Madrasah Al-Shaulatiyah, Tempat Tuan Guru Reteh Menuntut ilmu

Selasa, 19 Mei 2020 | 21:32:44 WIB
Foto kenangan madrasah Al-Shaulatiyah sebelum di runtuhkan oleh pemerintah Arab Saudi

Metroterkini.com - Madrasah Al-Shaulatiyah merupakan salah satu madrasah legendaris di tanah suci Makkah yang didirikan oleh seorang Ulama besar imigran India, Syekh Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi.

Nama tersebut diambil dari nama seorang perempuan dermawan asal India, Begum Shaulatun Nisa, yang telah menjadi donatur tunggal pembangunan madrasah tersebut.

Madrasah Al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama yg didirikan pada tahun 1292 H di Kerajaan Arab Saudi dan ia juga merupakan madrasah swasta pertama yg didirikan di negeri tersebut, sehingga gaungnya menggema ke seluruh dunia.

Madrasah ini telah menghasilkan Ulama-ulama besar dunia, termasuk dari Nusantara, sehingga dijuluki dg "mashnaurrijal" yg berarti "pabrik dan pencetak para ulama".

Salah satunya, Syekh Abdurrahman Ya'qub ( 1912-1970). 

Ulama Riau asal Indragiri Hilir. Ia luput dari pengetahuan masyarakat. Ulama besar yang telah memainkan peran penting sebagai pewaris Risalah al Nubuwah . lahir pada 12 Oktober 1912 didesa Sei Bangkar Reteh Indarigi Hilir Riau. Ia tidak begitu dikenal oleh sebagian masyarakat Riau. Dikarenakan hidup dan berkiprah di pelosok negeri , yaitu di sebuah perkampungan kecil di Reteh , sungai gergaji dan Pasar Kembang. Sehingga keberadaan ulama ini luput dari perhatian di kala itu. Syekh Abdurahman  merupakan ulama besar yang pernah belajar di Madrasah Shaulatiyah tetsebut dan beliau juga merupakan alumni Dar al ulum mekkah.

Shaulatiyah merupakan Madrasah Tradisional di tengah deru pembaruan pendidikan di Hijaz yang dibidani Kesultanan Utsmaniyah.

Madrasah ini , merupakan salah satu institusi pendidikan Islam yang cukup terkenal di Makkah di kalangan masyarakat India, Pakistan dan lain-lain termasuk juga komunitas Islam dari dunia Melayu pada saat itu.

Ketertarikan Syekh Abdurrahman Ya'qub menuntut ilmu pengetahuan di Madrasah ini. Salah satunya adalah , karena guru- gurunya diambil dari ulama-ulama yang mengajar di masjidil Haram.

Pendiri madrasah ini adalah salah seorang keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, yang lahir dan berasal dari Delhi, India, sehingga sering diasosiasikan dengan Muslimin Anak Benua India.

Murid terbanyak di madsarah ini justru dari Nusantara, 95% santri di Shaulatiyah berasal dari Indonesia.

Bagi masyarakat Melayu, selain mendapat pendidikan di Masjidil Haram banyak juga yang memasuki Madrasah Al-Shaulatiyah.

Madrasah Shaulatiyah adalah Madrasah Tradisional di abad ke-20 yang banyak beraviliasi dengan Madrasah Darul Ulum di Deoband, India.

Diantara alumni dan santrinya adalah K.H. Hasyim Asy’ary (pendiri Nahdlatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan Lombok-NTB) pernah belajar di Madrasah Shaulathiyah, demikian pula dengan Sayyid Muhsin al-Musawwa (pendiri Dar al-Ulum di Makkah). Dan termasuk juga Tuan Guru Reteh H. Abdurrahman Yaqub.Pendiri Nurul Wathan di Indragiri Hilir yang telah mendirikan beberapa madrasah di Enok , Reteh dan Pasar kembang.

Pada tahun 1345 H/1927 M, Syaikh Abdurrahman Ya'qub  pernah melanjutkan pendidikan ke Madrasah ash-Shaulatiyah ini, menimba ilmu disana selama kurang lebih 5 tahun. Dan kemudian ke Madrasah Dar al - Ulumu al - Diniyah.

Guru-guru beliau selama di Madrasah ash-Shaulatiyah adalah Syaikh Ali al- Maliki, Syaikh Hasan al-Masysyath dan Sayyid Muhsin bin al-Musawwa al- Palembani.

Selain itu, adapula ulama besar Syaikh Ismail Utsman Zain , seorang ulama asal Yaman yang menetap dan mengajar di Madrasah Saulatiyah, Makkah selama 23 tahun.  

Nama besar lainya yang berkaitan dengan madrasah ini adalah, adalah Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani, Syaikhul Islam Selangor, adalah seorang ulama yang pernah mengajar di Madrasah Shaulatiyah. 

Lokasi Madrasah Al-Shaulatiyah pada mulanya berada sepelemparan batu dari Masjidil Haram, sampai kemudian dengan adanya proyek perluasan Masjidil Haram, Madrasah Shaulatiyah dipindah ke Kakiyah.

Gedung kedua yang didirikan pada 1320 H saat Perang Dunia pertama, batu pertama diletakkan dengan dihadiri para Ulama dan Masyaikh Makkah, kemudian pembangunan dihentikan karena masih ada perang dunia, lalu dilanjutkan pembangunannya dan baru selesai pada 1343 H. Wallahu a'lam.

Terkini