Teknologi Cloud Disebut Bisa Turunkan Emisi Karbon

Sabtu, 25 Desember 2021 | 23:43:56 WIB

Metroterkini.com - Salah satu upaya menekan carbon footprint adalah dengan hemat energi. Benarkah Google Cloud adalah solusi untuk mengurangi masalah lingkungan tersebut?

Carbon Footprint atau gas emisi karbon telah menjadi concern utama dunia internasional selama bertahun-tahun. Dalam kasus ini, Data center tidak lepas dari penyumbang emisi terbesar.

Pada tahun 2040 mendatang, industri ini kemungkinan menghasilkan hingga 14% jejak karbon di dunia. Apakah ada solusi? Berbagai upaya tentu sudah dilakukan, salah satunya dengan mengalihkan penyimpanan data dunia ke teknologi cloud.

Salah satu perusahaan raksasa yang sangat serius mencari solusi atas permasalahan jejak karbon adalah Google Cloud. Mereka mengklaim teknologi milik mereka dapat lebih menghemat energi dan ramah lingkungan.

Pengertian Google Cloud

Google Cloud Platform (GCP) adalah layanan terintegrasi yang menghadirkan berbagai produk cloud computing oleh Google. Platform ini memungkinkan Anda menggunakan infrastruktur yang sama dengan produk-produk besutan Google.

Layanan GCP menawarkan latensi rendah sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasional bisnis. Fitur-fiturnya lengkap dan dapat menampung segala keperluan komputasi.

Penyimpanan hingga pengembangan aplikasi terus berkembang dan bertambah dari waktu ke waktu. Namun secara garis besar, Google menawarkan empat layanan utama, yaitu:

  • Compute Engine
  • App Engine
  • Cloud Storage
  • Container Engine

Lantas, apakah penggunaan komputasi Google Cloud benar dapat mengurangi emisi karbon dunia? Sebelum membahas lebih jauh, Anda perlu tahu dulu apa itu carbon footprint dan bagaimana itu terbentuk.

Pengertian Carbon Footprint

Apa itu carbon footprint? Anda mungkin masih asing saat mendengarnya. Namun faktanya, tanpa disadari Anda juga turut menjadi penyumbang terbesar.

Carbon footprint adalah gas emisi dari berbagai kegiatan manusia mencakup produksi hingga penggunaan suatu produk dan layanan. Gas yang terkandung termasuk karbon dioksida dan beberapa unsur penyebab global warming lainnya.

Emisi inilah yang merusak lingkungan di bumi dan bisa semakin parah pada tahun-tahun mendatang. Umumnya penyebab produksi jejak karbon ini adalah kendaraan, makanan dan penggunaan energi.

Ya, itulah kenapa penyimpanan data dunia sangat berpengaruh terhadap jejak karbon karena penggunaan tanpa henti. Itulah alasan hadirnya teknologi cloud, yang salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi emisi karbon.

Cloud computing mungkin adalah solusi terbaik saat ini untuk meminimalkan potensi kerusakan alam. Pasalnya, teknologi ini dapat mengurangi jejak karbon hingga 78 persen dari yang seharusnya.

GCP sendiri berkomitmen dalam upaya ini dengan inovasi yang mereka bawa. Fokusnya bukan hanya menemukan solusi bisnis di industri tetapi juga menggunakan infrastruktur bebas karbon.

Kampanye membangun lingkungan cloud yang ramah lingkungan ini telah mereka sampaikan di Google Cloud Next '21 pada Oktober 2021.

Salah satu tindakan nyatanya adalah membuka informasi tentang emisi karbon para pelanggan GCP. Mereka memperkenalkan semacam pelacak jejak karbon melalui citra satelit.

Bagaimana mengetahui carbon footprint yang dihasilkan users di Indonesia?

Alat yang dijanjikan Google tersebut memang masih dalam tahap preview. Akan tetapi pelanggan sudah bisa menggunakannya di konsol.

Berikut perkiraan emisi karbon lintas regional GCP.

Sebelum terbuka untuk umum, pemetaan ini sudah dipakai oleh kelompok khusus seperti peneliti dan pemerintah sejak tahun 2009.

Google mengklaim data center mereka menggunakan energi yang jauh lebih sedikit dari umumnya. Namun, penggunaan energi tetap saja bisa menghasilkan emisi karbon seperti yang tertera dalam statistik di konsol GCP.

Dilansir dari artikel how to reduce carbon footprint, secara spesifik Google mengajarkan pelanggannya agar tidak boros energi. Untuk menurunkan jejak karbon, berikut beberapa strategi yang bisa Anda lakukan:

Optimalkan beban kerja cloud, contohnya dengan menggunakan layanan cloud yang fleksibel supaya tidak buang-buang energi.

Buat kebijakan khusus di perusahaan Anda untuk membatasi lokasi sumber daya cloud ke wilayah yang lebih bersih.

Intinya, meskipun cloud dapat mengurangi emisi, Anda tetap harus hemat energi. Sebagai langkah awal yang bisa dilakukan adalah mengaudit data energi melalui fitur Carbon Footprint di GCP.

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang sudah lebih dulu menguji teknologi tersebut adalah Unilever Plc. Namun tidak ada laporan yang terbuka untuk publik.

Bagaimana cara beralih ke jaringan cloud milik Google? Jika Anda belum memiliki sumber daya yang cukup untuk mengelolanya, GITS.ID siap membantu.

Kami adalah perusahaan pengembangan aplikasi seluler dan situs web yang sekaligus telah menjadi Google Cloud Partner. Itu artinya kami dapat memberi pelayanan lebih optimal terkait penggunaan produk dari layanan GCP.

Paling tidak Anda juga bisa membantu dunia untuk tetap bersih dan minim jejak karbon lewat teknologi Google. Bahkan Anda berkesempatan menggunakan infrastruktur yang sama dengan Google Search Engine.

CEO GITS.ID, Ray Rizaldy, dalam satu keterangannya persnya menyatakan bahwa di industri yang semakin kompetitif, penting untuk membuat operasional lebih efisien dan infrastruktur yang modern.

Teknologi komputasi awan dari Google merupakan sebagai solusi terbaik untuk hal tersebut. "Mari tingkatkan transformasi digital perusahaan dengan Google Cloud, bersama GITS.ID," ujar Ray.

Hubungi GITS.ID untuk konsultasi gratis tentang penggunaan layanan GCP yang bisa meminimalkan carbon footprint. [**]

Terkini