Ini Detik Menegangkan Penembakan di Kampus Oregon

Jumat, 02 Oktober 2015 | 00:00:05 WIB

Metroterkini.com - Pukul 10.38, Kamis (1/10/15), Umpqua Community College di Roseburg, Oregon, memulai hari keempat semester baru ketika kampus tiba-tiba gaduh mendengar letupan tembakan dari Ruang Kelas 15. Setidaknya 10 orang tewas dan 20 lainnya terluka dalam penembakan yang dilakukan oleh Chris Harper Mercer ini.

Cassandra Welding, seorang mahasiswa junior, sedang berada di Ruang Kelas 16, tepat di sebelah lokasi penembakan. Ia mendengar beberapa kali letupan seperti balon meledak.

Ada sekitar 20 orang dalam ruang kelas. Seorang wanita paruh baya di belakangnya tiba-tiba menutup pintu kelas. Beberapa timah panas menembus perutnya.

"Ia (penembak) ada di sana, berdiri di luar pintu. Ia (perempuan tertembak) merosot dan saya langsung mengetahui ada yang tak beres. Mereka mengatakan, 'Dia tertembak! Dia tertembak!' Semua orang panik," tutur Welding seperti dikutip cnn.

Seorang teman langsung menyeret perempuan yang tertembak itu ke dalam ruangan dan mulai memberikan pertolongan pertama. Seorang lainnya mengunci pintu. Para siswa membungkuk di pojok ruangan, melindungi diri dengan meja dan tas.

"Saya mendengar tembakan lagi. Mengerikan. Sekujur tubuh saya gemetar. Rasa dingin merambat di tulang belakang saya. Kami akhirnya menelepon 911," kata Welding.

Mahasiswi berusia 20 tahun ini pun tak melepaskan ponsel dari genggamannya. Di ujung telepon, ibunya menanti.

"Saya tahu, ini bisa jadi terakhir kalinya saya berbicara dengannya," kata Welding.

Di ruang kelas lainnya, Brady Winder tengah mengikuti pelajaran menulis. Ia baru saja pindah ke Roseburg tiga pekan lalu.

"Kami mendengar satu letupan. Suaranya seperti seseorang menjatuhkan sesuatu yang berat ke lantai dan semua orang terkejut," katanya.

Menurut Winder, ada pintu yang menghubungkan kelasnya dengan ruang tempat terjadinya penembakan. Guru yang sedang mengajar mengetuk pintu tersebut. "Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya guru itu.

"Lalu kami mendengar tembakan lagi. Kami semua terdiam selama beberapa saat," kata Winder.

Semua orang memalingkan kepala dan saling tatap, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

"Itu adalah tembakan pistol," ucap seseorang di kelasnya.

Winder mendengar teriakan orang-orang di ruang sebelah. Kelas Winder pun mulai panik.

"Semua orang lompat ke atas meja. Menjatuhkan semua benda," tuturnya.

Dalam pemberitaan berbagai media disebutkan pelaku penembakan menanyakan agama orang dalam kelas tersebut sebelum beraksi.

Seorang pelajar yang berada di Ruang Kelas 15, Kortney Moore, berkata kepada NR Today bahwa pelaku menyuruh semua orang berdiri dan menyebutkan agama mereka dan mulai menembak.

Moore melihat gurunya ditembak di bagian kepala. Ia sendiri tersungkur di lantai bersama beberapa orang lain yang ditembak.
Mahasiswa kampus Umpqua Community College dalam penggeledahan polisi usai penembakan yang menewaskan 10 orang. (Reuters/Michael Sullivan) Aparat penegak hukum lantas memeriksa pembicaraan media sosial sang pelaku, Mercer. Ia ternyata memang sudah merencanakan penembakan ini. Dalam sebuah perbincangan seseorang berkata, "Jangan pergi ke sekolah besok jika kamu berada di tenggara."

Roseburg, sekitar 289 kilometer dari Portland, memang terletak di sudut Tenggara Pasifik. Dari populasi berjumlah 22 ribu jiwa, sekitar 20 persen warganya hidup di bawah garis kemiskinan.

Kampus Umpqua Community College mewakili keadaan tersebut. Kebanyakan mahasiswa kembali menuntut ilmu untuk perubahan karier. Rata-rata usia pelajar kampus tersebut 37 tahun. Pelajaran yang populer dalam kampus tersebut adalah pembuatan minuman anggur, keperawatan, pengelasan, dan mesin.

Mantan Presiden Umpqua Community College, Joe Olson, pada Juni lalu memang pernah merencanakan perekrutan personel keamanan bersenjata untuk mengamankan kampus. Namun, niat tersebut diurungkan.

"Kami membicarakan itu selama tahun lalu karena kami khawatir dengan kondisi keamanan kampus. Kampus ini terbagi dua. Kami pikir, kampus kami cukup aman dan menurunkan petugas keamanan bersenjata dapat mengubah budaya kampus," kata Olson.

Berita mengenai penembakan ini langsung tersebar dengan cepat. Para kerabat pun membanjiri daerah dekat kampus, menanti dengan cemas kabar orang kesayangan mereka.

Salah satunya adalah Jessica Chandler, ibu dari Rebecka Carnes yang baru saja memulai masa belajar di Umpqua pada Senin lalu. Carnes tak menjawab telepon Chandler. 

Seorang teman mengatakan bahwa anaknya yang berusia 18 tahun tersebut sudah dilarikan ke rumah sakit. Namun, petugas rumah sakit tak memberikan konfirmasi.

"Ia selalu memegang ponselnya dan selalu bisa saya hubungi. Saya ingin tahu di mana anak saya," ucap Chandler sambil mengisap rokoknya di ruang tunggu keluarga.

Banyak pelajar mulai menuturkan rincian kejadian yang terekam di kepala mereka ketika kabur. Para siswa mencoba menghimpun informasi-informasi kecil sambil mengingat bagaimana mereka berharap masih dapat hidup.

Seorang pelajar, Luke Rogers, berhasil menguras ingatannya dan mengatakan bahwa ia dan rekan sekelasnya terperangkap di dalam gedung di sebelah ruang kejadian sejak 10.30 hingga siang. Akses informasi hanya didapat dari pesan teman dan keluarga mereka.

"Ketika kami keluar dari gedung, petugas menyuruh kami menaruh tangan kami di atas kepala dan meninggalkan gedung dalam satu barisan. Ketika kami melewati lorong Snyder, kami melihat pintu terbuka dan di lantai, gumpalan darah berceceran," katanya.[cnn]

Terkini