Surga Tak Sengaja Tercipta Akibat Perang

Rabu, 15 Januari 2020 | 21:09:38 WIB

Metroterkini.com - Perang memiliki dampak kehancuran tidak hanya pada kehidupan manusia, tetapi juga buat lingkungan. Tapi di zona demiliterisasi ini, satwa liar malah berkembang.

Diberitakan CNN, lebih dari dua per tiga dari lokasi keanekaragaman hayati dunia mengalami konflik setidaknya sekali antara tahun 1950 dan 2000, membumihanguskan suatu lokasi dan perang kimia, dan menimbulkan ancaman serius bagi flora dan fauna.

Surga muncul ketika konflik berakhir, gencatan senjata disetujui, dan pasukan mundur. Ada tempat perlindungan baru muncul dan tak terduga setelahnya bagi hewan-hewan. Berikut surga yang tak sengaja tercipta akibat perang:

1. Zona demiliterisasi (DMZ) Korea

Pada tahun 1953, permusuhan antara Korea Utara dan Korea Selatan berakhir ketika ditandatangani sebuah perjanjian gencatan senjata. Itu menghasilkan zona demiliterisasi (DMZ) antar kedua negara sepanjang 250 kilometer dengan lebar rata-rata 4 kilometer.

Militer tetap ada dan sangat jarang warga sipil diizinkan masuk ke DMZ. Efeknya adalah penemuan bukti beruang hitam Asia yang langka, Amur Leopards, dan Amur gorals (sejenis kambing gunung) yang tinggal di sana oleh para pasukan.

Begitu banyak ilmuwan benar-benar ingin meneliti apa yang terjadi selama lebih dari enam dekade terakhir. Ini belum belum pernah terjadi sebelumnya.

DMZ Korea adalah rumah bagi lebih dari 5.000 spesies, 106 di antaranya memiliki status dilindungi Kementerian Lingkungan Hidup Korea Selatan. Burung bangau putih dan spoonbill berwajah hitam adalah spesies langka yang berlindung di sana, di antara ladang ranjau dan kota-kota yang ditinggalkan.

Para ahli ekologi tidak diizinkan berada di dalam DMZ, mereka ada di luar pagar dan mempelajarinya di Zona Kontrol Sipil (CCZ). Didirikan di wilayah Korea Selatan sebagai penyangga tambahan, sebagian CCZ telah ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO.

Penebangan dan banjir telah merusak tanah di Korea Utara, dekat perbatasan. Pembangunan kota dan polusi di Korea Selatan bikin DMZ jadi oasis bagi burung yang bermigrasi karena tak ada aktivitas di DMZ.

2. Garis Hijau Siprus

Jauh di Laut Mediterania, Pulau Siprus dibagi bagian tengahnya dengan Garis Hijau. Pembagian ini disusun pada 1960-an di tengah bentrokan sengit antara Siprus Yunani dan Turki setelah negara itu merdeka dari Inggris, dan diperpanjang pada 1970-an setelah invasi Turki ke Siprus.

Kini, Garis Hijau itu adalah zona penyangga antara Republik Siprus dan Republik Turki di Siprus Utara. Dipatroli oleh pasukan PBB, garis itu beberapa kilometer lebarnya di beberapa bagian dan hanya beberapa meter di tempat lain.

Terbengkalai selama beberapa dekade, sebagian besar permukiman dan lahan pertanian telah menjadi hutan belantara. Civil Use Areas atau area sipilnya ada di dalam zona penyangga dan saat ini telah dihuni lebih dari 10.000 orang.

Anggrek Lebah Siprus yang langka dan Tulip Siprus dilaporkan tumbuh subur di zona penyangga, bersamaan dengan sekitar 356 spesies tanaman lainnya. Mouflon, domba liar bertanduk melengkung juga berkeliaran di wilayah ini dalam jumlah ratusan.

Ada pula Kadal Skink dari Schneider, Lapwing, dan Cyprus Spiny Mouse yang dianggap telah terancam punah di Siprus ditemukan lagi keberadaannya di zona penyangga pada tahun 2007. Meski terbatas, aktivitas manusia di zona penyangga masih dapat merusak lingkungan.

3. Dataran Tinggi Golan

Bunker militer jadi tempat perlindungan satwa liar. Kawat berduri jadi pembatas Dataran Tinggi Golan, sebuah dataran tinggi yang memisahkan Israel dan Suriah.

Garis Ungu antar kedua negara diciptakan setelah Perang Enam Hari tahun 1967, ketika Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Di sini, PBB mengontrol zona demiliterisasi seluas lebih dari 230 km persegi.

Hanya beberapa kota dan desa yang masih berdiri di DMZ, juga dikenal sebagai Area Pemisahan. Kawasan ini dijaga ketat oleh pos pemeriksaan dan patroli. Hanya sedikit orang yang diizinkan melewati batas.

Di luar benteng dan ladang ranjau, pasukan penjaga perdamaian PBB melaporkan bahwa ada fauna dan flora yang indah tapi berbahaya. Dataran Tinggi Golan dan Gunung Hermon di bagian utara dari zona penyangga adalah rumah bagi hutan ek dan terebinth, anggrek langka, kucing liar, rusa, hyena, dan babi hutan.

Gunung Hermon menampung sekitar 100 spesies kupu-kupu, menurut Lembaga Lepidopteris Israel. Itu termasuk spesies yang sebelumnya tidak dikenal yang diidentifikasi pada tahun 2017.

Zona penyangga Dataran Tinggi Golan dan benteng-bentengnya melindungi serigala dan burung nasar dari perburuan dan jadi habitat banyak spesies yang bermigrasi. Diperkirakan 500 juta burung melakukan perjalanan melalui Israel dua kali setahun, dari Eropa dan Asia ke tempat musim dingin di Afrika, dengan Dataran Tinggi Golan menyediakan tempat perlindungan yang penting.

Di luar zona penyangga, Dataran Tinggi Golan masih masih kejam. Serigala Golan yang langka bisa berkeliaran di ladang ranjau, di mana manusia tidak bisa masuk, hewan itu terlalu ringan untuk memicu ledakan.

Setiap beberapa kilometer terdapat bunker militer yang tidak digunakan. Tempat ini menarik sejumlah satwa liar, ada kelelawar, landak, rubah, burung hantu, dan lainnya.

Alam menyembuhkan dirinya sendiri meski itu ada di bekas perang dan konflik. Malah jika ada penyatuan akan membahayakan satwa liarnya. [***]
 

Terkini