Primadona Baru Pulau Pahawang 'Welcome to Taman Nemo'

Senin, 16 November 2015 | 00:00:06 WIB

Metroterkini.com - Pulau Pahawang di Kabupaten Pesawaran adalah primadona wisata baru Provinsi Lampung, menyusul kesuksesan Teluk Kiluan dengan atraksi lumba-lumbanya. 

Pahawang menawarkan spot-spot snorkeling di perairannya, termasuk di perairan pulau-pulau kecil sekitarnya, yakni Pahawang Kecil, Kelagian, Cuku Bedil, dan Tanjung Putus. Lokasinya mudah dicapai. Ada kapal motor sewaan dari Pelabuhan Ketapang yang akan mengantar wisatawan ke Pulau Pahawang dan sekitarnya. 

Menurut Cnn indonesia, Selain snorkeling dan memandangi ikan-ikan badut yang lebih akrab disapa ikan nemo, di perairan dangkal pulau-pulau tersebut kita dapat melihat budidaya terumbu karang. Hal itu dilakukan dengan mencangkok bibit karang di atas jaring-jaring kawat dan diletakkan di dasar laut. 

Candi kecil serta tulisan “Pahawang”, “Pulau Pahawang Wisataku”, dan “Welcome to Taman Nemo” yang ada di dasar laut antara Pulau Pahawang dan Pahawang Kecil, beberapa tahun terakhir kerap dijadikan latar belakang foto wisatawan yang snorkeling di Pahawang. 

Selain dijadikan daya tarik, sebenarnya candi dan tulisan-tulisan dari semen itu adalah sebagai tempat tumbuhnya terumbu karang. Karena lautnya dangkal, kurang lebih 3 meter, untuk melihat budidaya terumbu karang ini bisa dilakukan cukup dengan menggunakan perangkat snorkeling. Demikian pula jika ingin berfoto di dekat candi dan tulisan-tulisan itu, tinggal menyelam sambil tahan napas beberapa detik tanpa perlu alat selam. 

Namun ke Pahawang tak harus selalu snorkeling. Bisa memilih aktivitas bersepeda mengelilingi pulau Pahawang dengan harga sewa sepeda Rp15 ribu per jam. Bisa berenang saja di pantai Pulau Kelagian yang berwarna hijau toska. Bisa juga bermalas-malasan sepanjang hari di atas hammock yang diikatkan di antara dua pohon kelapa di pantai. 

Penginapan bukan masalah di Pahawang. Sebagian rumah di sini menyewakan kamar-kamarnya sebagai homestay. Cottage juga ada bagi wisatawan rombongan. 

Wisatawan yang datang dengan memesan terlebih dahulu dapat pula sekalian memesan oleh-oleh khas Pahawang berbahan utama daun dan buah bakau, yakni keripik bakau, sirup bakau, dan dodol bakau. 

Sayangnya, sejauh ini, keripik, sirup, dan dodol tak ada yang siap jual. Alasnnya, pertimbangan makanan tersebut dibuat tanpa tambahan pengawet buatan, karenanya tiga hari harus sudah habis. 

“Dodol, misalnya, kalau lebih dari tiga hari sudah tumbuh jamur. Itu sebabnya masyarakat hanya mengerjakan sesuai pesanan. Kalau  ada wisatawan yang memesan sebelum datang, sehari sebelumnya disiapkan masyarakat sini,” ujar Suhendi, 25, pemuda Pahawang yang mengelola tur Karya Wisata Pahawang. 

Suhendi inilah yang bersama nelayan Pulau Pahawang sejak 2012 merehabilitasi hutan bakau, dan melakukan transplantasi terumbu karang di perairan Pulau Pahawang yang rusak akibat penangkapan ikan ilegal. Semua dilakukan secara mandiri. 

Pemuda lulusan SMA di Bandarlampung ini meraih juara III tingkat nasional pemuda pelopor berprestasi untuk kategori pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan oleh Kemenpora pada 2 November 2015 atas upayanya menyelamatkan ekosistem laut Pahawang. 

Semua berawal dari peduli lingkungan. Tiap pagi dia dan masyarakat Pahawang membersihkan sampah di pantai yang dibawa air laut dari luar. Pemuda lulusan SMA di Bandarlampung ini pun kemudian rajin mempromosikan Pahawang lewat media sosial. 

Membuat kerja sama dengan pemilik kapal di Pelabuhan Ketapang, dan mengajak masyarakat Pahawang menyiapkan kamar dan rumah hingga layak untuk disewakan. Berdatangannya wisatawan memberi manfaat besar bagi masyarakat Pahawang yang umumnya nelayan. Ada alternatif pekerjaan baru di bidang pariwisata, misalnya sebagai pemandu wisata dan pemilik penginapan. 

“Pemuda putus sekolah bisa menjadi pemandu snorkeling, warung-warung milik masyarakat jadi bertambah pembeli tiap akhir pekan. Banyak rumah yang tadinya tidak punya toilet, sekarang punya toilet,” kata Suhendi. [Cnn]

Terkini