Drone UAV Ai-X1 Buatan Lokal Setara Satelit

Ahad, 30 Oktober 2016 | 00:00:10 WIB

Metroterkini.com - Pesawat nirawak buatan lokal UAV Ai-X1 memang seharusnya mengarungi lapisan stratosfer Bumi pada Jumat pagi (28/10) kemarin, namun mengalami kegagalan pada sistem GPS. Kendati begitu, teknologinya diklaim setara dengan satelit.

Pesawat UAV Ai-X1 dikembangkan oleh perusahaan AeroTerrascan asal Bandung. Berbeda dengan drone komersial yang bisa ditemukan secara mudah di pasar, pesawat UAV Ai-X1 ini berbeda secara konsep.

Pesawat kecil berbobot 2,7 kilogram ini ternyata dirancang untuk menggantikan peran satelit dalam melakukan pemetaan, pencitraan, dan pengukuran tanah. 

Namun tentu saja dibandingkan dengan satelit, pesawat nirawak seperti Ai-X1 jauh lebih murah, mudah dibuat, dan lebih akurat. 

Hal ini yang mendasari CEO AeroTerrascan Dian Rusdiana Hakim dan pimpinan proyek Menembus Langit Azhar Pangesti menyatakan keinginan mereka untuk menciptakan pesawat nirawak dengan kemampuan terbang hingga seminggu. 

Dengan kata lain, mimpi itu bisa mengalahkan durasi sebuah drone canggih yang maksimal terbang 'hanya' delapan jam tanpa henti.

Dengan teknologi demikian, pengembangan teknologi dan sains di Indonesia diharapkan dapat melaju lebih cepat. Itu pula yang mendasari alasan tim Menembus Langit merangkul sejumlah universitas untuk mengolah berbagai data yang mereka peroleh selama proyek ini berlangsung.

Sayangnya Azhar tidak bisa mengungkapkan biaya secara keseluruhan untuk pengembangan pesawat UAV Ai-X1. Ia hanya mau mengungkapkan bahwa nilai komponen elektronik pesawat tak mencapai angka Rp100 juta.

"Kalau untuk biaya pembuatan pesawatnya kita gak bisa sebut karena itu rahasia perusahaan. Tapi yang pasti karena kita banyak kolaborasi kita dapat banyak fasilitas gratis seperti studio ini, peralatan kendali, dan lainnya," ungkap Azhar.

Seperti yang diketahui, agar mampu mencapai ketinggian sekitar 30 kilometer di stratosfer, tim Menembus Langit memilih balon helium sebagai transportasi pengangkut wahana karena faktor ringan, mudah dibuat, dan murah.

Balon helium mulai naik mengangkat pesawat meninggalkan fasilitas Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) di Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat, Jumat pagi (28/10).

Dengan bekal enam liter helium, balon udara diperkirakan dapat mengangkut UAV menuju stratosfer dengan estimasi waktu 1 jam 20 menit. 

Sayangnya di ketinggian 10 kilometer, balon dan UAV Ai-X1 harus dihadang kumpulan awan hitam yang mampu mengecoh sensor GPS yang ada disematkan di tubuh pesawat.

Hal tersebut memicu aktivasi prosedur fail safe. Pesawat dan balon memisahkan diri. UAV Ai-X1 menjalankan proses fail safe dengan lancar dan turun secara mulus dengan autopilot.

Pada akhirnya, tim Menembus Langit akan mencoba peruntungan terakhirnya besok di tanah yang sama. Apabila masih tak beruntung, setidaknya proyek ini telah menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas pencapaian pesawat nirawak pertama yang mencapai ketinggian tertinggi di Indonesia.

Yang jelas, tugas utamanya nanti saat menjelajah stratosfer selama 40 menit adalah mengumpulkan data mengenai kondisi atmosfer Bumi menggunakan berbagai instrumen ilmiah yang disematkan di tubuhnya, yakni termometer, magnetometer, barometer, hingga kamera 360. [cnn]

Terkini