Metroterkini.com - Imlek merupakan hari besar warga keturunan Tionghoa yang beragama Budha. Mereka merayakan dengan berbagai atrasi, mulai dari atraksi Barongsai dan pesta kembang api.
Seperti di Kota Bengkalis, selain di Vihara Hok Ann Kiong, Jalan Yos Sudarso Bengkalis, pesta kembang api juga dilakukan di toko-toko atau rumah-rumah warga Tionghoa.
Kota Bengkalis bagaikan dalam suasana perang. Sebab, mulai dari mercun yang bagaikan bunyi senjata api stan memuntahkan peluru, dentuman dahsyat bagaikan bom juga bersaut-sautan.
Pesta kembang api ini membuat udara Kota Bengkali terang benderang.
Pesta kembang api dalam rangka Imlek ini biasanya berlangsung seminggu. Umumnya berlangsung pada malam hari, tetapi ada juga yang melakukanya siang hari.
Selain itu, kesenian barongsai juga tak ketinggalan. Kelompok Barongsai ini bergerak dari satu toko ke toko yang lain yang ada lampu lampionnya, sebagai pertanda bahwa toko tersebut merayakan Imlek.
Selain itu, mereka juga mendatangi rumah-rumah warga Tionghoa. Kelompok barongsai ini tak ubahnya sekelompok pengamen yang mengais rezeki di hari Imlek.
Suasana meriah ini, ternyata bukan hanya dinimati warga Tionghoa yang beragama Budha yang merayakan Imlek, tetapi juga warga non Tionghoa.
Mereka keluar rumah ikut menikmati suasana pesta kembang api Imlek, berbaur dengan etnis Tionghoa.
Bahkan mereka tanpa janggung mendatangi Vihara Hok Ann Kiong dan berselfi ria di depan Vihara.
Tanpa janggung. Padahal mereka memakai jilbab. Sebalik kehadiran remaja Islam ini tak membuat para warga Tionghoa yang datang ke Vihara terganggu.
Seperti diungkapkan duo Nurhayati warga Sungai Alam, pelajar SMAN 2 Bengkalis dan Nurhayati warga Perapat Tunggal Desa Meskom, Alumni MAN Bengkalis ini.
Duo Nurhayati yang ternyata masih bersaudara ini mengaku hanya ingin selfi di depan lilin raksasa yang terdapat depan altar Vihara.
"Kami Islam, kesini hanya ingin selfi aja. Cuma itu," ujar keduanya santai.
Datang dan berpoto di depan Vihara dan di dalam vihara juga selakukan puluhan remaja Islam lainnya, baik remaja pria maupun wanita.
Mereka kadang bergantian dengan remaja Tionghoa mengabadikan diri dengan latar yang sama.
Suasana membaur ini menjadi ciri khas kerukunan umat beragama di Kabupaten Bengkalis, khususnya Kota Bengkalis.
Dentuman petasan dan kembang api tak membuat umat Islam yang lagi beribadah terganggu. Demikian juga ketika suara azan berkumandang juga tak membuat umat non musim protes.
Semakin malam, suara dentuman kembang api semakin ramai. Kota Bengkalis bagaikan disiram senjata berat dari segala arah.
Suasana ini ternyata memang dinanti warga. Mereka asyk memandangi langit penuh bunga api warna warni. [rdi]