Metroterkini.com - Sedikitnya tiga bank raksasa di Singapura dikabarkan mulai kehilangan modal. Hal ini dikhawatirkan dapat memunculkan krisis baru di Asia.
Melorotnya perekonomian China yang kian mengkhawatirkan kemungkinan besar bisa menyeret negara kecil seperti Singapura untuk segera masuk dalam badai krisis yang mengerikan jika malapetaka itu benar-benar terjadi.
Berbicara dalam pertemuan tahunan Barron, miliarder Swiss Felix Zulauf memperingatkan bahwa bank-bank besar di Singapura berada dalam bahaya pelarian modal besar-besaran jika ekonomi China mengalami benturan keras, yang dia perkirakan bakal terjadi pada tahun ini.
“Kita sekarang berada dalam siklus menurun yang mungkin saja berakhir dengan krisis dan bencana. China dalam siklus saat ini mirip seperti masalah perumahan di AS ketika krisis finansial terjadi pada 2008,” katanya, seperti dikutip Bisnis.com, dari Singapore Business Review, Minggu (14/2/16).
Zulauf memperingatkan bahwa pelarian modal di China akan berlanjut akibat dorongan regulator yang mendevaluasi yuan sebesar 15%-20% dalam setahun.
Bila ini terjadi, ekonomi Asia yang masih sangat bergantung pada China, khususnya Singapura, akan menderita karena perusahaan-perusahaan China memangkas impor mereka lebih besar. Pada saat yang sama, utang perusahaan-perusahaan China akan berisiko besar gagal bayar.
“Saya perkirakan situasi ini bakal memburuk di mana kita akan menjadi saksi krisis industri perbankan di Asia yang secara khusus menghantam Singapura dan Hong Kong dengan sangat keras,” ucapnya.
Menurutnya, betapa sangat mengerikan jika Singapura, yang menjadi daya tarik luar biasa bagi modal asing selama bertahun-tahun dan masih dicitrakan sebagai negara yang punya kekuatan nilai tukar, akan menghadapi situasi krisis yang sama mengerikan seperti China.
“Pinjaman di sektor perbankan Singapura tumbuh sangat dramatis dalam 5-6 tahun terakhir. Singapura sekarang kehilangan modal, yang artinya, industri perbankannya kehilangan simpanan,” tuturnya.
Dengan situasi seperti ini, katanya, sektor perdagangan menjadi serbasalah, yang akan berujung pada merosotnya kinerja para pedagang besar.
“Saya menyebutnya ini sebagai potensi krisis perbankan di Singapura. Saya tak menganjurkan untuk menjual saham-saham perbankan Singapura tapi lebih kepada EWS atau iShare MSCI ETF Singapura. Dalam kasus ini, investor akan mendapat keuntungan dari anjloknya harga saham lokal dan melemahnya dolar Singapura terhadap dolar AS,” katanya. [**bns]