Bupati Bengkalis Ramah Tamah dengan Veteran

Bupati Bengkalis Ramah Tamah dengan Veteran

Metroterkini.com - Bupati Bengkalis H Herliyan Saleh beramah tamah dengan legiun veteran Indonesia Bengkalis di Balai Keraatan Sri Mahkota Wisma Daerah Bengkalis, Senin (18/8). 

Kapten veteran Kartawijaya yang didaulat wakili Legiun Veteran Kabupaten Bengkalis memaparkan sekelumit perjuangannya. Ia terlebih dahulu menjelaskan secara gamblang tentang tentara atau polisi berhak disebut veteran.

Menurutnya, berdasarkan undang-undang ada beberapa katagori veteran. Pertama pejuang 45, veteran pembela (Trikora, Veteran Dwikora, Veteran Seroja, dan Veteran Perdamaian (Kontingen Pasukan Garuda) yang ditugaskan ke luar negeri serta terakhir veteran anumerta. Mereka semua berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

Karwijaya yang mantan Korp Komando (KKO) sekarang Marinir, merupakan pejuang Dua Komando Rakyat (Dwikora). Menurut Kartawijaya, fase Dwikora terjadi dari 3 Mei 1964-1966.

Salah satu medan juangan Kartawijaya pada 50 tahun lalu, adalah saat Bangsa Indonesia menentang berdirinya Negara Malaya oleh Inggris. Saat itu, Kartawijaya dengan pangkat terakhir Kapten pada 1 Mei 1963 ditempatkan di Irian Barat menerima kembalinya Irian kepangkuan Indonesia.

Karena terjadinya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia (Ganyang Malaysia), Kartawijaya ditugaskan ke Riau, tepatnya di Tanjung Balai Karimun yang saat ini masuk Provinsi Kepulauan Riau.

Kartawijaya memaparkan saat itu Inggris telah menjadikan Pulau Singapura sebagai Pusat Komandonya.

Jika ini dibiarkan, Inggris akan mencaplok Indonesia. Makanya muncul semboyan saat itu "Keluar dari mulut harimau akan masuk ke mulut buaya" yang menyulut semangat patriotis rakyat Indonesia.

Tugas utama Kartawijaya di Karimun adalah mendidik para sukarelawan yang akan disusupkan ke Malaya dan Singapura, membuat bahan peledak untuk sukarelawan.

Persiapkan untuk melenyapkan Negara Malaya buatan Inggris terus digelorakan Presiden Indonesia saat itu, Soekarno.

Komando ganyang Malaysai (Kogam) mengultimatum Malaya dalam waktu 2 X 24 jam Negara Malaya dan Singapura harus bubar atau Indonesia akan membumi hangsukan Singapura.

Sebelum diultimatum, Indonesia telah menyusupkan para komandonya ke negara jiran itu, diantaranya Usman dan Harun.

"Melihat situasi ini, pada tanggal 30 Agustus 1965 Malaysia mengajak Indonesia ke maja berundingan," pungkas Kartawijaya penuh semangat menceritakan sepenggal kisah perjuangannya. [rdi]

Berita Lainnya

Index