Metroterkini.com - Masih ingatkah Anda dengan fasilitas publik yang terpasang di pinggir jalan, berbentuk seperti bilik dan dapat dipergunakan untuk menelefon? Ya, itu adalah telefon umum.
Keberadaan telefon umum/koin di era 1990-2000-an adalah primadona bagi masyarakat Indonesia. Namun, ditengah gempuran berbagai merek smartphone di pasar Indonesia, sejumlah telefon umum sulit ditemukan lagi, yang mungkin hilang ditelan zaman.
Masyarakat Indonesia kini lebih memilih ponsel cerdas untuk berkomunikasi, selain murah, juga dapat dipergunakan untuk berbagai hal, seperti internet, chatting, sosial media, dan lainnya.
Kapankah sarana publik yang kini mulai dirasa hilang keberadaanya, hadir di Indonesia? dan jenis telefon umum apakah yang pertama kali diperkenalkan pada masyarakat Indonesia?
Berdasarkan data yang dihimpun Okezone dari berbagai sumber, Senin (24/8/2015), Indonesia pertama kali mulai menggunakan telefon umum jenis koin untuk berkomunikasi jarak jauh. Itu diperkenalkan pada 1981. Sedangkan, sekira 7 tahun setelahnya, teknologi telefon umum berbasis kartu baru mulai diperkenalkan sekira pada 1988.
Ketika itu, telefon umum dapat dipergunakan untuk melakukan panggilan SLJJ (Sambungan Luar Jarak Jauh) maupun SLI (Sambungan Luar Negeri).
Disamping telefon umum berbasis kartu dan koin, masyarakat Indonesia juga mengenal telefon umum bernama Wartel (Warung Telefon) menggunakan teknologi kabel fix dan pesawat telefon yang masih bisa ditemui hingga kini. Para pemiliki Wartel, ketika itu telah tergabung ke dalam sebuah asosiasi yang dinamakan dengan Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) yang berdiri sejak tanggal 8 Januari 1992.
Bersama dengan telefon umum, Wartel menjadi sarana yang cukup diandalkan orang saat itu untuk keperluan berkomunikasi. Hingga akhirnya pada 1995, PT Telkomsel yang bergerak di bidang seluler mencanangkan sebuah teknologi baru Plan Net untuk menunjang telefon seluler GSM (Global System for Mobile) Communication di kawasan Jabodetabek.
Teknologi ini mampu menganalisa dengan akurat penggunaan BTS (Radio Base Station) atau stasiun radio pemancar GSM, untuk memungkinkan menghantarkan kualitas suara telefon yang lebih baik.
Diawali dari sana, teknologi telefon seluler mulai berkembang pesat di Indonesia. Pada 1998, PT Excelcomindo, sekarang (XL) salah satu operato GSM merilis penggunaan kartu SIM (Subscriber Identification Module). Kartu SIM tersebut dapat digunakan secara prabayar yang dapat digunakan untuk menelefon denga jangkauan 27 Propinsi, 1.400 Kecamatan dan 330 Kota.
Sementara pada 2001, cikal bakal komunikasi berbasis multimedia dimulai. Ditandai dengan kehadiran IM3 (Indosat Multi Media Mobile), yang merupakan bagian dari Indosat.
IM3 merilis beberapa produk kartu SIM (IM3 & Matrix), yang memiliki fitur untuk mendukung komunikasi via telefon seluler dengan sejumlah fitur seperti transfer pulsa serta fasilitas GPRS, MMS, Conference Call dan Call Divert.
Telkom sebagai penyedia layanan telefon umum/koin ini tidak memungkiri bahwa besarnya penetrasi penggunaan ponsel pintar di Indonesia, yang sudah mencapai angka 100 persen, menyulitkan Telkom untuk bisa bersaing dan mempertahankan telefon umum.
Dikutip Okezone,Karena itulah, sudah saatnya Telkom menjadikan telefon umum yang dahulu primadona tidak akan nelangsah hanya karena pesatnya teknologi. Diperlukan kreativitas dan nyali besar untuk melakukan terobosan, agar telefon umum bukan lagi hanya sebagai penghias jalan-jalan di perkotaan, jadi barang rongsokan yang terbuang.
Mulailah berpikir seperti Inggris, Australia, atau China yang menjadikan telepon umum sebagai sarana untuk berkirim email, sms atau aplikasi lainnya. Mungkin ingin seperti China yang menyediakan menjadikan telefon umum sebagai tempat pemancar WiFi.
Terlebih saat ini, di sejumlah titik titik pusat perkotaan ditemukan telefon umum yang kondisinya memperihatinkan, rusak dan tak terawat. di wilayah kampung Bidar
acina, Cawang Jakarta Timur, masih terdapat telefon box phone (telefon koin) yang masih berdiri, akan tetapi kondisinya memperihatinkan.[oze]