Metroterkini.com - Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten yang terkenal kaya dengan sumber daya alam di Provinsi Riau, bahkan di Indonesia. Kekayaan ini dikonversi dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH), karena begitulah aturan yang dibuat Pemerintah Pusat untuk menyalurkan hasil bumi yang dieksplorasi dan dieksploitasi oleh perusahaan yang diberi izin oleh pemerintah pusat.
Disamping itu, Pemerintah Daerah (Pemda) juga diberi kewenangan oleh Pemerintah Pusat untuk memungut retribusi dan pajak serta beberapa kewenangan lainnya disebut pendapatan asli daerah (PAD).
Perpaduan Dana Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah ini kemudian disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk proyek-proyek pembangunan fasilitas umum oleh dinas-dinas dilingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis.
Salah satu dinas yang diberi kewenangan untuk menyalurkan pajak dalam bentuk pembangunan fasilitas umum adalah Dinas Perhubungan yang baru saja rampung membangun dermaga dan ponton baru untuk naik turun penumpang di sayap kiri Pelabuhan Bandar Sri Laksamana.
Bangunan besar dan megah Bandar Sri Laksamana dibangun pada tahun 2002 lalu, oleh Bupati Bengkalis Syamsurizal. Mulai beroperasi pada tahun 2003. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan kapal yang melayani rute Bengkalis-Pekanbaru, Bengkalis -Meranti disamping pelabuhan transit bagi kapal-kapal dari Dumai menuju Pulau Batam seperti Kapal Dumai Line dan Batam Jet.
Namun seiring berjalannya waktu, pelabuhan ini hanya menjadi pelabuhan transit bagi kapal Batam Jet dan Dumai Line yang melayari rute Dumai-Bengkalis-Selatpanjang-Batam pulang pergi. Sedangkan kapal-kapal yang biasa melayari Bengkalis-Pekanbaru dan Bengkalis-Meranti, seperti Terubuk dan Keritang sudah beberapa tahun belakangan ini tidak beroperasi. Karena minimnya penumpang menggunakan jasa kapal dari Bengkalis ke Pekanbaru dan Meranti.
Kondisi tidak mengenakkan bagi pengusaha pelayaran terjadi sejak dibangun dan beroperasinya pelabuhan atau dermaga Roll on Roll off (Roro) Air Putih di Pulau Bengkalis dan Sungai Selari, di Kelurahan Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu. Efek dari pembangunan dermaga Roro membuat arus lalulintas orang dan barang dari dan ke Bengkalis semakin lancar dan cepat dibandingkan saat menggunakan kapal atau Speedboat.
Beralihnya selera masyarakat Bengkalis ke Pekanbaru dari semula menggunakan kapal atau Speedboat ke mobil atau travel, ikut menggerus pengguna jasa Bandar Sri Laksamana. Kendati kekokohan bangunannya tak tergoyahkan, namun tidak dengan jumlah pengguna. Semakin hari jumlah penumpang yang naik turun di Bandar Sri Laksamana semakin menurun. Kecuali pada hari-hari besar keagamaan.
Apalagi, saat pandemi COVID-19 melanda negeri ini. Bandar Sri Laksamana terpaksa ditutup. Karena kapal penumpang pun dilarang beroperasi. Ini situasi yang betul-betul tidak diinginkan semua pihak. Apalagi, secara tak tertulis status Bandar Sri Laksamana berubah menjadi pelabuhan persinggahan atau transit.
Kendati hanya sebatas pelabuhan transit, bukan berarti Bandar Sri Laksamana terabaikan. Dinas Perhubungan yang berwenang memelihara dan meningkatkan fasilitas pelabuhan tersebut, terus berbenah dengan membangun fasilitas pendukung yang memadai.
Kendati saat ini hanya sebagai pelabuhan transit, namun, fasilitas yang dimiliki Bandar Sri Laksamana tak kalah dengan pelabuhan lainnya di Provinsi Riau. Bangunan mega bertingkat dua yang berada di jantung Kota Terubuk julukan Kota Bengkalis, menjadi salah satu simbol bahwa daerah ini memang kaya.
