Metrotekini.com - Dalam membangun mentalitas, moral dan etika peserta didik, memang tidak mudah. Namun, keberhasilan mendidik dan membentuk serta menumbuhkan akhlak mulia, moral, budi pekerti atau karakter dalam membentuk fundamental karakter bangsa.
Sejauh menyangkut krisis mentalitas dan moral peserta didik, ada beberapa masalah pokok yang menjadi akar krisis mentalitas, moral dan etika di lingkungan pendidikan. Pertama, arah pendidikan telah kehilangan objektivitasnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, masyarakat Riau sesuai visi Riau 2020, dalam membangun pendidikan yang mengandung nilai agama, filosofi, moral, Pemerintah Provinsi Riau mengacu kepada nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu sebagai kawasan lintas budaya yang telah menjadi jati diri masyarakatnya bumi bertuah, Riau.
Budaya Melayu adalah budaya yang dibangun atas nilai-nilai ke-Melayuan yang bersumber dari nilai-nilai atau ajaran Islam. Karena itu, budaya Melayu identik dengan Islam.
Bagi masyarakat Riau, nilai-nilai ke-Melayuan yang mereka pegang tersebut baik secara sadar atau pun tidak sadar, langsung maupun tidak langsung, tertuang dalam visi Riau 2020 secara eksplisit dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau No.36 tahun 2001 yakni, "Terwujudnya Provinsi Riau Sebagai Pusat Perekonomian Dan Kebudayaan Melayu Di Asia Tenggara Tahun 2020 Dalam Lingkungan Masyarakat Yang Agamis, Sejahtera Lahir Dan Bathin".
Dalam mewujudkan Visi Riau 2020 tersebut, Pemerintah Provinsi Riau telah menyatakan komitmen dan melakukan berbagai langkah strategis pembangunan. Hal tersebut semuanya terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau tahun 2014-2019.
Dalam RPJMD itu terdapat sembilan penekanan yang salah satunya menyangkut keagamaan yaitu, "pembangunan masyarakat yang berbudaya, beriman dan bertaqwa".
"Semua penekanan itu mengarah kepada pembangunan dan kesejahteraan untuk masyarakat," ujar Gubernur Riau, Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA, beberapa waktu lalu.
Demi memantau kinerja dan program-program tersebut dan sejalan dengan APBD Riau 2016, Gubri Arsyadjuliandi Rahman mengaku akan memantau secara terjadwal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Tujuannya, agar kegiatan yang dijalankan masing-masing SKPD tidak keluar dari jalur RPJMD yang sudah disahkan.
"Kita ingin seluruh kegiatan SKPD berhubungan dan berkaitan dengan RPJMD yang telah ditetapkan," tegasnya.
Belum lama ini, tanggal 6 Oktober 2016) lalu, empat ribu lebih santri dari 12 kabupaten/kota di Riau telah ikut mensukseskan apel akbar Hari Santri Nasional di Halaman Kantor Gubernur Riau.
Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman pun dalam sambutannya sebut bahwa banyak tokoh nasional lahir dari lingkungan Ponpes.
"Banyak lulusan santri-santri yang telah berhasil menunjukan eksistensinya didalam berpolitikan dan kemimpinan Indonesia. Seperti, Menteri Ketenagakerjaan RI, M Hanafi Dahkiri dan Khofifah selaku Menteri Sosial RI", ujarnya.
Untuk itu ia berharap agar para santri harus menunjukan eksistensinya, karena Menteri Ketenagakerjaaan, Menteri Sosial juga alumni pesantren. Seiring dengan perkembangan global perubahan budaya yang tak terelakan, santri harus memberikan respon positif dan mengikuti perkembangan tersebut dalam suatu hal yang positif.
Gubri menambahkan, para santri untuk dapat menjadi agent of change, dan pesantren dituntunt untuk pertahankan pendidikan keagamaan diera globalisasi. Agar santri menjadi pribadi muslim kedepan, antara imtek dan impek, dan diharapkan menteri untuk bisa ikut sertakan balai pelatihan di pondok pesantren.
"Hal ini menunjukkan eksistensi santri dalam dunia politik dan kepemimpinan di Indonesia. Ini harus jadi motivasi bagi para santri untuk terus membangun Indonesia lebih maju ke depannya tanpa lupa akan pendidikan agama," kata Gubernur.
Gubernur mengajak santri menanggapinya dengan positif dan tetap mengikuti perkembangan zaman, terlebih pesantren sekarang banyak yang sudah berbasis teknologi.
Santri juga dituntut bisa menjadi agent of change (agen perubahan). Di zaman persaingan global ini, santri harus bisa menyelaraskan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) dan tetap menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa.
Dalam kesempatan ini Gubernur Riau juga optimis dan yakin kedepan Riau akan semakin aman dan kondusif, ini karena perkembangan pondok pesantren (ponpes) semakin banyak di negeri lancang kuning ini.Ini dikatakan oleh Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, ketika mendampingi Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakhiri meresmikan gedung asrama ponpes Al Mujtahadah di Jalan Handayani Kartama Pekanbaru, Kamis (06/10/2016).
"Saya merasa yakin kalau pesantren semakin banyak, maka Riau akan semakin aman," kata Andi Rahman, sapaan akrabnya. [adv-hms]