Metroterkini.com - Pemerintah Indonesia akan mengirimkan bantuan berupa kebutuhan primer untuk etnis minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, di mana gelombang kekerasan militer terjadi kepada mereka belakangan ini. Rencana itu diungkapkan Presiden Joko Widodo usai bertemu Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa Kofi Annan di Bali pekan ini.
Pertemuan pada Kamis (8/12) itu berlangsung sekitar 30 menit. Jokowi bersama Annan selaku Ketua Komite Penasihat Negara Bagian Rakhine berdiskusi mengenai sejumlah langkah yang perlu segera diambil.
"Saya telah memerintahkan kepada menteri untuk menyiapkan bantuan secepat-cepatnya untuk dikirim," ujar Jokowi dilansir CNN.
Bantuan yang segera disiapkan pemerintah berupa makanan dan selimut. Bantuan itu disesuaikan dengan informasi yang diterima Jokowi mengenai kebutuhan mendesak bagi etnis Rohingya di sana.
Annan ditunjuk Suu Kyi untuk memimpin Komisi HAM di Rakhine sejak Agustus lalu. Komisi ini sebenarnya melibatkan sembilan anggota independen, termasuk enam orang Myanmar dan tiga warga asing. Tak hanya itu, formasi komisi ini juga akan diperkuat oleh komunitas Muslim dan etnis dari Rakhine.
Lembaga independen HAM ini dimandatkan pemerintahan Suu Kyi untuk membuat rekomendasi rekonsiliasi dan penyelesaian konflik komunal di Rakhine.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menuturkan bahwa Annan menyambut baik keputusan Jokowi mengirimkan bantuan kepada etnis Rohingya. Bantuan yang diberikan juga rencananya akan lebih besar, tak hanya makanan dan selimut.
Retno menuturkan rencana ini merupakan langkah pendek Jokowi. Selain itu, Presiden juga mempersiapkan bantuan jangka panjang untuk mengatasi permasalahan di Rakhine, yang dibahas bersama Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi.
"Yakni pemberian kapasitas di bidang Good Government Democracy dan di bidang HAM. Ini sudah kami lakukan tapi akan diteruskan karena hal penting," kata Retno.
Beberapa hari lalu, Retno bertemu Suu Kyi di ibu kota Naypyidaw untuk membahas upaya mengatasi gelombang kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine. Dalam pertemuan itu, Retno menyampaikan harapan agar pemerintah Myanmar menghormati dan melindungi hak asasi semua masyarakat di Rakhine, termasuk warga minoritas Muslim.
Selain itu, ia juga membahas pentingnya akses bantuan kemanusian ke Rakhine. Hal ini direspons positif oleh Suu Kyi, yang menyatakan ia mengapresiasi bantuan Indonesia yang masuk ke Rakhine sejak peristiwa 9 Oktober.
Suu Kyi juga menghargai dukungan pembangunan Rakhine yang selama ini diberikan Indonesia. Hingga kini, Indonesia telah membangun enam sekolah di negara bagian itu.
Reuters melaporkan setidaknya 86 warga tewas dan 30 ribu lainnya melarikan diri akibat serangkaian aksi kekerasan militer terhadap Rohingya di Rakhine sejak Oktober lalu. Lebih dari 1.000 rumah warga Rohingya di lima desa negara bagian Rakhine, Myanmar, juga ambruk dan hangus terbakar karena serangan militer di sana.
Kekerasan sejak awal Oktober ini merupakan insiden berdarah terparah sejak bentrokan antara umat Buddha dan etnis minoritas Muslim Rohinya yang terjadi pada 2012 lalu. Insiden itu telah menewaskan setidaknya 200 orang. [**]