Trump Marah Sidang Pemakzulan Digelar Saat KTT

Selasa, 03 Desember 2019 | 13:41:50 WIB

Metroterkini.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump geram lantaran sidang penyelidikan pemakzulan dilakukan ketika ia harus menghadiri KTT NATO di Inggris pekan ini.

Trump juga menolak hadir untuk bersaksi dalam sidang yang dianggapnya tipuan dan hoaks. Ia menganggap Partai Demokrat sebagai aib karena yang pertama mengajukan proses penyelidikan pemakzulan dibuka.

"Demokrat, Demokrat radikal-kiri, Demokrat yang tidak melakukan apa-apa, memutuskan kapan saya akan ke NATO-padahal itu sudah dijadwalkan dari setahun lalu-bahwa ketika saya pergi ke KTT NATO, itu adalah waktu yang tepat untuk persidangan," kata Trump dengan nada tinggi saat meninggalkan Gedung Putih pada Senin (2/12).

"Benar-benar memalukan apa yang mereka (Demokrat) lakukan terhadap negara kita. Semuanya bohong. Semua orang tahu itu (bohong)," ujarnya menambahkan.

Trump dan Gedung Putih juga menolak menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi Kehakiman Dewan Perwaklan pada Rabu pekan depan terkait pemakzulan. Rapat itu digelar sebelum fraksi Demokrat merampungkan hasil penyelidikan mereka terkait proses pemakzulan.

Kepala pengacara Gedung Putih, Pat Cipollone, mengatakan kepada pemimpin Demokrat di Komite Kehakiman Dewan Perwakilan, Jerry Nadler, bahwa ia menolak untuk mengirim utusan ke sesi dengar pendapat itu.

"Kami tidak bisa berharap untuk berpartisipasi secara adil sementara masih belum jelas apakah Komite Kehakiman akan memberi Presiden proses adil melalui dengar pendapat tambahan," tulis Cipollone melalui pernyataan seperti dikutip AFP.

Penyelidikan pemakzulan Trump dibuka setelah sang presiden terindikasi menyalahgunakan wewenang untuk menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky supaya melakukan penyelidikan terhadap anak Joe Biden, Hunter. Joe Biden merupakan bakal rival Trump di pemilihan umum 2020 mendatang.

Trump dituduh menekan Zelensky dengan cara menahan bantuan militer AS. Melalui beberapa kali komunikasi telepon, Trump meminta Zelensky untuk menyelidiki dugaan korupsi yang dilakukan Hunter Biden, yang merupakan anggota komisaris perusahaan energi Ukraina, Burisma.

Kasus dugaan korupsi itu diduga dibuat-buat lantaran Trump tidak memiliki bukti awal. Trump berkali-kali membantah tuduhan tersebut dan merasa seolah-olah sedang menjadi korban pembunuhan karakter.

Jika Dewan Perwakilan yang dikuasai Partai Demokrat memutuskan memakzulkan Trump, maka sang presiden akan menghadap Senat yang dikuasai Partai Republik untuk disidang. 

Meski demikian, dengan peta politik saat ini di Kongres, Senat harus bisa membuktikan tuduhan yang disampaikan Dewan Perwakilan untuk bisa memakzulkan Trump.

Walau Senat berhasil membuktikannya, badan tersebut belum tentu mendepak Trump dari kursi kepresidenan. [cnn-met]

Terkini