Baru Lahir, Bayi pun Sekarang Sudah Eksis di Facebook

Sabtu, 02 Oktober 2010 | 08:02:21 WIB

Pada talk show dan workshop di kampus ABFII Perbanas bertajuk 'Pemanfaatan TI dan Internet yang Sehat untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia Indonesia' beberapa waktu lalu, banyak disinggung berbagai aspek SDM TI Indonesia baik masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Berbagai narasumber memberikan materi dan wawasan kepada para peserta seminar tersebut. Prof. Dr. Eko Indrajit, Ketua ID-SIRTII mengatakan bahwa anak-anak zaman sekarang begitu lahir sudah sangat biasa dengan teknologi informasi dan internet.

\Sudah bukan barang aneh, karena pada saat mereka lahir ke dunia, pertama kali ayahnya sudah mengirimkan SMS dan ibunya meng-update status Facebook agar bayinya dapat diketahui oleh keluarga, teman dan handai taulan. Jadi wajar saja, pada saat mereka masih bayi pun mereka sudah eksis di dunia TI.

Saat ini di kamar masing-masing anak sudah dilengkapi komputer dan internet, teknologi dan internet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Sumber informasi di belahan dunia manapun dapat mereka ambil dari dalam kamar, bisa positif, bisa negatif dan ini sangat tergantung orangtua dalam mengawasi kehidupan anak-anak 'TechnoKids' tersebut. Ir. Fayakhun Andriadi, M. Kom, anggota Komisi I DPR RI, pada makalahnya menyebutkan, globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi dan informasi membuat limitasi jarak tidak lagi menjadi hambatan (borderless).

Meminjam ungkapan David Held, teknologi dan informasi mengandung keluasan (extencity), kekuatan (intencity), kecepatan (velocity), dan dampak (impact) luar biasa yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Keempat hal itulah yang membuahkan peluang sekaligus ancaman dalam upaya memajukan kualitas kehidupan umat manusia melalui pemanfaatan jaringan internet. Dapat dikatakan bahwa ibarat pisau bermata dua, teknologi dan informasi mengandung potensi yang bermanfaat sekaligus merusak.

Namun suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, globalisasi membawa paradigma baru dalam kehidupan umat manusia. Sementara menurut Aswin Sasongko, Dirjen Aplikasi dan Telematika Depkominfo, pemerintah ingin melindungi masyarakat dari pengaruh konten negatif.

Inisiatif yang dilakukan pemerintah adalah pemanfaatan internet secara positif, sehat dan aman dengan meluncurkan sistem TRUST+ Positif. Artinya terpercaya, referensi utama, sehat dan teramankan. Selain itu juga perlindungan pada masyarakat terhadap nilai-nilai etika, moral, dan kaedah-kaedah yang tidak sesuai dengan citra bangsa Indonesia, mengurangi virus, spyware, spam, monitoring serta profiling.

Narasumber lain adalah Muhammad Salahudien, pengamat security internet dan Wakil Ketua ID-SIRTII. Menurutnya, generasi muda Indonesia saat ini sangat kreatif sehingga saking kreatifnya apa saja ingin di-hack walau hanya melihat-lihat saja situs orang/organisasi lain yang menurut mereka bolong-bolong.

Sedangkan Drs. Supriyanto, praktisi cybercrime dan penulis buku Net-Crime mengatakan, kejahatan cyber sudah tidak terbendung lagi. Sulit memisahkan berbagai aktifitas di internet antara jahat dan baik, tipis sekali. Seperti meng-upload photo orang lain di Facebook, apakah ini melanggar hukum atau tidak? Nah, bila si empunya foto keberatan dan tersinggung, maka jadilah aktifitas tersebut sebagai cybercrime.

Bagaimana nasib internet di masa depan? Semua narasumber setuju bahwa generasi muda kita harus dihindarkan dari pengaruh negatif, seperti pornografi, cybercrime dan berbagai aktifitas negatif lain. Siapa lagi yang peduli dengan bangsa ini bila bukan kita sendiri yang harus membangun dan menumbuhkan nasionalisme dan keutuhan NKRI.(dtc)

Terkini