Metroterkini.com - General Manager (GM) PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok (BIL), Pujiono bernyanyi ke publik. Kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (23/10). Pujiono membeberkan semua insiden yang terjadi dan ditutupinya selama ini. Sejak empat tahun BIL beroperasi cukup banyak musibah menimpa karyawan AP, termasuk orang-orang yang mengerjakan proyek di dalam area bandara.
Bukan hanya itu, ia pun mengaku kawasan BIL selama ini ada sekelompok orang yang diduga preman berkeliaran. Preman tersebut dinilai kerap melakukan tindakan kriminal yang hingga saat ini belum mampu ditangani aparat Kepolisian.
Ia mengaku, geram dengan kasus ini dan terpaksa blak blakan membukanya ke public karena sudah tidak tahan lagi memendam amarah. Di contohkannya Kamis malam, Pukul 20.15 Wita di dekat tol gate atau pintu masuk bandara. Sekitar 13 orang preman menganiaya pekerja proyek pengecatan runway bandara.
Ceritanya, pada malam itu Suyono sebagai pelaksana proyek dan sopirnya datang dari arah barat masuk ke dalam area bandara. Korban berdua masuk ke area bandara menggunakan mobil picup jenis zebra bernopol DR 9713 KZ.
Usain mengambil tiket masuk, sekitar 50 meter dari pintu masuk korban dihadang sekelompok preman. Tidak bicara banyak, korban langsung dianiaya preman ini. Aksi dilakukan preman ini merusak kaca bagian depan mobil sopir dengan menggunakan alat kerja pengecatan runway.
Selain berhasil merusak kaca mobil dan menganiaya korban, preman ini juga melarikan alat untuk pengecatan runway.
Usai kejadian, baru sejumlah aparat Kepolisian mendatangi TKP. “Ini yang membuat kami harus membuka semua masalah ini. Kami sudah tidak bisa lagi memendam persoalan yang terjadi selama ini,” ungkapnya kesal.
Dari insiden malam kejadian itu, korban langsung melaporkan kasus ini kepada pihak berwajib Polres Lombok Tengah. Menurutnya, internal bandara sudah bukannya tutupi masalah yang terjadi di dalam internal bandara bersekala internasional ini.
Tak hanya soal kasus penganiayaan yang diungkap orang nomor satu di BIL. Pujinono juga membeberkan bahwa selama ini setiap ada proyek apapun bentuknya di dalam area bandara tetap disiapkan uang pengamanan.
Uang pengamanan ini bukan untuk aparat melainkan oknum yang bakal mengganggu aktivitas proyek. Tidak main-main, besarnya uang pengaman cukup pantastis, mulai dari Rp 25 juta sampai terkadang Rp 40 juta. “Ini lagi belum dilakukan tawar menawar. Sudah, sekarang kami tidak lagi mau menutupi persoalan ini,” tegasnya.
Dikauinya, dana CSR bandara selalu di utamakan warga sekitar guna kegiatan, tidak sampai disitu, beberapa warga yang harus dibina dan perlu dirangkul Pujiono pun harus lakukan itu. Dan, beberapa warga yang dibina kini sudah sukses dan mampu melakukan perubahan.
“Apa lagi kurangnya kami. Apa iya, bandara ini harus dipindah,” keluhnya.
Ditambahkan Pujiono, bandara adalah salah satu obyek fital. Bila aktivitas diganggu maka mengancam akan mengganggu proses pelayanan dan penerbangan. Maka dari itu, pihaknya juga berharap kepada aparat terkait, pemkab Lombok Tengah untuk ambil andil.
Menurutnya, bandara ini tidak akan maju apa bila persoalan keamanan belum bisa diatasi. Sudah empat tahun, bandara ini beroprasi namun PR masih saja keamanan jadi persoalan besarnya.
“Jangan heran kalau Mandalika Resort KEK sampai sekarang tidak dibangun-bangun,” sentilnya.
Untuk itu, Pujiono mendesak pihak kepolisian menangkap preman pelaku penganiayaan. Bahkan, diminta aparat tidak takut-takut menindak tegas oknum manapun yang terlibat. Bahkan, bila ada oknum aparat bahkan orang dalam AP untuk ditindak tegas.
Sementara itu, Airport Facelities and Readines Section Head BIL Sugianto menerangkan, pada kejadian ini banyak pihak cukup terkejut karena TKP di tempat umum. Apa lagi, kasus penganiayaan di dalam area bandara. “Kami juga cukup terkejut dengan kejadian ini,” katanya.
Sugianto menjelaskan, proyek pengecatan runway dikerjakan PT Karisma Sentosa dari Semarang. Kontraktor bisa bekerja karena menang pada proses tender proyek yang dibuka untuk umum. Proyek pengecatan runway BIL memang harus dikerjakan oleh perusahaan yang benar-benar paham tehnisnya. Bagaimanapun, bila pekerjaan amburadul maka akan berakibat fatal mengancam keselamatan penerbangan.
“Sekarang kasus penganiayaan ini kami serahkan kepada aparat kepolisian,” tuturnya.
Sebelumnya aparat kepolisian Resor Lombok Tengah, sudah menangani sejumlah kejadian yang terjadi di dalam area bandara namun tak satupun bisa di ungkap, kasus pembobolan ruang kerja GM, dua kasus pembobolan branks di ruang CSR, pencurian di rumah dinas karyawan AP dan segudang kasus lainnya.[ls]