Metroterkini.com - Penelusuran wartawan media ini dalam beberapa hari terakhir menemukan indikasi permainan para mafia BBM. Seperti yang jadi di SPBU bernomor 14.293.688 Kelurahan Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida, Kabupaten Inhu, Riau. Ribuan liter BBM jenis solar bersubsidi dan premium dijual kepada pengusaha tiap harinya.
Anehnya, pihak berwenang seperti polisi belum menyentuh permainan yang terjadi dan setiap harinya ratusan derigen BBM ini diangkut dari SPBU. Polisi juga terkesan takut mengamankan kendaraan yang mengangkut puluhan jerigen BBM yang mengangkut BBM dari SPBU tersebut. Rencananya, BBM jenis solar ini akan dijual kepada sejumlah pengusaha di Inhu.
Parahnya penyelewengan solar bersubsidi seperti ini dibenarkan oleh salah satu SPBU Inhu. Seperti sampaikan pria asal Lubuk Kandis ini, yang mengatakan, pengelola SPBU diduga mendapat dekingan dari aparat. Sebab BBM sering langka, bukan akibat dikonsumsi kendaraan yang mengisi di SPBU, namun BBM dari sini habis dijual kepada para pembeli menggunakan jerigen. Disini SPBU diduga menjual SPBU subsidi ke para pedagang eceran. Tak hanya itu, para pengusaha juga memanfaatkan BBM subsidi dari SPBU ini melalui tukang angkut yang menggunakan jerigen, akibatnya pasokan BBM habis sebelum waktunya.
"Orang nomor satu di SPBU yang sebut bernama Rinaldi, tidak menjelaskan sebulannya menerima pasokan BBM dari Pertamina berapa jumlahnya," jelasnya.
Menurut sumber seorang pemain BBM disetiap pengisian BBM, inisial Y warga Lubuk Kandis, kepada metroterkini.com, Kamis (1/6/2017) menyampaikan, jika ingin membeli BBM menggunakan jerigen harus terlebih dahulu melobi pihak pemilik SPBU. Setelah terjadi kesepakatan, pengelola SPBU dan karyawan yang selalu akrab mengisi BBM jerigen harus bisa mengelabui masyarakat.
Tambahnya, mobil tangki yang biasanya memuat 18 ton, saat menurunkan BBM di SPBU, awalnya dijual kepada konsumen pembawa jerigen, baik motor yang menggunakan along - along (keranjang). Seterusnya, ditempat yang ditentukan diangkut menggunakan kendaraan roda empat, seperti L.300 sampai mobil pribadi lainya.
Soal harga, pengelola SPBU menetapkan harga rata-rata perliter menaikan harga Rp 300. Ia mengaku sudah hampir 1 tahun berbisnis dengan pihak SPBU bernama Rinaldi, pria yang disebutkan orang yang bertanggung jawab di SPBU Seberida ini.
“Ciri-ciri pengelola SPBU yang melakukan kegiatan tersebut, biasanya mobil tangki pembawa BBM, saat malam hari, sudah sepi. Biasanya lampu listrik SPBU sebahagian dipadamkan supaya jangan terpantau. Bahkan biasanya sang supir para pemain sudah dipersilahkan untuk beraksi di SPBU dengan cara meletakan jerigen di areal SPBU.
Untuk pembelian menggunakan jerigen dengan cara datang pada malam hari menggunakan pengangkutan seperti colt disel yang di dalamnya telah disusun jerigen kosong. Lampu SPBU akan dimatikan semua dan hanya dibagian depan yang menyala, langsung pekerja SPBU mengisi jerigen tersebut.
"Biasanya pihak pengelola akan mendapat rata-rata Rp300 perliternya. Cara kotor ini sengaja dilakukan malam hari menjelang pagi sekitar pukul 03.00 WIB," tambah sumber itu.
Madus yang sama juga terjadi di daerah SPBU Jalan Lintas Timur, Rengat Barat Inhu Riau.
Modus yang dilakukan para pelaku adalah mangkal dibeberapa titik rumah makan untuk melakukan aktivitas penimbunan. Hampir rata-rata rumah makan tersebut untuk mengelabui petugas.
Seorang sumber yang namanya tidak mau disebutkan mengatakan, setiap harinya mulai dari pagi hingga malam, ribuan derigen diSPBU, secara bergantian mengisi. Setelah sebagian muatannya dikeluarkan BBM diangkut mobil dan, sepeda motor keluar masuk lagi.
Lebih lanjut sumber itu mengatakan, umumnnya jumlah minyak yang dikeluarkan dari pengisian pihak SPBU beruntung besar, penjualan diatas hed terjadi setelah para pemain dan pihak SPBU sepakat bahwa per liter petugas SPBU menerima Rp. 300. Seluruh minyak tersebut siap ditampung oleh para pemain.
Sumber itu menjelaskan diduga aksi penjualan tersebut berjalan mulus karena mendapat dukungan dari sejumlah oknum aparat dan petugas SPBU itu sendiri. "Para pekerja akan mendapatkan uang tambahan," jelasnya.
Seorang karyawan SPBU yang namanya minta tak ditulis mengatakan, kelangkahan BBM juga disebabkan karena penyaluran minyak oleh pihak SPBU yang tidak tepat sasaran.
“Mobil tangki Pertamina selalu datang tepat waktu, untuk mengantarkan pasokan minyak sehingga SPBU tetap memiliki stok," ujarnya.
Menurutnya, selain penyaluran yang tidak tepat sasaran, kelangkaan BBM juga karena banyak pengusaha yang membeli minyak dari SPBU. Mereka membeli minyak dengan menggunakan jerigen, bahkan ada juga yang sampai mengakutnya dengan mobil dan sepeda motor.
"Banyak juga yang mengambil minyak dengan derigen, kalau tidak dikasih mereka mempunyai akan mengungkap kejahatan jamaah di SPBU ini. Jadi kita serba salah juga kalau tidak memberikan," jelasnya.
Belum lagi, truk-truk yang melintas yang melakukan pengisian hingga penuh.
"Jadi usaha-usaha atau masyarakat dengan taraf ekonomi menengah ke atas tak boleh memakai BBM bersubsidi. Hal ini tentunya sudah menjadi perhatian serius bagi kita. pertamina tidak pernah melakukan pengawasan ketat terkait hal ini. Kita juga sudah memberikan masukan keras kepada bos SPBU untuk tak lagi mengisi jerigen," ujarnya.
Dia menambahkan, sebenarnya tak ada kelangkaan BBM. Menurutnya Pertamina sudah memasok BBM sesuai kuota bahkan berlebih. Namun BBM di SPBU disedot oleh para cukong-cukong.
Sebenarnya dugaan permainan Pertamina dan pengusaha SPBU yang menjual BBM ke pengusaha sudah nyaring terdengar. Namun, polisi tetap tak berhasil membongkarnya. Polisi hanya menangkap pekerja di lapangan tak pernah berhasil menangkap pengusahanya. Alasan polisi belum menerima laporan. [yasin]