Metroterkini.com - Setiap tahun, sebanyak enam triliun buah rokok dihisap oleh 20% warga dunia. Kini, seorang ilmuwan Australia telah menemukan metode pertama di dunia yang mampu mengubah jutaan ton limbah puntung rokok menjadi batu bata.
Proses ini tak hanya menyingkirkan polusi, tapi juga memproduksi batu bata yang lebih baik.
Dr Abbas Mohajerani dari Universitas RMIT berharap, penemuannya ini berarti puntung rokok satu hari bisa menjadi barang berharga, dan produsen batu bata harus membayar untuk kumpulan puntung tersebut, dengan cara yang sama yang dilalui ban karet atau botol kaca bekas sebelum menjadi barang berharga bagi industri lainnya.
"Kita dihadapkan dengan miliaran ton puntung rokok di planet ini. Ada berton-ton puntung rokok di mana-mana, di saluran air dan pantai," tuturnya.
Puntung rokok dibuang di saluran air atau dibuang di TPA, di mana logam berat, termasuk arsenik, meresap ke dalam tanah dan mencemari saluran air. Lebih dari satu juta ton puntung rokok dibuang setiap tahunnya.
Meskipun jumlah konsumsi rokok menurun di Australia (sekitar 30 miliar rokok, dimana 7 miliar di antaranya berakhir sebagai sampah), angka global justru meningkat.
Untuk menempatkan data konsumsi global ini dalam perspektif, rokok dalam jumlah cukup dikonsumsi setiap pria, perempuan dan anak-anak di dunia pada tahun 2009, untuk mencapai rata-rata 865 batang rokok di tahun itu.
Dr Abbas dan timnya menemukan bahwa menambahkan sejumlah kecil puntung rokok ke dalam campuran tanah liat, mengurangi energi yang diperlukan untuk memanggang batu bata, dan juga meningkatkan sifat insulasi mereka.
Hanya sebagian kecil dari batu bata terbuat dari puntung rokok - sekitar 1%. Tetapi karena kami memproduksi begitu banyak batu bata per tahun, bahkan seandainya 2,5% dari total produksi batu bata tahunan dunia mencakup 1% puntung rokok, tak akan ada polusi puntung rokok.
"Suatu hari di masa depan nanti, tak akan ada lagi sampah. Bahan limbah ini adalah sumber dari sumber energi bagi bahan lain konstruksi," ungkap Dr Abbas.
"Tak akan ada limbah yang sia-sia," imbuhnya.
Dr Abbas mengatakan, tak ada bahaya logam berat yang muncul dari batu bata. Proses pembakarannya ternyata mengubah beberapa unsur beracun ke dalam bahan kimia baru, dan sisanya terkunci dan bergerak dalam struktur bata yang padat.
"Satu persen itu tak apa-apa. Jika kami memiliki masalah dengan batu bata normal maka kami tak khawatir tentang batu bata dengan 1% puntung rokok," jelasnya.
Pencarian itu akan mengumpulkan cukup puntung rokok untuk digunakan dalam produksi batu bata skala industri.
Dr Abbas mengatakan, ia belum memiliki kepentingan apapun dari produsen bata, meskipun ini masih awal -risetnya diterbitkan bulan ini.
"Tapi mungkin, sekarang kami menuju ke sana, waktu di mana mereka akan membutuhkan keahlian kami," sebutnya.
"Secara potensial, akan ada regulasi pada jejak karbon dari batu bata, dan mereka akan perlu menggunakan bahan daur ulang. Ketika sebuah sistem dipasang untuk produsen batu bata, Anda akan melihat penghematan 10-20% energi. Dan kemudian, permintaannya akan naik," jelas sang ilmuwan.
Ia mengatakan, pada saat itu, puntung rokok akan memiliki harga.
"Saya pikir itu akan terjadi di masa depan bahwa puntung rokok menjadi sumber energi yang berharga," ulasnya. [detik]