolitik yang sengit dan menjelajahi cara yang paling tepat untuk masa depan kita. Belajar dari pengalaman Tiongkok, Korea Selatan dan negara lainnya yang berhasil mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan benar-benar berkonsentrasi pada pemulihan pandemi mungkin merupakan pilihan yang baik. [***]
 

Terkini