Kekerasan di Rakhine Tewaskan 6.700 Rohingya

Kamis, 14 Desember 2017 | 22:08:48 WIB

Metroterkini.com - Aktivis kemanusiaan Dokter Lintas Batas (Medecins Sans Frontier/MSF) memaparkan sekitar 6.700 Rohingya diperkirakan tewas dalam sebulan pertama sejak krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar yakni antara 25 Agustus hingga 24 September lalu.

"Menurut estimasi paling konservatif, setidaknya 6.700 Rohingya telah terbunuh, termasuk setidaknya 730 anak di bawah usia lima tahun," bunyi laporan (MSF) yang diterima CNNIndonesia.com pada Kamis (14/12).

MSF mengatakan sekitar 69 persen kasus kematian tersebut disebabkan oleh luka tembak dan sembilan persen lainnya diprediksi tewas karena dibakar hidup-hidup. 

Sedangkan lima persen Rohingya lainnya diperkirakan tewas akibat pemukulan fatal. Sementara itu, laporan itu menyebutkan sekitar 60 persen balita Rohingya tewas karena luka tembak.

Kelompok pemerhati HAM itu mengatakan sebagian besar  kasus Rohingya yang tewas terjadi saat militer Myanmar meluncurkan "operasi pembersihan" sekitar akhir Agustus lalu. Saat itu, militer melakukan operasi memburu kelompok bersenjata yang sebelumnya telah menyerang belasan pos keamanan di perbatasan Rakhine hingga menyebabkan sejumlah personelnya tewas.

Alih-alih menangkap pelaku penyerangan, miltier diduga malah menyiksa hingga membunuh Rohingya, yang selama ini dianggap Myanmar sebagai imigran ilegal, secara membabi-buta. 

MSF mendasari temuannya itu melalui enam survei yang telah dilakukan sejak bulan pertama krisis pecah, dan telah melibatkan lebih dari 11 ribu Rohingya di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh

Organisasi itu mengatakan para pengungsi tersebut menceritakan kisah secara konsisten mengenai pasukan keamanan Myanmar dan warga lokal yang mengusir mereka dari Rakhine, dengan cara kekerasan seperti membakar rumah, memerkosa, hingga menggunakan senjata api.

"Kami telah bertemu dan berbicara dengan korban kekerasan di Myanmar yang saat ini masih berlindung di kamp-kamp penampungan padat dan tidak sehat di Bangladesh," ucap Direktur Medis MSF, Sidney Wong.

"Apa yang kami temukan sangat mengejutkan, baik dari segi jumlah orang yang melaporkan anggota keluarganya tewas dalam krisis itu, maupun kisah tentang bagaiman mereka tersiksa atau anggota keluarganya terbunuh," lanjutnya.

Jumlah korban tewas ini jauh lebih besar dari yang selama ini diklaim Myanmar bahkan perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

MSF bahkan memperkirakan bahwa jumlah korban tewas dalam laporannya itu masih bisa bertambah karena kelompok tersebut belum meneliti seluruh kamp penampungan pengungsi di Bangladesh. Selain itu, Wong juga mengatakan survei kelompoknya itu tidak melibatkan Rohingya yang masih terjebak di Myanmar, terutama Rakhine.

Hingga kini pemerintah Myanmar belum menanggapi temuan MSF ini. Meski telah dituduh dan dikecam dunia internasional, militer Myanmar berkeras membantah melakukan pelanggaran HAM di Rakhine.

Otoritas Myanmar bahkan hingga kini masih belum memberi akses tim pencari fakta PBB untuk masuk ke pusat konflik di Rakhine dan memverifikasi dugaan pelanggaran HAM di negara Asia Tenggara itu.

Meski Myanmar berkeras bentrokan telah berhenti di Rakhine, MSF mengatakan penyiksaan yang menargetkan Rohingya masih terjadi di wilayah tersebut.

"Saat ini orang-orang masih melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dan mereka yang berhasil melewati perbatasan baru-baru ini melaporkan masih mengalami kekerasan dalam beberapa pekan terakhir," kata Wong. [***]

Terkini