Harga Minyak Melonjak OPEC Pangkas Produksi

Kamis, 01 Desember 2016 | 00:00:10 WIB

Metroterkini.com - Harga minyak dunia berakhir melonjak pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meraih kesepakatan memangkas produksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir.

Dikutip antara kartel minyak OPEC sepakat untuk menurunkan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari menjadi 32,5 juta barel per hari, efektif mulai 1 Januari selama enam bulan.

Pemangkasan produksi seperti ini terakhir kali terjadi 2008. OPEC ini akan bertemu lagi pada Mei 2017 untuk membahas kemungkinan kesepakatan perpanjangan selama enam bulan lagi.

Penurunan ini juga sedang berkoordinasi dengan negara produsen non-OPEC, Rusia, yang berkomitmen akan mengurangi produksi sebesar 300.000 barel per hari.

Ini adalah pertama kalinya sejak 2001 bahwa Rusia bergabung dengan OPEC dalam upaya pengurangan produksi. Negara ini telah lama menolak memotong produksinya dan mendorong produksi ke rekor tertinggi baru dalam beberapa bulan terakhir.

Pasar terangkat oleh rilis rincian kesepakatan OPEC.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari meningkat 4,21 dolar AS menjadi menetap di 49,44 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. 

Minyak mentah berjangka naik sekitar sepuluh persen dalam perdagangan intraday, merupakan pergerakan terbesar satu hari sejak Februari.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, bertambah 4,09 dolar AS menjadi ditutup pada 50,47 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Terangkat oleh harga minyak yang melonjak, sektor energi melonjak 4,82 persen sebagai pencetak keuntungan terbesar dalam 10 sektor S&P 500.

Saham raksasa energi Chevron Corporation dan Exxon Mobil Corporation, masing-masing menguat 2,03 persen dan 1,63 persen.

Harga minyak yang melonjak juga memberikan kontribusi terhadap meningkatnya dolar. Greenback menguat terhadap mata uang utama lainnya karena memicu pandangan investor inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang. [**]

Terkini