Metroterkini.com - Pasukan Turki terus menggencarkan serangan ke wilayah utara Suriah hingga menjauhi daerah perbatasan pada awal pekan ini. Langkah Turki ini seakan mengabaikan teguran dari Amerika Serikat, sekutunya dari NATO, yang khawatir serangan tersebut bergeser jauh dari tujuan semula, yaitu menargetkan kelompok militan ISIS.
Militer Turki meluncurkan serangan lintas perbatasan di wilayah Jarablus hampir sepekan lalu dalam upaya untuk mengamankan wilayah perbatasan dan memukul kelompok militan ISIS untuk menjauhi wilayah perbatasan.
Namun sejak saat itu, pasukan Turki terus bergerak ke wilayah yang telah dikuasai oleh pejuang Pasukan Demokratis Suriah (SDF), koalisi pemberontak yang mencakup milisi Kurdi YPG yang didukung Amerika Serikat untuk melawan jihadis.
Kelompok pemantau perang sipil Suriah menyatakan 41 orang tewas dalam serangan udara militer Turki ketika pasukan bergerak menuju arah selatan pada Minggu (28/8). Turki membantah operasi militer itu merenggut nyawa warga sipil, dan mengklaim serangan itu menewaskan 25 militan Kurdi.
"Kami ingin memperjelas bahwa serangan yang terjadi di daerah di mana tidak ada markas ISIS, merupakan serangan yang tidak dapat diterima dan menjadi sumber keprihatinan kami yang mendalam," kata Brett McGurk, utusan khusus AS untuk memerangi ISIS, dikutip dari CNN, Selasa (30/8/16).
"Kami menyerukan kepada semua pelaku bersenjata untuk mundur," tulisnya di Twitter, mengutip pernyataan dari Departemen Pertahanan AS.
Turki sebelumnya telah mengungkapkan bahwa operasi ini memiliki tujuan "pembersihan ganda" yakni menumpas ISIS di wilayah perbatasan yang dapat mengancam kondisi keamanan di Turki, dan juga agar pasukan Kurdi Suriah, YPG, tidak mengisi kekosongan kondisi keamaan dan memperluas wilayah mereka ke dekat perbatasan Turki.
Ankara memandang YPG sebagai ancaman karena berhubungan dekat dengan militan Kurdi PKK, yang meluncurkan pemberontakan di Turki selama tiga dekade terakhir. Namun, sikap Turki ini bertentangan dengan AS yang menilai YPG sebagai sekutu dalam memberantas ISIS di Suriah.
Serangan ini semakin meregangkan hubungan Ankara dengan Washington, utamanya setelah AS tak juga mengekstradisi Fethullah Gulen, tokoh agama Turki yang dituding sebagai dalang percobaan kudeta dan kini tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, AS.
"Turki bertekad untuk mengambil sejumlah langkah untuk menjamin keamanan warganya di rumah dan di negara tetangga," kata Presiden Tayyip Erdogan pekan lalu, sembari menekankan bahwa operasi militer hanya akan dihentikan jika tak ada lagi ancaman keamanan, termasuk dari YPG.
Sementara itu, dalam konferensi pers yang digelar pada Senin, Menteri Urusan Eropa Turki Omer Celik menyatakan, "Tidak ada yang berhak memberitahu kami organisasi teroris apa yang boleh kami lawan."
Pasukan Turki merangsek masuk ke Manbij, kota yang terletak sekitar 30 km sebelah selatan perbatasan Turki bulan ini dengan bantuan AS.
Militer Turki berhasil menghancurkan delapan target ISIS dengan tembakan artileri lintas batas, sebagai respon atas serangan roket dari Suriah menghantam kota perbatasan Kilis, sekitar 80 km sebelah barat Turki.
Turki menuduh YPG berupaya memanfaatkan kekosongan kondisi keamanan di perbatasan dengan merebut sejumlah wilayah yang sebelumnya tak mereka kuasai.
"YPG terlibat dalam upaya pembersihan etnis, mereka menempatkan siapa mereka ingin di daerah itu," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Ankara, sembari menuntut pasukan Kurdi untuk mundur dari wilayah timur di Sungai Efrat. [**]