Metroterkini.com - Seorang petugas kepolisian dipenggal di salah satu siang paling khidmat di Australia, ketika ribuan orang lain berkumpul untuk mengenang jasa para pahlawan di masa lampau dalam perayaan Anzac Day pada April lalu.
Jika benar-benar terjadi, aksi teror yang akhirnya gagal tersebut mungkin akan menggemparkan Australia dan dunia. Otak dari plot tersebut adalah seorang bocah di belahan dunia lain.
Anak sekolahan yang merencanakan teror tersebut kini, tepatnya Jumat (2/10), dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan merencanakan pembunuhan.
Seperti dilansir CNN, anak tersebut baru berusia 14 tahun ketika menyusun rencana mematikan itu. Ia juga menghasut orang lain untuk ambil andil.
Aparat penegak hukum sempat kesulitan mengidentifikasi penyusun skenario pembunuhan ini karena bocah tersebut jauh dari radar kepolisian.
Kepala Unit Terorisme Barat Laut Inggris, Tony Mole, mengatakan bahwa peran anak tersebut sangat mengejutkan mengingat ia masih sangat muda.
"Saya pikir, ini menunjukkan bahwa ideologi, jika Anda terbuka, sebenarnya tidak hanya ada dalam diri narapidana. Ada beberapa orang yang jatuh dalam propaganda menggoda ISIS yang muncul di jejaring sosial," ujar Mole.
Menurut Mole, otak anak ini juga sudah tercuci oleh propaganda ISIS.
"Ia mengeksplorasinya dan menerjemahkannya dalam rencana aksi yang sangat bagus, yang sangat berbahaya jika terlaksana," katanya.
Pihak berwenang mengatakan bahwa aksi ini seharusnya dieksekusi oleh rekan bocah tersebut yang tinggal di Melbourne, Sevdet Besim. Mereka berkoordinasi melalui aplikasi khusus.
Namun, rencana tersebut gagal lantaran bocah di Inggris ini ditangkap ketika mengancam akan memenggal gurunya di sekolah. Para ahli kontra-terorisme pun melacak semua kode rahasia di ponsel anak ini.
Meskipun tak jadi melancarkan aksinya, Besim kini tengah menanti proses pengadilan atas tuduhan terlibat dalam perencanaan aksi teror.[cnn]