Serangan Balasan, Rusia Ancam Hukum Turki Secara Ekonomi

Jumat, 27 November 2015 | 00:00:05 WIB

Metroterkini.com - Rusia mengancam akan melancarkan balasan ekonomi terhadap Turki, namun pemerintah Turki menganggap ancaman itu “emosional” dan “tidak pantas”. 

Perdana Menteri Dmitry Medvedev memerintahkan pemerintahnya menyusun langkah yang mencakup pembekuan proyek-proyek investasi bersama dan membatasi impor makanan dari Turki. 

Menteri Ekonomi Alexei Ulyukayev mengatakan Moskow akan membatasi penerbangan dari dan menuju Turki, menunda zona perdagangan bebas bersama dan membatasi proyek-proyek besar seperti pipa gas TurkiStream serta pusat pembangkit listrik nuklir yang dibangun Rusia di Turki bernilai US$20 miliar.

Tindakan Turki membuat marah Rusia, namun reaksi Moskow dibuat dengan berhati-hati dan tidak ada isyarat kuat bahwa negara ini menginginkan ketegangan militer, atau gangguan pada tujuan utamanya di wilayah: mendapatkan dukungan internasional atas upayanya menyelesaikan konflik di Suriah. 

Namun, mereka ingin menghukum Turki secara ekonomi. 

Kepala badan pariwisata Rusia Rotourism, mengatakan kerjadama dengan Turki “jelas” akan dihentikan. 

Setidaknya dua perusahaan perjalanan wisata telah mengatakan akan menghentikan penjualan paket liburan ke Turki setelah para pejabat Rusia menyarankan warga Rusia untuk tidak berlibur ke negara itu. 

Jumlah warga Rusia yang berkunjung ke Turki berada di urutan kedua di belakang Jerman, dan menyumbang pemasukan sekitar US$4 miliar per tahun pada sektor pariwisata Turki. Pemasukan ini sangat dibutuhkan pemerintah Turki untuk membiayaai defisit anggaran berjalan yang besar. 

Perdana Menteri Medvedev mengatakan pembatasan impor makanan dari Turki bisa diterapkan dalam beberapa hari, setelah memperketat pemeriksaan produk-produk pertanaian Turki. 

Moskow melarang impor sebagian besar makanan barat pada 2014 ketika negara Barat menerapkan sanksi terkait peran Rusia dalam krisis Ukraina. Larangan ini mengganggu pasok makanan karena pedagang harus mencari pemasok baru. 

Sementara itu, kementerian pertahanan Rusia mengatakan telah menghentikan seluruh kerjasama dengan militer Turki seperti layanan khusus yang dibuat untuk berbagi informasi terkait serakgan udara Rusia di Suriah. 

Pemerintah Turki bereaksi dengan mengatakan kedua negara perlu duduk bersama membicarakan insiden yang menewaskan satu penerbang Turki itu. 

“Kita adalah mitra strategis…’Proyek-proyek bersama kemungkinan dihentikan, hubungan kemungkinan diputus?’ Apakah pendekatan itu pantas bagi politisi,” kata Presiden Tayyip Erdogan, Kamis (26/11). 

“Pertama-tama, politisi dan militer kedua negara harus duduk bersama untuk membicarakan kesalahan yang telah dibuat, kemudian memusatkan perhatian untuk membenahi kesalahan di kedua kubu. Tetapi, kita malah mengeluarkan pernyataan emosional seperti ini, sangat tidak benar.”

Warga Rusia memprotes penembakan jet tempur oleh Turki di depan Kedutaan Rusia di Moskow, 24 November. (Reuters/Maxim Shemetov) Penembakan jet Rusia oleh angkatan udara Turki pada Selasa (24/11) adalah bentrokan paling serius antara anggota NATO dan Rusia. Insiden ini semakin membuat upaya memerangi militan ISIS oleh sejumlah negara menjadi rumit. 

Para pemimpin dunia mendesak kedua kubu mencegah peningkatan ketegangan. Dalam upaha mendinginkan perseteruan ini, dan meminta dukungan pada negara Barat, Perdana Menteri Turki Ahmet Dauvutoglu menulis surat kepada koran Inggris the Times bahwa negaranya siap bekerja sama dengan sekutu dan Rusia untuk “mengendorkan ketegangan”. 

Presiden Tayyip Erdogan juga menjawab tudingan Rusia bahwa Turki membeli minyak dan gas dari ISIS di Suriah, dengan mengatakan bahwa justru Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pendukungnya termasuk Rusia, menjadi sumber keuangan dan kekuatan militer kelompok itu. 

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia masih menunggu jawaban masuk akal dari Turki terkait penembakan jet tempur yang menurut Moskow tidak pernah keluar dari wilayah udara Suriah. Namun, Ankara mengatakan pesawat itu memasuki wilayah udaranya meski sudah diperingatkan beberapa kali. 

Kementerian luar negeri Turki mengatakan misi diplomatik dan perwakilan usaha Turki di Rusia telah diserangn, dan dutabesar Rusia di Ankara telah dipanggil sebagia protes.

Presiden Erdogan mengatakan jet tempur itu ditembak sebagai “reaksi otomatis” jika ada pelanggaran di wilayah udara Turki, yang sejalan dengan perintah kepada militer. 

Erdogan mengatakan perintah ini merupakan masalah yang terpisah dari ketidaksepakatan dengan Rusia terkai kebijakan di Suriah. Dia mengatakan Ankara akan terus mendukung pemberontak moderat di Suriah dan pejuang Turkmenistan yang melawan pasukan Presiden Assad. 

Erdogan mengatakan kepada CNN dilansi jum'at (27/11/2015) bahwa Rusia, bukan Turki, yang harus meminta maaf atas insiden ini. Dia juga mengatakan telah menelpon Putin setelah jet itu ditembak jatuh, namun pemimpin Rusia itu belum menelpon balik.[cnn] 

Terkini