Metroterkini.com - Aksi Protes menentang pemerintah Lebanon berakhir dengan kekerasan dan Perdana Menteri Tammam Salam mengancam mengundurkan diri sementara ribuan orang yang kecewa turun ke jalan.
Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Beirut sejak Sabtu (22/8) sebagai bagian dari kampanye “Anda Gagal” yang mensasar pemerintah.
Cnn Beritakan, Dalam aksi di hari Minggu (23/8/15), meriam air dan gas air mata pun ditembakkan ke arah pengunjuk rasa yang kemudian membalas dengan melempar kayu dan batu ke arah polisi anti huru-hara ketika bentrokan terjadi di dekat kantor Perdana Menteri Tammam Salam di Beirut.
Pasukan keamanan melepas tembakan peringatan ke udara, sementara asap gas air mata memenuhi jalanan, dan kaca jendeal pertokoan dipecahkan sementara polisi mencoba mengusir pengunjuk rasa dari lokasi.
Insiden ini dimulai pada Sabtu malam dan puluhan warga luka-luka dalam aksi protes selama dua hari ini.
Kantor berita Nasional melaporkan bahwa 30 personel Pasukan Keamanan Dalam Negeri luka-luka dan satu orang luka parah.
Seorang pemimpin kampanya Anda Gagal mengatakan “penyusup” berada di balik kekerasan itu.
“Kami memulainya dengan damai dan akan terus beraksi dengan damai,” kata Hassan Shams kepada New TV.
Kemarahan terhadap kabinet bersatu pimpinan Salam yang menyatukan politisi Lebanon yang terpecah memuncak karena kagagalan pemerintah memecahkan krisis pembuangan sampah yang menggambarkan kegagalan lebih luas dari pemerintahan yang lemah.
Kabinet Salam diwarnai dengan persaingan politik dan sektarian yang semakin sengit akibat krisis yang lebih luas di Timur Tengah, seperti perang saudara di Suriah.
Dalam pidato di televisi pada Minggu (23/8), Salam memperingatkan bahwa Lebanon mengarah ke kehancuran dan masalah lebih besar daripada krisis sampah adalah “sampah politik” di negara itu.
Salam, 70 tahun, seringkali mengemukakan rasa frustasi atas kegagalan pemerintah, yang menyatukan partai-partai besar Lebanon seperti Gerakan Masa Depan yang dipimpin oleh Muslim Sunni Saad al-Hariri, Hezbolah Shiah dan partai Kristen.
Pemerintah Salam ini dibentuk dengan persetujuan kekuatan regional Iran dan Arab Saudi, yang memiliki pengaruh melalui pemimpin politi Lebanon yang bersaing.
Said mengatakan jika pertemuan kabinet yang dijadwalkan pada Kamis mendatang tidak menghasilkan kesepakatan nyata terkait masalah seperti tender untuk memutuskan perusahaan pengumpulan sampah, “tidak ada perlunya pemerintah ini setelah itu”.
“Saya peringatkan bahwa kita hampir hancur jika masalah ini terus berlangsung,” ujar Salam.
“Terus terang, saya tidak pernah dan tidak akan berperan serta dalam kejatuhan ini. Biarkan seluruh pejabat dan kekuatan politik bertanggungjawab.”
Jika Salam mengundurkan diri, pemerintah sementara akan dibentuk. Namun, pengunduran dirinya akan menyebabkan krisis konsitusi karena di Lebanon perdana menteri dipilih oleh presiden.
Namun, jabatan presiden kosong sejak masa jabatan Michel Suleiman berakhir lebih dari setahun lalu, dan untuk mengisinya diperlukan satu kesepakatan politik yang diperkirakan hanya bisa dicapai jika ditengahi oleh Iran dan Arab Saudi.
“Sampah hanyalah bulu yang lepas dari punggung unta, cerita sebenarnya lebih besar dari itu. Itu adalah cerita mengenai sampah politik di negara ini.” kata Salam.
Perdana Menteri Tammam Salam menyebut kinerja pemerintah pimpinannya buruk dan memicu aksi rakyat. (Reuters/Hasan Shaaban) Dia memperingatkan pemerintah yang memiliki hutang besar ini tidak akan bisa membayar gaji bulan depan. Lebanon yang tidak bisa mendapatkan hutang baru berisiko masuk dalam kategori “negara yang gagal”.
Hutang pemerintah negara ini sekarang 143 persen dari produk domestik bruto.
Salam bertekad untuk meminta pertanggungjawaban para petugas yang menurutnya mempergunakan kekerasan secara berlebihan pada Sabtu.
Krisis sampah ini mulai bulan lalu ketika lokasi pembuangan sampah utama Beirut ditutup dan tidak ada penggantinya. Meski pengumpulan sampah telah kembali dilakukan, masalah pembuangan akhirnya masih belum terpecahkan.
Lebanon yang masih mencoba membangun kembali akibat perang saudara 1975-1980, terkena dampak perang saudara di Suriah seperti kekerasan politik dan kedatangan pengungsi dalam jumlah besar.[cnn]