Metroterkini.com - Bali Safari & Marine Park dan Batang Dolphin Centre baru-baru ini membentuk regu penyelamat yang terdiri dari dokter hewan spesialis mamalia laut dan tim peduli satwa lainnya untuk merespons panggilan penyelamatan satwa dari Pemerintah Indonesia. Regu penyelamat tiba di Taman Nasional Komodo satu hari setelah adanya pemberitahuan ditemukannya seekor anak dugong yang terdampar di pesisir pulau tersebut.
Merespons panggilan dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), regu penyelamat yang terdiri dari Dr Nimal Fernando, Dr Kadek Kesuma, Nyoman Suartawan dan Sutejo tiba di Kanawa Island Resort, di mana sebelumnya sekelompok ahli biologi dari Amerika yang kebetulan sedang berlibur di sana menghabiskan tiga hari terakhir mereka untuk memelihara dan memberi makan dugong yang diperkirakan baru berumur satu bulan tersebut.
"Regu penyelamat tiba dan mendapati satwa malang itu dalam keadaan luka-luka karena tergores karang tajam dan kekurangan nutrisi dari air susu induknya," kata Dr Nimal, Kamis 28 Januari 2016.
Diduga, dugong tersebut sudah kehilangan induk. "Namun detail tentang di mana atau apakah induknya telah mati tidak diketahui secara pasti. Berdasarkan hal itu, secara statistik dapat diperkirakan bahwa kemampuan bertahan hidup anak dugong tersebut sangat kecil," kata Dr Nimal.
Tim penyelamat memutuskan untuk tidak membuang waktu lagi dan menghabiskan 8 jam sehari di laut, di bawah tempat penampungan darurat, mengatur jadwal untuk menyusui si bayi dugong dengan susu formula khusus yang telah dibawa dari Bali Safari & Marine Park.
Tim melaporkan bahwa saat ini pasien mereka telah mulai mengkonsumsi rumput laut yang masih diselingi dengan susu formula. "Melalui pemantauan perkembangan yang masih berlanjut, tim telah melihat indikasi positif bahwa saluran pencernaan bayi dugong ini telah berfungsi dengan normal," katanya.
Dari hasil konsultasi dengan perwakilan BKSDA, Taman Nasional Komodo, World Wildlife Foundation (WWF) dan komunitas pendukung yang terdiri dari warga sekitar telah diputuskan bahwa regu penyelamat dari Bali Safari & Marine Park dan Batang Dolphin Centre akan tinggal sementara untuk mengawasi kondisi dan memberikan pelatihan berkelanjutan tentang cara merawat dan memberi makan mamalia laut tersebut kepada komunitas dari warga sekitar.
"Diperlukan perhatian khusus untuk memastikan dugong tersebut diberikan makan setiap dua jam sehari dan masyarakat juga diinstruksikan untuk membangun sebuah sea pen untuk melindungi satwa tersebut di malam hari," saran Dr Nimal.
Dugong atau yang biasa dikenal dengan sebutan duyung atau sapi laut merupakan mamalia laut berukuran cukup besar. Panjang dugong dewasa bisa mencapai 2,5 hingga 3 meter. Dengan kemampuan bertahan hidup hingga 75 tahun, satwa yang dikenal jinak dan pemalu ini biasa hidup di perairan laut tenang dan dangkal dengan makanan berupa rumput laut dan akar-akar tanaman laut lainnya. Dahulu, dugong biasa diburu untuk daging dan minyak tubuhnya. Kini dugong telah dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah dan dilindungi di bawah hukum nasional dan perjanjian internasional. [**viva]