Metroterkini.com - Seorang ulama Syiah paling berpengaruh di Irak mengatakan, ratusan tentara tambahan Amerika Serikat yang dikirim ke Irak akan menjadi “target serangan" baru.
“Mereka akan menjadi target kami,” kata Moqtada al-Sadr, ulama Syiah ternama Irakn dalam sebuah pernyataan di sebuah situs berita daring pada Minggu (17/7/2016).
Kantor berita Agence France-Presse melaporkan, milisi yang dipimpin Sadr telah berperang dengan pasukan AS sejak setelah invasi militer ke Irak di tahun 2003.
Menteri Keamanan AS, Ashton Carter, dalam kunjungan ke Baghdad pekan lalu mengatakan, 560 tentara tambahan dikirim ke Irak untuk memerangi Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Prinsipnya, Washington ingin memperkuat pasukan Baghdad menyerang ISIS, kelompok teroris yang telah merebut sebagian besar wilayah utara dan barat Irak sejak tahun 2014.
Saat ini sebenarnya masih ada ribuan personil militer AS di Irak, dan mereka ikut ambil bagian dalam membantu tentara setempat berperang melawan ISIS.
Bagi Sadr, pasukan AS itu merupakan sasaran empuk jika milisinya terlibat misi yang sama dalam memerangi ISIS atau pasukan pemerintah.
Milisi Tentara Mahdi merupakan salah satu faksi milisi yang bertempur dengan tentata AS setelah invasi tahun 2003.
Pertempuran antara pasukan AS dengan milisi Tentara Mahdi terjadi di Baghdad, ibu kota Irak, hingga kota Najaf di bagian Irak selatan.
Pasukan Sadr sekarang disebut Saraya al-Salam telah mengambil bagian dalam operasi memerangi AS. Namun, salah satu tugas utama mereka ialah melindui tempat ibadah.
Pasukan Irak, termasuk kelompok paramiliter pro-pemerintah, yang didukung milisi Syiah Iran termasuk yang paling kuat - telah kembali menjadi lawan yang kuat bagi ISIS.
Koalisi asing pimpinan AS tellah melakukan serangkaian serangan udara terhadap militan ISIS dan juga memberikan pelatihan dan bantuan lainnya kepada pasukan Irak.
Saat Carter mengumumkan adanya tambahan personil AS, hal itu berarti total anggota militer AS di Irak masih sekitar 4.600 personil. [kompas]