Metroterkini.com - Di tangan anak-anak muda, angklung, wayang, sampai batik kini tak hanya bisa dinikmati dari sisi sejarah dan keindahannya saja. Dunia bisa mengetahui berbagai produk budaya Indonesia lewat sains dan teknologinya.
Taufiq Assegaf, seorang praktisi IT yang bekerja di Amazing Edu software menunjukkan pada publik Jerman cara pandang baru tentang wayang kulit sampai angklung dari sisi sains. Dia menjelaskan di balik pencahayaan wayang kulit sampai tata cara pembuatan angklung.
"Kenapa wayang bisa membesar? di sini dijelaskan caranya," terang Taufiq.
Untuk angklung, dalam aplikasi tersebut, siapa pun bisa tahu teknik pembuatan angklung. Taufiq yang sudah riset di tempat pembuatan angklung 'Mang Udjo' di Bandung, menemukan fakta bahwa ada rumus tertentu yang bisa dipakai.
"Kalau dulu pakai feeling aja sekarang bisa membuat angklung dengan sangat presisi lewat rumus ini," imbuhnya.
Para pengunjung asal Jerman antusias melihat angklung dan wayang. Saat diberi kesempatan untuk menjajalnya, terutama anak-anak, mereka mengaku senang dan tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh.
"Saya tidak pernah mendengar alat musik apapun yang terbuat dari bambu. Ternyata musik bambu ini begitu luar biasa!" ungkap Fee Barnekow, pengunjung Frankfurt Book Fair 2015 sambil asyik memainkan angklungnya.
DNA Batik dan Dokumentasi Budaya
Sains dan Budaya, adalah dua hal yang dipadukan di Island of Inquiry, pada gelaran Frankfurt Book Fair 2015. Vande Leonardo, alumnus ITB, sempat memamerkan temuan ilmiah mereka dalam menemukan DNA Batik.
Salah satu pengunjung yang hadir adalah Duta Besar Israel untuk Jerman, Hadas Handelsman. Dia terpukau mendengarkan bagaimana anak muda Indonesia bisa menemukan formula untuk mengetahui asal usul dari ratusan batik yang ada di Indonesia.
Tak lama berselang, Endo Suanda memperlihatkan aneka rekaman budaya Indonesia yang berbasis data web. Berbagai tari-tarian, musik, upacara adat serta cerita rakyat kini dapat diakses melalui www.khazanahindonesia.net dalam bentuk teks, foto dan video singkat.
Dokumentasi berbasis teknologi menjadi penting mengingat umumnya budaya Indonesia didominasi budaya lisan. "Ini cara kita untuk menyimpan kekayaan budaya kita. Bukan hanya untuk orang asing, tapi juga untuk orang Indonesia sendiri. Bila semua informasi terkumpul, siapapun bisa dengan mudah mengakses dan mengenal budaya Indonesia," ungkap Endo Suanda ketika menjelaskan ide di balik gudang data budaya ini. [detik]