Metroterkini.com - Dalam sebuah cuplikan viral, Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan disebut mengatakan bahwa uji klinis beberapa vaksin Corona COVID-19 buatan China berhasil. Belakangan, terungkap kutipan itu tidak lengkap.
Salah satu vaksin yang dikembangkan China yakni Sinovac, saat ini tengah menjalani uji klinis di Bandung, Jawa Barat. Manajer Lapangan Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Eddy Fadlyana mengatakan, uji coba vaksin Sinovac di Bandung akan tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku.
"Fase ketiga itu masih berlangsung. Jadi di mana-mana mau yang di Brazil dimanapun baru laporan awal belum selesai semuanya. Hanya dalam keadaan pandemi, WHO bisa mengambil keputusan diambil atau tidak (vaksin)," kata Eddy, Jumat (25/9/2020).
Lebih lanjut, dia menegaskan uji efikasi vaksin dilakukan selama 6 bulan sejak imunisasi pertama dilakukan, baru bisa disebut berhasil atau tidak. Sementara itu, pelaksanaan uji coba di Indonesia dengan negara lain hampir berbarengan hanya selang dua minggu.
"Jadi Januari pun yang di Bandung udah selesai tahap awal. Tahap awal itu kalau bisa dipakai, Badan POM dibikin kebijakan masal ya bisa dipakai Januari. Kalo kebijakannya ada di Badan POM," ujarnya.
Dia menjelaskan, pelaksanaan uji coba terbagi menjadi dua bagian. Pertama untuk Januari 2021 sebanyak 540 orang selesai menjalani uji coba. Pemeriksaan darah, kadar anti bodi, dan keamanan vaksin sudah dapat diketahui.
Sementara, uji klinis yang kedua ada pada April 2021 dengan menggunakan subjek 1620 orang. Sedangkan yang saat ini sedang dilaksanakan adalah untuk melihat perbedaan pemberian vaksin Sinovac dan Placebo.
"Itu tergantung Badan POM mau pakai yang Januari atau April. Sampe sekarang belum ada vaksin COVID," tegasnya.
Diperkirakan awal tahun depan baru diketahui berhasil atau tidaknya vaksin Sinovac. "Secara ilmunya kaya gitu. Tapi kalau yang lain mau menyebutkan itu berhasil ya silahkan. Desember itu sudah bisa diketahui hasil yang 540 orang pertama," jelasnya.
Secara umum, Eddy menjelaskan, pelaksanaan uji coba vaksin merupakan multi center dari berbagai negara. "Hasil di Indonesia digabung Brazil, Bangladesh, dan negara lain. Digabung dan ditarik kesimpulan. Begitu ada hasil, laporannya baru boleh ditentukan (digunakan atau tidak)," paparnya.
Dia juga menyebut, tim peneliti memiliki berhak untuk menentukan vaksin tersebut berhasil atau tidak pada fase uji klinis ini. "Iya betul ada (boleh menyatakan berhasil/tidak) bikin laporan ke Biofarma dan bikin publikasi," pungkasnya. [**]