Metroterkini.com - Saat ini WhatsApp sedang jadi sorotan dan dapat kritikan terkait penyebaran pornografi anak di bawah umur pada platformnya.
Hal ini disampaikan sebuah laporan dari dua organisasi non-pemerintah asal Israel, Netivei Reshet dan Screensaverz. Laporan tersebut menyebut betapa mudahnya menemukan grup WhatsApp yang anggotanya meminta dan menyebarkan gambar dan video anak-anak yang jadi korban kejahatan seksual. Disebutkan lebih lanjut, grup-grup macam itu pun relatif tidak sulit ditemukan dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga tertentu.
Temuan tersebut diklaim menjadi cerminan minimnya upaya moderasi konten dari WhatsApp. WhatsApp sendiri hanya memiliki 300 pegawai dan mereka harus memantau 1,5 miliar akun yang berada di platformnya.
Kedua organisasi tersebut telah melaporkan temuannya ke Facebook, perusahaan induk WhatsApp. Tapi sejumlah media, termasuk Financial Times dan Tech Crunch, masih menemukan beberapa grup terkait pornografi anak yang tetap aktif di platform tersebut.
Parahnya lagi, grup-grup itu juga tidak mencoba menyembunyikan orientasi dan tujuannya. Mereka menggunakan nama dan avatar yang eksplisit sehingga mudah ditemukan.
Salah satu grup yang sempat aktif minggu ini tercatat memiliki 256 anggota dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, India dan Pakistan.
Namun demikian, WhatsApp sebenarnya juga sudah melakukan tindakan. Salah satunya dengan memblokir akun-akun dalam grup tersebut.
Juru bicara WhatsApp menegaskan pihaknya sama sekali tidak memberi toleransi terhadap kejahatan seksual terhadap anak. Baru ini mereka pun telah memblokir 130.000 akun dalam 10 hari karena melanggar aturan terkait hal itu.
"Kami memberlakukan teknologi kamu yang paling canggih, termasuk kecerdasan buatan, untuk memindai foto profil dan gambar dalam konten yang dilaporkan, dan secara aktif memblokir akun yang diduga menyebarkan konten jahat ini," kata juru bicara WhatsApp seperti dikutip detikINET dari CNET, Jumat (21/12/2018).
"Kami juga sudah merespons penegak hukum di seluruh dunia dan secara langsung melaporkan kejahatan kepada National Center for Missing and Exploited Children," pungkasnya. [dtk]