Bandar Sri Laksamana yang dibangun tahun 2002 dan beroperasi setahun kemudian, merupakan salah satu pelabuhan transit yang cukup nyaman bagi kapal Ferry dari Kota Dumai ke Pulau Batam.
Kendati hanya pelabuhan transit, namun untuk kenyamanan penumpang dan pengunjung tak perlu diragukan. Kenyamanan penumpang atau pengguna jasa pelabuhan merupakan salah satu program Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis khususnya era pemerintahan Kasmarni - Bagus Santoso. Dalam hal ini, pasangan Kasmarni - Bagus Santoso " Membangun dan Melayani Sepenuh Hati" para pengguna jasa Bandar Sri Laksamana.
Terkait kenyamanan penumpang dan kapal yang melayani Dumai-Batam via Bengkalis, Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Perhubungan membangun dermaga baru yang bisa digunakan dua kapal sekaligus secara bersamaan.
Pembangunan dermaga dan ponton baru sepanjang 20 meter itu dilakukan pada tahun anggaran 2022 lalu, dan saat ini sudah beroperasi dengan baik.
Dermaga ponton di sayap kiri Bandar Sri Laksamana itu, bisa digunakan oleh dua kapal secara bersamaan masing-masing sisi kiri dan kanan. Sementara bagi penumpang yang akan menaiki kapal harus melalui trestle atau jembatan penghubung antara dermaga dengan bangunan induk pelabuhan. Trestle ini satu paket dengan pembangunan dermaga ponton.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bengkalis Agus Syofian melalui Kepala Bagian Kepelabuhanan, Dinas Perhubungan Hurri Agustiantri, S.ST, M.T, mengungkapkan, membangun dermaga dan ponton sepanjang 20 meter agar dua kapal yang transit di Bandar Sri Laksamana bisa bersandar sekaligus.
Dengan demikian, para penumpang baik yang naik kapal Dumai Line maupun Batam Jet, ungkapnya, tak perlu lagi antri seperti sebelumnya. Seperti biasa, para penumpang baik yang menggunakan jasa Batam Jet atau Dumai Line yang sudah standby di ruang tunggu keberangkatan hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk naik keatas kapal. Pasalnya, pada saat bersamaan kedua kapal cepat tersebut sudah bisa bersandar disisi kiri dan kanan dermaga menaik turunkan penumpangnya.
Dijelaskan Hurri, pembangunan dermaga dan ponton baru sepanjang 20 meter ini merupakan penambahan dari dermaga sebelumnya. Selain itu, kedalaman alur di dermaga baru ini juga terbilang bagus, yakni lebih dari 4 meter. Kedalaman alur menjadi sebuah keharusan bagi dunia pelayaran agar kapal yang bersandar tidak kandas.
Untuk mendapatkan kedalaman alur, dermaga baru sepanjang 20 meter ini lebih menjorok keluar atau ke laut. Kondisi ini jauh berbeda dengan dermaga lama yang berada di sayap kanan yang lebih ke darat dan hanya bisa disandari satu kapal. Akibatnya harus dilakukan pengerukan secara berkala. Sebab, arus Selat Bengkalis yang membawa lumpur mempercepat pendangkalan dermaga.
Namun tidak demikian dengan dermaga ponton yang baru, ungkap Hurri lagi, soalnya, pihaknya dan konsultan perencana proyek telah meneliti dan menghitung kedalaman alur yang bakal disandari kapal.
Kecermatan perencanaan ini dilakukan agar proyek yang menghabiskan anggaran Rp 3,5 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Bengkalis tahun anggaran 2022, itu bisa berfungsi untuk jangka panjang.
