Modal Awal Usaha Lebah Madu Rp7 Juta, Omset Perbulan Rp10 Juta

Jumat, 10 Juni 2016 | 00:00:17 WIB

Metroterkini.com - Muhammad Alimi (26) pemuda Dusun Sungai Limau, Desa, Kembung Luar, Kecamatan Bengkalis seorang pemuda yang jeli melihat prospek ekonomi di bidang budidaya lebah madu.

Mengetahui prospek ini dan belum ada yang melakukan usaha sejenis di desanya, pemuda yang menyelesaikan SMA nya tahun 2009 itu pun mulai menekuni usaha budidaya lebah madu.

Dengan modal Rp7 juta, Alimi memulai usaha lebah madu. Padahal sebelumnya, Muhammad Alim yang akrab disapa Alim punya usaha pecel lele di Jalan Sri Pulau depan Gedung Cik Puan, Kota Bengkalis. Namun, Alim kurang puas dan akhirnya mencoba budidaya lebah madu.

Ada 3 jenis budidaya lebah madu yang dilakukan Alimi yaitu kelulut, klanceng, dan lebah madu.

Jika kelulut dan klanceng ada 16 jenis. Lebah kelulut dan klnaceng baru bisa di panen setelah tiga bulan. Tidak demikian halnya dengan lebah madu yang masa panennya setelah 40 hari, dan hasilnya juga lebih banyak dengan harga jual jauh tinggi.

Harga 1 kati setara dengan 600 mililiter madu dari lebah dihargai Rp80 ribu di penangkaran. Jika di Kota Bengkalis harganya berkisar Rp100-120 ribu/kati.

Sementara untuk madu klanceng dan kelulut dengan berat yang sama hanya Rp 80.000/65 mililiter.

Hasil 1 kotak sarang lebah madu mampu menghasilkan hingga 2 kati madu.

Menurut Alimi, pada tahun pertama usahanya menghasilkan sebanyak 200-300 kati madu.

Akan tetapi untuk tahun ini, Alimi memperkirakan hasilnya menurun, karena musim bunga tanaman kurang.

Alimi memperkirakan panen tahun ini hanya akan menghasilkan 100 -200 kati saja.

Dari pengalamannya, hasil madunya akan meningkat pada bulan Maret sampai Oktober tiap tahunnya. Sementara dari November sampai Februari hasilnya berkurang, karena musim bunga tumbuhan juga berkurang.

Pada tahun 2014 lalu, dari madu klanceng dan kelulut selama 3 bulan menghasilkan 6 kati.

"Tahun ini, saya memperkirakan dari kelulut dan klanceng bisa mencapai 15 kati," kata Alimi yang omset perbulannya mencapai Rp10 juta.

Pada kesempatan itu, Alim mengajak masyarakat yang ingin mencoba budidaya lebah madu. Bagi mereka yang berminat cukup menyediakan modal usaha Rp. 3.000.000 saja. Uang sebanyak itu, untuk membeli papan, paku racun dan pembuatan bangsal.

"Seandainya ada warga dan tetangga saya yang ingin melakukan usaha budidaya madu ini, saya sangat mendukungnya, karena saya tak akan kehilangan lebah-lebah ternak saya yang terbang ke kotak orang lain," tutur Alimi, Jum'at (10/6/16).

Pemuda kreatif ini juga telah mengajarkan bagaimana menjadi seorang pembudidaya lebah madu pagi masyarakat yang ingin memanfaatkan Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) Desa Kembung Luar.

Alimi mengajarkan mulai dari proses awal hingga akhir. "Bagaimana cara memanennya juga saya ajarkan," ujarnya.

"Dalam kegiatan budidaya lebah ini yang paling penting adalah sabar karena bulan pertama hasilnya belum nampak, bulan ke 6 barulah modalnya kelihatan," tambahnya lagi.

Produk hasil budidaya lebah madu Alimi dipasarkan di Kecamatan Bantan, Kota Bengkalis, Kecamatan Bukit Batu, Duri, Pekanbaru bahkan ke Malaysia.

Namun, ada kalanya para pembeli datang langsung kepenangkaran melihat proses kegiatan peternakan budidayanya dan cara memanen.

Untuk menjamin keaslian madu produksinya, Alimi menjual madu berikut sarangnya.

"Sangat susah menentukan madu asli dengan yang telah dicampur dengan bahan lain, jadi dengan cara tadi pembeli merasa puas," ungkap remaja lajang kelahiran 2 April 1990.

Sementara saat memanen, Alimi juga punya kiat. Agar tidak terkena sengatan lebah, Alimi memilih memanen atau bekerja pada malam hari. Alimi memindahkan lebah maupun klanceng dan kelulut ke kotak yang baru dengan meletakkan di bawah bangsal yang telah disiapkannya. Baru setelah itu dipindahkan ke tempat yang sejuk misalnya di rumpun pandan, akasia, geronggang, karet, kelapa, dan buah-buahan.

"Sekarang musim bunga buah-buahan tak bisa dipedoman, berbeda dengan pepohonan yang berbunga sepanjang masa," pungkasnya. [rdi]

Terkini