Metroterkini.com -Dalam sebuah ajaran bijak dari Negeri Tiongkok, disebutkan: "Ketika ada kesempatan, pergilah bersama teman-teman lama. Bertemu dan berkumpullah dengan mereka, bukan sekedar untuk makan dan ngobrol saja. Tetapi sambil mengingat bahwa hidup kita semakin singkat. Dan mungkin di masa-masa sesudahnya kita tak akan bisa bertemu mereka lagi. Karena di lain waktu mungkin kita sudah semakin susah hanya untuk berjalan sekalipun."
Bertemu dengan teman dan sahabat lama dalam sebuah perjumpaan, yang sering disebut dengan silaturahmi, memang mendatangkan manfaat yang terkadang diremehkan. Manfaat itu ternyata, salah satunya adalah mendatangkan 'kesehatan', dan kesehatan sudah jelas memungkinkan datangnya umur panjang. Tak heran jika Sabda Sang Nabipun menganjurkan kepada manusia untuk memperbanyak silaturahmi. Dari memperbanyak silaturahmi, manusia dijanjikan akan mendapatkan kesehatan dan umur yang panjang. Bagaimana bisa? Apa yang membuat para bijak sepakat bahwa silaturahmi bisa memperpanjang usia? Semudah itukah manusia mendapatkan ekstensi atas umurnya? Dan setelah 'selidik punya selidik', kuncinya adalah rasa bahagia yang diwujudkan dalam 'senyum dan tawa'.
Didalam agama Islam senyum adalah Sedekah. Senyumlah, maka dunia akan tersenyum bersamamu. Cemberutlah maka kamu akan kesal sendirian.
Demikian kira-kira peribahasa anonim yang sudah lama populer di antara kita. Senyum dalam perjumpaan dengan kawan atau sahabat lama, bukanlah senyum sembarang senyum, karena senyum yang berkembang di bibir tidak muncul setiap hari. Bak Kembang Wijaya Kusuma, yang akan berkembang pada saat-saat tertentu dan jika mekarpun tak kenal pagi, siang atau malam hari. Saat ingin berkembang, mekarlah Sang Bunga Kehidupan. Senyum dan tawa dalam perjumpaan yang langka, akan membuat hidup lebih sehat bukan saja secara lahir namun juga secara batin. Kegembiraan dalam pertemuan-pertemuan tersebut, akan menjadi semacam 'mood booster' yang menyugesti diri untuk selalu menjalani 'hidup yang lebih hidup'.
Selayaknya sebuah perjumpaan dengan kawan atau sahabat lama, akan ditutup dengan satu pemahaman lagi bahwa, umur bisa dianalogikan seperti es batu. Digunakan atau tak dipakai akan tetap mencair dan hal yang harus dilakukan setiap hari hanyalah berusaha untuk selalu tersenyum dan tertawa serta berbahagia dengan hidup yang dijalani. Bagaimanapun hidup itu sendiri. Seorang teman lama, keturunan Tionghoa, dalam sebuah perjumpaan saat acara reuni SMA beberapa hari lalu, menitipkan sebuah pesan untuk direnungkan:
Jalani hidup dengan santai, jangan mau menang sendiri, jangan suka menyakiti sesama, jangan suka mengeluh dan suka mencela... hiduplah dengan ceria!
Mari rayakan keseharian dalam hidup ini dengan senyum, tawa dan ceria. [vml]