Hoo Tong Bio, Kelenteng Tertua Indonesia Ada di Banyuwangi

Selasa, 17 Januari 2017 | 00:00:22 WIB

Metroterkini.com - Kelenteng Hoo Tong Bio, yang dibangun pada 1784 oleh komunitas Tionghoa setempat, tahun ini menginjak usia yang ke-233 tahun. Wajar jika Kelenteng Hoo Tong Bio masuk dalam bagian peninggalan cagar budaya Indonesia yang dikunjungi banyak wisatawan, selain juga masih difungsikan sebagai tempat ibadah. 

Kelenteng tertua itu ada di Banyuwangi.  Kelenteng Hoo Tong Bio berlokasi di kawasan Pecinan yang ada di Kelurahan Karangrejo, tepatnya di Jalan Ikan Gurami 54. 

Menurut informasi, kelenteng ini didirikan sebagai usaha untuk menghormati dan mengenang Tan Hu Cin Jin, yaitu orang yang berjasa melindungi masyarakat Tionghoa saat penjajahan Belanda di Indonesia. 

Dalam kurun waktu 233 tahun, kelenteng ini sudah beberapa kali mengalami renovasi, termasuk ketika kebakaran melahapnya pada 2014. Meski telah mengalami banyak renovasi dan pemugaran, bentuk asli bangunan kelenteng masih dipertahankan hingga saat ini.

Klenteng Hoo Tong Bio menjadi cagar budaya milik Indonesia dan menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut cerita dari berbagai sumber, Klenteng Ho Tong Bio tersebut dijuluki benteng perlindungan bagi orang-orang Tionghoa dan didirikan sekitar tahun 1768-1764 oleh Tan Hu Cin Jin.

Pembangunan Klenteng Ho Tong Bio diperuntuhkan untuk mengenang jasa seorang kapiten yang bernama Tan Hu Cin Jin, yang saat itu terjadi pembantaian orang Tionghoa oleh Batavia. Kemudian sang kapiten dan para krunya memimpin pelarian orang-orang cina, tetapi kapalnya terdampar di Banyuwangi dan akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di Banyuwangi. Untuk mengenang jasa dan menghormati kebesaran sang nahkoda tersebut, maka setiap hari kelahiranya diperingati secara besar-besaran.

Setiap awal Tahun Baru Imlek, Klenteng Hoo Tong Bio melakukan ritual tolak bala (Hokkien=ci suak) dan ulang tahun bertahtanya Kongco Chen Fu Zhen Ren di Hoo Tong Bio. Perayaan ulang tahun diwarnai pluralisme kebudayaan dan seringkali menampilkan pertunjukan lokal seperti barongan, reog (Ponorogo), dan wayang kulit. Selain itu, juga dilakukan kegiatan sosial seperti donor darah, berbagai pertandingan olahraga, dan pembagian sembako kepada masyarakat kurang mampu.

Klenteng Ho Tong Bio memiliki arsitektur yang unik, mulai dari pintu gerbangnya hingga bangunan utamanya. Pintu utama untuk masuk ke klenteng memiliki tiga buah pintu, dua buah pintu diperuntuhkan untuk umat yanga akan melakukan sembahyang dan pintu depannya dikgunakan untuk melakukan acara ritual keagamaan. Klenteng tersebut didominansi oleh warna merah yang menurut kepercayaan orang Tionghoa berarti kegembiraan, kebahagiaan dan kesejahteraan.

Konsepnya pintu masuk utama pada klenteng ini didasari dari prinsip Yin dan Yang, yaitu sebelah kiri adalah pintu masuk (disimbolkan dengan simbol naga) sedangkan sebelah kanan adalah pintu keluar (disimbolkan dengan harimau putih). 

Orang Tionghoa percaya untuk masuk melalui pintu naga dan keluar melalui pintu harimau, arena memiliki arti simbolik memasuki keberuntungan (naga) dan keluar dari kemalangan (harimau). Sedangkan pintu tengah diperuntuhkan untuk para Roh Suci. [**mer]

Terkini