"Pembangunan dermaga ponton baru ini untuk mengantisipasi kebutuhan jangka panjang maskapai atau perusahaan pelayaran yang melayani rute Dumai-Bengkalis-Selatpanjang-Batam. Sebab, saat ini kapal-kapal yang melayani rute tersebut jauh lebih besar, panjang dan canggih," kata Hurri Agustiantri.
"Selaku pengguna jasa, mereka tentu ingin nyaman dan aman," tambahnya.
Selain dermaga, pihak Dinas Perhubungan juga melakukan pemeliharaan fasilitas pendukung pelabuhan lainnya, seperti toilet, atap, areal parkir dan fasilitas lainnya. Pemeliharaan ini untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada para pengunjung pelabuhan yang sudah berusia 21 tahun tersebut.
"Saat ini kita fokus pada pemeliharaan fasilitas yang ada. Seperti pemeliharaan areal parkir dan fasilitas pendukung lainnya," ujarnya.
Sementara data yang diterima dari unit pelayanan teknis (UPT) Bandar Sri Laksamana mengungkapkan, total penguna jasa pelabuhan 2022 sebagai berikut: total keberangkatan penumpang sebanyak 42.815 orang. Sedangkan total kedatangan sebanyak 43.781 orang.
Dampak ekonomi
Pembangunan pelabuhan Bandar Sri Laksamana oleh Bupati Syamsurizal selain sebagai eksistensi Negeri Junjungan julukan Kabupaten Bengkalis disektor kepelabuhan, juga meningkatkan ekonomi masyarakat.
Rosilawati (52) salah seorang pedagang yang membuka counter di Bandar Sri Laksamana mengatakan, saat ini omsetnya jauh berkurang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Apalagi jika dibandingkan saat era Bupati Syamsurizal, satu hari Rosilawati bisa meraup keuntungan Rp 500.000,- hari. Namun, saat ini penghasilannya cukup untuk bertahan hidup alias cukup untuk makan sehari-hari. Baginya, berjualan merupakan satu-satunya mata pencaharian.
Menurutnya, terjun bebas omset dagangnya akibat berhenti beroperasinya kapal penumpang Bengkalis - Pekanbaru dan Bengkalis - Selatpanjang.
Kendati omsetnya jauh berkurang, namun Rosilawati mengaku akan tetap bertahan berjualan di Bandar Sri Laksamana.
"Enak jaman pak Syam (era Syamsurizal) satu hari saya dapat untung 500 ribu rupiah. Kalau sekarang cukup untuk makan sudah syukur Alhamdulillah," ungkapnya.
Selain pedagang, geliat pelabuhan sebangun dengan hadirnya para buruh angkat. Di Bandar Sri Laksamana saat ini ada 20 orang buruh bongkar muat yang lazim disebut porter. Sebanyak 20 orang buru tersebut dibagi dua regu, yakni regu A dan regu B. Masing-masing regu berjumlah 10 orang.
Edi Ahmad Syafril salah seorang porter mengungkapkan, diawal-awal beroperasinya pelabuhan Bandar Sri Laksamana penghasilannya lumayan bagus. Namun, tidak lima tahun belakangan ini. Setelah kapal penumpang rute Bengkalis - Pekanbaru dan Bengkalis - Selatpanjang tidak lagi beroperasi.
Bahkan, ketika COVID-19 melanda Indonesia tidak terkecuali Bengkalis, para porter ini hampir tidak punya penghasilan. Sebab, kapal-kapal yang biasa transit di pelabuhan Bandar Sri Laksamana berhenti beroperasi. Otomatis Bandar Sri Laksamana pun ikut tutup.
Setelah pandemi COVID-19 mulai melandai dan aktivitas pelayaran dan pelabuhan berangsur normal, para porter kembali bekerja. Namun, tak banyak yang bisa mereka perbuat. Minimnya penumpang yang membawa bawa barang atau masyarakat mengirim barang menjadikan penghasilan mereka pas-pasan. Kecuali pada hari-hari besar keagamaan para porter ini bisa membawa uang lebih untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Sekarang penghasilan tidak menentu. Kadang dapat 50 ribu, kadang tidak ada sama sekali," kata Edi Ahmad Syafril seorang porter mewakili rekan-rekannya.
