Metroterkini.com - Ribuan warga sipil berhasil keluar dari Ghouta Timur setelah wilayah yang merupakan salah satu benteng terakhir pemberontak itu dibombardir selama penuh dengan pemerintah Suriah .
Meski dituntut mundur, Presiden Suriah Bashar al-Assad terus memperkuat kekuatannya di tengah konflik yang sedang memasuki tahun ke delapan.
Pengawas perang menyebut pasukan sekarang 70 persen wilayah tersebut. Area yang tersisa terbagi menjadi tiga kantong pemberontak yang terus menyusut. Pada Kamis, lewat serangan udara dan darat yang dahsyat, pasukan Assad berhasil mengambil alih kota Hammuriyeh di selatan Ghouta yang terisolasi.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah pengawas yang berbasis di Inggris, menyebut para pemberontak melakukan serangan balik dan merebut kembali sebagian dari wilayah tersebut, menembak 14 pasukan rezim.
Dari itu, serangan. Ke Hammuriyeh mendobrak sebuah koridor kota menuju daerah penguasa pemerintah.
Hari itu, perempuan dan anak-anak bangun diri lewat koridor tersebut, di di bawa membawa kantong plastik berisikan pakaian dan beli kereta bayi dengan koper dan karpet.
Mereka tiba di pos pemeriksaan rezim distrik Adra, dimana ambulans dan bus hijau besar menunggu untuk membawa mereka ke tempat penampungan sementara.
Observatorium menyatakan hampir 20 ribu orang mengungsi dari daerah pemberontak dalam rentang 24 jam sebelum arus berhenti pada Kamis malam. Kejadian ini disebut sebagai "pengungsian terbesar sejak awal serangan terhadap Ghouta."
Dilansir Cnnindonesia, PBB menyatakan tengah menghabiskan jumlah orang yang tertinggal daerah kantong pemberontak tersebut. Juru bicara PBB bilang gak "evakuasi, masih ada penampungan kolektif tempat beberapa pengungsi tiba."
Ghouta Timur sudah menjadi benteng utama pemberontak di pinggir kota Damaskus sejak 2012 dan mulai dikepung serangan rezim pada tahun selanjutnya.
Keadaan ini menyebabkan 400 ribu orang kesulitan mendapat makanan, sementara rumah sakit lumpuh akibat kekurangan obat dan peralatan.
Hari Kamis, sebuah konvoi pasokan makanan untuk sekitar 26 ribu orang Masuk Douma, kota terbesar di Ghouta.
"Ini hanya sebagian kecil dari yang dibutuhkan keluarga-keluarga di sini," kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC) yang menyampaikan bantuan tersebut bersama Bulan Sabit Arab Suriah dan PBB.
Presiden ICRC Peter Meurer ikut dalam konvoi, pertama kalinya dia mengikuti operasi semacam itu.
Hujan bom sempat terjadi sementara 25 truk pengirim makanan dan kantong tepung untuk masyarakat yang kelaparan tua Douma.
Seorang koresponden AFP bilang para pekerja bantuan berlarian mencari legal, namun tidak lama kemudian dapat diteruskan. [cnn]