Konstantin: Rudal Korut Bisa Hantam Guam Bukan Gertakan

Rabu, 30 Agustus 2017 | 12:38:36 WIB

Metroterkini.com - Legislator senior Rusia menyebut uji coba peluru kendali terbaru Korea Utara menunjukkan bahwa ancaman Kim Jong-un untuk menyerang wilayah Amerika Serikat di Pasifik bukan sekadar gertakan. 

"Pyongyang telah mendemonstrasikan bahwa ancamannya terhadap pangkalan militer AS di Guam bukan sekadar gertakan," kata Konstantin Kosachev, ketua komisi internasional kamar atas parlemen Rusia, melalui media sosial sebagaimana dikutip CNNIndonesia, Selasa (29/8).

Rudal balistik yang diluncurkan dari pinggiran Pyongyang itu melintasi Hokkaido, Jepang, dan jatuh di Samudra Pasifik bagian utara. Sejumlah pakar menyebur rudal yang digunakan adalah Hwasong-12 berkemampuan jarak menengah.

Rudal yang sama digunakan oleh pemerintahan Kim Jong-un untuk mengancam Guam. Sedianya Korut berencana untuk meluncurkan empat rudal ke perairan dekat Guam, tapi rencana itu ditunda.

Jika dilaksanakan, peluncuran rudal ke arah Guam dari Korea Utara memang mesti melalui Jepang, sekutu AS yang blak-blakan menentang Korut. Kim Jong-un pun telah menyatakan aksi provokatifnya kemarin adalah langkah awal untuk "menangani" salah satu pusat operasi militer AS di Pasifik itu.

Dengan adanya aksi provokatif terbaru itu, Kosachev mengatakan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diloloskan untuk menghentikan program rudal Korut telah gagal mencapai tujuannya "karena situasi telah berubah menjadi pertikaian bilateral Korut dan AS."

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pun terus menuntut negara terisolasi itu untuk menghormati resolusi PBB. "Terkait peluncuran rudal dari Korea Utara, kami tetap berpegang pada resolusi PBB dan kami berkeras bahwa Korea Utara harus menghormati resolusi tersebut dari PBB." 

Secara terpisah, kantor berita Interfax melaporkan, Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov menyatakan bahwa Rusia ingin Korut menahan diri dan menghindari langkah-langkah provokatif seperti itu. 

Pun bagi Amerika Serikat, Ryabkov berharap negara yang telah lama menjadi rival Rusia itu bisa menghindari eskalasi militer.[**]

Terkini