Peneliti: Dalam 40 Tahun Coklat Akan "Punah"

Selasa, 02 Januari 2018 | 16:27:45 WIB

Metroterkini.com - Tanaman kakao bisa dibilang sangat sensitif dan terpengaruh oleh berbagai faktor di sekitarnya. Selain unsur tanah, tahan hama, ia juga dipengaruhi iklim dan cuaca.

Cokelat biasa ditanam di ketinggian di atas 800 meter dari permukaan laut, dan ada juga yang di atas 1200 m dpl. Sejumlah penelitian menyebutkan temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 30 derajat Celcius, atau maksimum 32 derajat Celcius. Temperatur tinggi dalam kurun waktu panjang akan berpengaruh terhadap bobot biji.

Namun, menurut laporanBusiness Insider, baru-baru ini, situasi cokelat akan lebih menantang dalam beberapa dekade mendatang mengingat perubahan iklim yang berisiko. Menurutnya, lebih dari separuh pasukan cokelat dunia saat ini datang dari dua negara asal Afrika Barat, Cote d'Ivoire dan Ghana. Namun, kedua negara tersebut ditengarai takkan lagi cocok untuk tanaman cokelat dalam beberapa dekade mendatang.

Pada 2050, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, suhu yang terus naik akan membuat cokelat di kedua negara tersebut mesti ditanam lebih tinggi di atas bukit atau gunung,

Sejumlah peneliti dari University of California, Berkeley, AS mengkaji akan kemungkinan hidup cokelat di masa yang akan datang, khususnya jika hidup dalam kondisi suhu yang panas dan kering.

Masa hidup cokelat bisa saja kritis, dan 'punah' menghilang di awal 2050 karena kondisi tersebut. Para peneliti lalu mengeksplor lebih jauh kemungkinan menggunakan alat penyunting gen populer CRISPR untuk membuat tanaman bertahan menghadapi tantangan baru ini.

Dalam proyek penelitian ini, para peneliti bekerjasama dengan perusahaan cokelat Mars (yang memproduksi Snickers). Di bawah pengawasan Myeong-Je Cho, direktur plant genomics, biji cokelat yang disimpan dalam gelas kaca diyakini akan bertansformasi. Jika penelitian berjalan lancar, biji cokelat akan mampu bertahan hidup dalam iklim hangat dan kering, yang bisa jadi harapan untuk para petani cokelat global.

Teknologi CRISPR sebelumnya pernah juga digunakan untuk tanaman lain agar lebih murah dan terjangkau. Namun, kali ini, teknologi tesebut diharapkan bisa mengatasi persoalan perubahan iklim, seperti yang dihadapi cokelat.

Inisiasi yang dilakukan Cho di UC Berkeley, AS adalah salah satu bentuk upaya akan hal itu. Jika sesuai track yang ditargetkan, mereka mampu mengembangkan tanaman cokelat yang tidak akan punah menghadapi tantangan perubahan iklim. Jika tidak, mesti mencari pendekatan dan upaya lain.

Jennifer Doudna, pakar genetika yang menemukan teknologi CRISPR, turut mengawasi kolaborasi penelitian dengan Mars ini. Keberadaan alat penyunting gen tersebut sempat menuai kontroversi dan dinilai berpotensi untuk penyakit manusia. Kini, ia berpikir alat itu bisa diaplikasikan juga untuk makanan. Sebelum cokelat, proyek penggunaan alat itu juga dilakukan untuk tepung.[CNN]

Terkini