Metroterkini.com - Kementerian Dalam Negeri Mesir menuding pemimpin Ikhwanul Muslimin terlibat serangan bom di sebuah gereja dekat Katedral Koptik Kairo yang menewaskan setidaknya 25 orang pada akhir pekan lalu.
Berdasarkan penyelidikan terbaru, Kemendagri Mesir menyatakan pemimpin kelompok itu, Mohab Mostafa el-Sayed Qassem, yang dikenal sebagai "Sang Dokter" dan telah melarikan diri ke Qatar, terlibat dalam melatih dan membiayai Mahmoud Shafik Mohamed Mostafa, 22, pelaku serangan bom terparah yang ditujukan pada kaum Kristen Koptik.
Melansir CNN, Mesir juga telah menahan empat tersangka lain yang diduga terlibat dalam serangan mematikan yang terjadi pada Minggu (11/12) itu yakni Rami Mohamed Abdel Hameed Abdel Ghani, Mohamed Hamdi Abdel Hamid Abdel Ghani, Mohsen Mostafa el-Sayed Qassem, dan Ola Hussein Mohamed Ali.
Rami diduga telah memberikan perlindungan dan membantu Mostafa dalam melancarkan serangan bom tersebut.
Para tahanan ini dijerat dengan tuntutan telah mengancam kemanan negara, sementara pemerintah masih mengejar tersangka lainnya termasuk Qassem. Ia dituding mendapat dukungan finansial dan logistik untuk merencanakan serangan di Mesir sekembalinya dari Qatar.
Saat kembali ke Mesir, Qassem juga disebut telah mengunjungi Provinsi Sinai Utara, tempat kelompok pemberontak mengajarkanya merakit bahan peledak dan menggunakan persenjataan lainnya.
Di Kairo, para anggota Ikhwanul Muslimin disebut menginstruksikan Qassem untuk mulai mempersiapkan dan merencanakan serangan yang menargetkan kaum Kristen Koptik. Menurut Kemendagri Mesir, serangan akhir pekan lalu itu "bertujuan memicu krisis sektarian berskala besar."
Kemendgari Mesir pada 5 Desember lalu mengklaim kelompok Dewan Revolusi Orang Mesir, sayap bersenjata kelompok Ikhwanul Muslimin, merilis pernyataan yang menargetkan kepala Gereja Ortodoks yang menyatakan dukungannya terhadap pemerintah Mesir.
Sementara itu, Presiden Abdel Fattah al-Sisi menyebut Mostafa sebagai pelaku bunuh diri pada Minggu usai menghadiri pemakaman para korban serangan bom.
Hasil tes DNA dari bagian tubuh Mostafa yang ditemukan di tempat kejadian cocok dengan keluarganya. Selama penyelidikan, otoritas Mesir menemukan berbagai bahan peledak yang siap digunakan di tempat persembunyian Mustafa bersama kelompoknya.
Mostafa juga menjadi buronan lantaran dua kasus lain yang masih berhubungan dengan sejumlah kelompok fundamentalis. Ia sebelumnya juga pernah dipenjara pada 2014 saat mengamankan konvoi Ikhwanul Muslimin. Mostafa kemudian dibebaskan pada Mei di tahun yang sama.
Hingga saat ini, Ihkwanul Muslimin membantah seluruh tuduhan keterlibatan mereka dalam serangan di gereja ini. Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Meski demikian, kaum Kristen Koptik yang dianut sekitar 10 persen warga Mesir, kerap menjadi sasaran para jihadis. [**]