Dicari Payung dan Keris Pangeran Diponegoro

Rabu, 18 Mei 2016 | 00:00:15 WIB

Metroterkini.com - Masih ada 2 pusaka Pangeran Diponegoro yang belum kembali. Yakni payung dan keris Nogosiluman. Namun keberadaan Nogosiluman diduga kuat masih di Belanda.

"Keris Nogosiluman, payung. Museum ini (Museum Nasional) jadi museum rujukan, satu sejarah yang sangat penting, bisa ada satu tempat khusus untuk memelihara benda Diponegoro, bisa buat satu kaitan, buat satu story yang utuh," demikian jawab sejarawan asal Inggris yang sudah lebih dari 4 dekade meneliti Pangeran Diponegoro, Peter Brian Ramsay Carey, saat ditanya pusaka Diponegoro yang belum kembali.

Carey menyampaikan hal itu di sela-sela seminar sejarah di hari museum internasional bertema "Objects, Museums, Histories: The Case of Diponegoro" di Museum Nasional Indonesia, Jl Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat, Rabu (18/5/16).

Soal keris Nogosiluman, Carey menduga kuat bahwa kerisnya berada di suatu ruang pusaka yang dimiliki Kerajaan Belanda.

"Tapi kita sudah tahu 100 persen, sudah yakin bahwa pada tahun 1831 ini ada di koleksi kerajaan. Ada kamar heritage, satu ruang di mana semua benda-benda yang agak aneh ditaruh di Den Haag di kerajaan Belanda. Story yang utuh, karena saat Raden Saleh yang masih muda disuruh buat laporan untuk Belanda, dia buat deskripsi ini adalah Nogosiluman dan ini benda yang ada kaitan dengan Diponegoro, 14 luk, bisa panggil Ratu Kidul," jelas dia.

Harus ada peneliti yang merunut khusus keberadaan keris ini di Belanda. "Mengapa tidak Indonesia kirim peneliti untuk melacak di mana. Ini tergantung Indonesia, apakah akan membayar peneliti untuk itu," imbaunya.

Sedangkan sejarawan Rijksmuseum Belanda, Harm Stevens mengatakan benda-benda yang berkaitan dengan Diponegoro di museumnya adalah benda-benda yang tidak dimiliki langsung oleh Pangeran Diponegoro.

"Ada beberapa koleksi soal Diponegoro, seperti hasil sketsa Diponegoro. Namun tak ada yang dimiliki langsung oleh Diponegoro," tutur Stevens saat dikonfirmasi di tempat yang sama dalam kesempatan terpisah.

Harm Stevens adalah sejarawan Rijksmuseum yang meneliti tentang tongkat Diponegoro dan membantu pengembalian tongkat Diponegoro pada keluarga keturunan JC Baud. Keluarga JC Baud menyimpan tongkat Diponegoro itu selama 183 tahun sebelum dikembalikan ke Indonesia pada Februari 2015 lalu.

Sedangkan peneliti dan sejarawan Belanda dari Netherland Institute for Military History, Dr Mark Loderich saat dikonfirmasi tentang informasi dari Peter Carey mengatakan tidak tahu persis, tapi kemungkinan besar bisa jadi masih menjadi koleksi kerajaan Belanda.

"Kerajaan punya banyak koleksi, namun biasanya mereka memberikan ke museum, tak dimiliki sendiri. Mereka berikan ke Rijksmuseum atau museum lain dan dipamerkan. Jadi mesti tanya orang di museum," tutur Loderich dalam kesempatan terpisah.

Loderich menambahkan pada abad 19, sudah lazim pihak yang memenangkan perang mengambil harta pampasan perang. Namun, Loderich percaya keterangan Peter Carey kemungkinan besar benar karena tak meragukan dedikasinya meneliti Diponegoro.

"Saya pikir sangat besar kemungkinannya. Namun dugaan saya itu sudah dikembalikan ke Indonesia tahun 1977, atau bila benar ada koleksi keris milik kerajaan Belanda, mesti diteliti lagi, di mana persisnya, apakah benar itu punya Diponegoro," tuturnya.

Sebelumnya, Peter Carey, peneliti naskah "Babad Diponegoro" selama 40 tahun ini menekankan pentingnya keris Kiai Nogosiluman ini, karena keris itu dirampas dan dikirim ke Belanda bersama Tombak Kiai Rondhan dan pelana kuda, sebagai bukti sang pangeran telah ditaklukkan dan ditangkap pada 11 November 1829. Keris, tombak dan pelana diserahkan pada Raja Willem I yang bertahta 1813-1840 di Den Haag.

Raden Saleh, pelukis yang sedang magang di Belanda antara 1830-1839 dipanggil Istana di Den Haag untuk mendeskripsikan benda-benda pusaka, termasuk keris Kiai Nogosiluman.

Kemudian, pihak Kerajaan mengeluarkan beberapa benda pusaka, ada yang dikembalikan ke Indonesia, ada yang dihadiahkan kepada organisasi veteran perang. Yang sudah dikembalikan ke Indonesia adalah tombak dan pelana kuda, pada tahun 1978 oleh Ratu Juliana, di bawah ketentuan Kesepakatan Budaya Belanda-Indonesia tahun 1968. Yang dihadiahkan ke organisasi veteran perang adalah keris Kiai Nogosiluman.

Kini, keberadaan keris Kiai Nogosiluman itu simpang siur. Informasi terakhir yang diketahui Peter, keris itu berada di dalam museum etnografi di Leiden, Belanda.

Hingga saat ini baru ada 3 pusaka Pangeran Diponegoro yang sudah dikembalikan ke Indonesia, yakni tombak Kiai Rondhan, pelana kuda dan tongkat Kiai Cokro dan menjadi koleksi Museum Nasionel. Sedangkan jubah Diponegoro berada di museum di Jawa Tengah. [detik]

Terkini