Amukan Omicron RI Capai Puncak 2-3 Pekan ke Depan

Kamis, 10 Februari 2022 | 22:25:42 WIB

Metroterkini.com - Indonesia kini mengalami lonjakan kasus COVID-19 akibat meluasnya varian Omicron. Data terakhir per Rabu (9/2/2022), Indonesia mencatat 46.843 kasus baru COVID-19. Namun angka tersebut belum puncak. Kementerian Kesehatan menyebut, puncak COVID-19 di gelombang kini diperkirakan baru akan tiba dua hingga tiga pekan ke depan.

"Kita melihat dua sampai tiga minggu ke depan kemungkinannya akan terjadi peak (puncak) saat dua sampai minggu ke depan," ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Prof dr Abdul Kadir, PhD, SpTHT-KL(K), MARS, dalam konferensi pers virtual terkait Update Perkembangan COVID-19, Kamis (10/2).

Di samping kondisi tersebut, Prof Kadir meyakini, kondisi pasien COVID-19 dengan infeksi varian Omicron tak separah pada gelombang Delta tahun lalu. Meski begitu, ia menegaskan masyarakat tetap perlu waspada sebab pada kelompok rentan seperti lansia dan pengidap komorbid, infeksi varian Omicron dapat memicu risiko gejala berat hingga kematian.

Ditambah, peningkatan kasus COVID-19 akibat varian Omicron menular tiga hingga lima kali lipat lebih lebih cepat dibanding akibat varian Delta.

"Tentu kita harus mewaspadai terjadinya tingginya jumlah kasus yang besar. Oleh karena itulah di kesempatan hari ini kita ingin menyampaikan meskipun COVID-19 ini peningkatannya kasusnya begitu drastis sampai 3-5 kali lipat daripada Delta," ujarnya.

"Satu yang menggembirakan bagi kita semua adalah gejala-gejala yang ditimbulkan tidak seberat gejala yang ditimbulkan Delta. Gejala yang ditimbulkan Omicron kadang-kadang tanpa gejala sampai ringan," pungkasnya.

Puncak diprediksi tiba akhir Februari hingga awal Maret

Dalam kesempatan yang sama, juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi menyebut puncak COVID-19 di gelombang kini diprediksi akan tiba akhir Februari atau awal Maret mendatang.

"Yang diprediksi itu tiga kali sampai enam kali lebih tinggi daripada varian Delta. Walaupun demikian, kita akan melihat tren peningkatan tidak berbanding lurus dengan peningkatan kasus-kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit," beber dr Nadia. [**]

Terkini