Masih sepinya penumpang juga diungkapkan Ruli Adrianto (48) kepala operasional Batam Jet. Pria yang sudah 27 tahun sebagai kepala operasional Batam Jet di Pelabuhan Bandar Sri Laksamana tersebut mengatakan, setiap hari dia mendapat jatah 25 kursi VIP tujuan Selatpanjang dan Batam dan kursi ekonomi jauh lebih banyak. Jatah tersebut kadang terisi penuh kadang tidak.
Ruli Adrianto yang akrab dipanggil Toto mengatakan, beroperasinya dermaga ponton yang baru sangat menunjang kelancaran naik turunnya penumpang Batam Jet. Sebab, kapal Batam Jet tak lagi antri seperti di dermaga lama yang berada disayap kanan.
"Dibangunnya dermaga ponton baru ni, sangat mendukung kelancaran sandar kapal. Jika dulu harus antri. Sekarang tidak. Ini menambah kenyamanan penumpang," ujarnya.
Hadirnya dermaga ponton yang baru beroperasi beberapa bulan, juga diapresiasi oleh Kapten Dumai Line 8, Kamarudin Rambe (40). Lelaki berperawakan tegap itu tak sungkan memuji Dinas Perhubungan yang telah membangun dermaga yang bisa disandari dua kapal sekaligus.
Namun, Kamarudin juga mengkritik bolder dititik tengah kiri kanan dermaga yang dinilainya terlalu jauh. Hal ini membuat kapal yang sandar terlalu renggang dengan dermaga saat masuk arus.
Sementara tentang kenyamanan bersandar dinilainya nyaman. Demikian juga dengan pelayanan dari Dinas Perhubungan yang dinilainya baik.
"Bolder dititik tengah terlalu jauh, jika masuk arus kapal jadi renggang dengan dermaga," kata Kamarudin Rambe yang sudah 2 tahun membawa Dumai Line 8.
Pembangunan dermaga ponton oleh Dinas Perhubungan juga mendapat apresiasi dari Rozhepa Kusuma (42) dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Bandar Sri Laksamana.
Menurutnya, dengan adanya dermaga ponton yang bisa disandari dua kapal secara bersamaan, itu sangat membantu mobilitas naik turun penumpang. Masyarakat (penumpang) tidak lagi antri seperti sebelumnya.
Namun demikian, ungkapnya, bentuk ponton yang persegi panjang, dinilainya masih kurang lebar untuk menampung penumpang dalam jumlah banyak. Seperti saat hari besar keagamaan dimana penumpang membludak (ramai) dikhawatirkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mengantisipasi penumpukan penumpang di ponton tetap dilakukan sistem antri untuk turun ke ponton dan naik kapal.
"Kebetulan sepi, tak masalah. Kalau penumpang membludak, harus tetap antri agar tidak terjadi penumpukan penumpang di atas ponton," pungkas Rozhepa yang bertugas mengecek Surat Izin Berlayar (SIB) dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) setiap kapal yang sandar di Bandar Sri Laksamana.
Pujian juga datang dari seorang penumpang bernama Zainal. Menurutnya, pelayanan yang diberikan pihak Dinas Perhubungan Bengkalis sudah baik dan nyaman. Apalagi dengan dibangunnya dermaga ponton yang baru. Namun, ia mengingatkan pengelola pelabuhan supaya mengingatkan porter yang bekerja di Bandar Sri Laksamana agar meningkatkan pelayanan kepada penumpang.
Zainal yang sehari-hari adalah dosen sebuah perguruan tinggi di Kota Bengkalis mengatakan, peningkatan pelayanan sehingga penumpang merasa nyaman akan menambah image positif terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis. Sebab, ungkapnya, Bandar Sri Laksamana merupakan salah satu pintu gerbang dan wajah Kota Bengkalis. [Bakhtaruddin]