Metroterkini.com - Seiring persiapan hari berduka nasional dan peringatan tewasnya 130 orang pada serangan teror Paris, penjualan bendera nasional tengah meningkat di Perancis.
Setelah puluhan tahun terlupakan, kini bendera triwarna itu kembali dijunjung tinggi sebagai simbol nasionalisme, perdamaian, sekaligus perlawanan terhadap teroris pelaku penembakan di restoran, bar, gedung konser Bataclan, serta bom bunuh diri di Stade de France pada Jumat kelam 13 November.
Jumat ini, Presiden François Hollande bakal memimpin upacara peringatan serangan teror terburuk di negara itu di kompleks Les Invalides, lokasi museum militer dan makam Napoleon Bonaparte. Selain mengundang korban selamat dan keluarga mendiang korban tewas untuk mendengarkan pidatonya, Hollande juga mengajak seluruh negeri untuk mengibarkan bendera dari rumah masing-masing sebagai bentuk dukungan.
Meski selalu berkibar di gedung-gedung pemerintahan, mengibarkan bendera di rumah bukan hal yang lazim dilakukan di Perancis, kecuali saat perhelatan besar sepak bola seperti Piala Dunia 1998. Juru bicara pemerintah menyebut bahwa presiden memang ingin semua orang bergabung dalam peringatan itu di manapun mereka berada.
Dilansir Cnn indonesia, sebuah jajak pendapat pekan lalu menunjukkan bahwa hampir dua pertiga warga Perancis kini menganggap pengibaran bendera di rumah atau taman sebagai hal positif.
Alhasil, sejak tragedi berdarah Paris, penjualan bendera Perancis naik lebih dari dua hingga tiga kali lipat menurut pembuat bendera terkemuka, Doublet.
Sementara itu Herve Burg, direktur perusahaan pembuat bendera Paris Drapeaux berkomentar, "Luar biasa. Dalam sejarah Perancis, kepopuleran seperti ini hanya terjadi dua kali, yaitu ketika Piala Dunia 1998 dan akhir Perang Dunia II."
Burg menuturkan, begitu besarnya permintaan bendera sampai-sampai pabriknya kehabisan tinta.
Keintiman hubungan warga Perancis dengan benderanya sendiri nampaknya memang benar-benar kembali, jauh berbeda dengan tahun 2007 silam ketika kampanye calon presiden beraliran sosialis, Segolene Royal. Dirinya justru diperolok karena berusaha menyesuaikan ulang bendera Perancis sebagai simbol perlawanan nasionalisme sayap kanan.
Bendera turut menjadi atribut kampanye presidensial Nicolas Sarkozy tahun 2012 yang mengusung tema besar identitas nasional. Partainya dilaporkan menghabiskan total €42,964 (sekitar Rp613 juta) untuk 65 ribu bendera Perancis bagi para pendukungnya.
Namun tidak semua warga Perancis menyambut baik upacara peringatan tragedi ini. Emma Prevost, yang kehilangan saudara laki-lakinya Francois-Xavier Prevost, justru menyerukan boikot di akun Facebook miliknya. Menurutnya, pemerintah telah gagal mencegah kejadian serupa serangan terhadap majalah satire Charlie Hebdo dan swalayan Yahudi yang menewaskan 17 orang awal tahun ini. "Sepuluh bulan kemudian, teroris berhasil bangkit lagi dan sekarang berbuat 10 kali lipatnya," ia berujar.
Kesan serupa dimiliki oleh Matthieu Mauduit yang juga kehilangan saudaranya, Cedric, di gedung konser Bataclan, walau tak menyerukan boikot. Ia enggan menghadiri upacara itu karena, "Saya tidak mau menjadi 'trofi' politik pameran pemerintah yang tidak berbuat apa-apa selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun."[cnn]