Metroterkini.com - Letusan Gunung Barujari, Anak Rinjani di Lombok NTB, memang belum berpengaruh terhadap Gunung Agung di Bali. Gunung tertinggi di Bali ini justru dikatakan juga berpotensi meletus, mengingat siklus ledakan 40 tahun.
Diterangkan Kepala BPBD Bali Dewa Made Indra, setelah meletus pada tahun 1963 lalu, Gunung Agung masih berpotensi erupsi. Ini berdasarkan siklus gunung merapi yang sudah meletus sebelumnya, dimungkinkan akan terjadi letusan atau erupsi kembali setelah 40 tahun. Artinya kemungkinan Gunung Agung meletus kembali sangat besar dan itu bisa terjadi kapan saja.
"Memang ada siklus seperti itu (setiap 40 tahun) tetapi itu kan bukan exact, tetapi bisa saja seperti itu namun siklusnya tidak mesti setiap 40 tahun bisa saja lebih. Kalau itu yang bisa menjelaskan kan Balai Vulkanologi," ujar Indra, Rabu (28/9).
Untuk mengantisipasi terjadinya letusan Gunung Agung itu, BNPB bersama BPBD Bali dan Karangasem, Basarnas, Pemadam Kebakaran, Tagana dan sejumlah unsur penyelamatan lainnya secara khusus rutin menggelar simulasi penanggulangan bencana erupsi Gunung Agung.
"Kita antisipasi sejak awal jadi saat bencana itu terjadi personel sudah siap," akunya.
Sementara itu mengenai kemungkinan dampak abu vulkanik dari erupsi Gunung Barujari, Lombok Utara yang meletus beberapa hari lalu di mana tinggi lontaran abu vulkanik mencapai 2.000 meter ke udara, Dewa Made Indra mengaku BPBD Bali sudah menyiapkan ribuan masker dan akan disalurkan ke Karangasem, jika nantinya dampak abu vulkanik Barujari sampai ke sana. [mrd-rem]