Mengenal Lebih Dekat Tentang Keunikan Suku Asli di Riau

Mengenal Lebih Dekat  Tentang Keunikan Suku Asli di Riau

Metroterkini.com - Bila Anda ditanya tentang suku bangsa yang mendiami Pulau Sumatera, Anda mungkin akan langsung menjawab suku Batak atau suku Minangkabau. Kedua contoh suku tersebut memang populer karena menjadi suku yang paling banyak menghuni beberapa wilayah di Sumatera. Namun, sebenarnya ada beberapa suku asli lain yang mendiami Pulau Sumatera yang mungkin belum Anda kenal, contohnya adalah suku asli Riau.

Sama halnya dengan wilayah lain di Indonesia, Provinsi Riau memiliki suku asli yang sampai sekarang masih hidup berkelompok dan terus menjunjung tinggi adat istiadat yang mereka peroleh dari nenek moyang mereka. Kebanyakan suku-suku asli ini tetap mempertahankan tradisi yang menjadi ciri khas mereka dan tidak terpengaruh dengan budaya modern.

Riau sendiri tak hanya memiliki satu suku asli, namun ada beberapa suku asli yang hidup dengan kebudayaan mereka masing-masing. Di bawah ini akan sedikit diuraikan tentang beberapa suku asli di Riau yang harus Anda ketahui.

Suku Sakai

Suku asli di Riau yang pertama akan kita bahas adalah suku Sakai. Kata Sakai sendiri konon merupakan singkatan dari Sungai, Kampung, Anak, Ikan. Hal ini memiliki makna bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup di sekitar sungai dan menggantungkan hidup mereka pada hasil kekayaan sungai seperti ikan.

Suku Sakai adalah orang-orang yang tergolong dalam ras Veddoid. Umumnya mereka memiliki ciri-ciri fisik berkulit cokelat agak gelap dengan rambut keriting atau berombak.

Asal-usul suku Sakai sendiri masih menjadi perdebatan, namun banyak yang meyakini bahwa suku Sakai berasal dari keturunan Pagaruyung, Minangkabau, yang berabad-abad lalu telah hijrah ke Riau.

Seperti kebanyakan suku asli lainnya, suku Sakai punya sejumlah tradisi adat. Mereka umumnya memiliki upacara atau ritual tersendiri untuk kelahiran, pernikahan, maupun kematian atau pemakaman. Kebanyakan orang Sakai menganut kepercayaan animisme dan meyakini adanya ‘antu’ atau makhluk gaib.

Seiring perkembangan zaman, sebagian suku Sakai mulai memeluk agama lain seperti Islam dan Kristen, hanya saja kebiasaan mereka terhadap hal-hal yang berbau magis kadang masih mereka lakukan.

Selain hidup di sekitar sungai, suku Sakai juga hidup di hutan-hutan dan mencari nafkah dengan berburu. Suku sakai sendiri kerap nomaden (berpindah-pindah). Namun saat ini hutan di wilayah Riau berkurang, sehingga suku inipun tak lagi melakukan tradisi nomadennya.

Ciri khas suku Sakai yang hidup di sungai dan mencari ikan sebagai penghidupan memang terkesan primitif, mungkin karena inilah sebagai suku Sakai yang sudah maju tidak menyukainya karena dianggap terlalu kuno atau tidak modern.

Suku Sakai sendiri tak hanya tinggal di Provinsi Riau. Populasi suku Sakai sudah menyebar di berbagai wilayah dari Riau hingga Jambi dan berbaur dengan orang-orang luar yang lebih modern. Saat ini, orang-orang suku Sakai sudah banyak yang maju, mengenyam pendidikan layak, menuai prestasi bahkan meraih gelar sarjana.

Suku Talang Mamak

Suku asli dari Riau yang lain adalah suku Talang Mamak yang tergolong suku Melayu Tua. Mereka adalah suku asli Indragiri, Riau, yang juga disebut suku Tuha (pendatang pertama).

Talang Mamak berasal dari kata Talang yang memiliki arti ladang dan juga Mamak yang memiliki arti ibu. Selain Talang Mamak, suku ini juga punya sebutan lain, seperti suku Anak Dalam dan suku Langkah Lama.

Hampir sama dengan suku Sakai, suku Talang Mamak konon berasal dari Pagaruyung yang pindah dan tinggal di Indragiri. Hal ini disebabkan karena adanya konflik, baik adat maupun agama, sehingga mereka terdesak dan mencari tempat tinggal lain.

Suku Talang Mamak umumnya hidup dengan memanfaatkan kekayaan alam. Mereka berburudi hutan-hutan, menangkap ikan, maupun memanfaatkan hasil hutan lainnya yang bisa digunakan untuk kelangsungan hidup mereka.

Namun seiring perkembangan zaman, suku inipun tak lagi bergantung pada hasil hutan. Mereka mulai mengenal bercocok tanam sehingga sebagian dari mereka akhirnya berladang dan menyadap getah karet.

Untuk masalah tradisi, suku Talang Mamak punya beberapa upacara khusus yang sampai sekarang masih dipertahankan. Misalnya saja Gawai atau pesta pernikahan, Tambat Kubur yang merupakan upacara 100 hari kematian, atau Kemantan yang merupakan ritual pengobatan penyakit.

Kepercayaan asli suku Talang Mamak adalah animisme. Mereka sangat percaya bahwa ada kekuatan gaib pada benda-benda di sekitar mereka termasuk hutan. Namun saat ini sebagian masyarakat Talang Mamak telah menganut agama Islam maupun Kristen, hanya saja mereka terkadang masih melakukan ritual-ritual yang mungkin memiliki unsur animisme.

Suku Akit

Suku Akit adalah suku asli di Riau yang mendiami Pulau Rupat, Kecamatan Rupat, Bengkalis, Riau. Suku ini disebut sebagai orang Akit karena mereka kerap menggunakan rakit untuk berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Mereka akan menyusuri pantai atau sungai, dan apabila telah menemukan tempat yang cocok, suku ini akan membangun rumah-rumah di pinggir sungai atau pantai agar mereka lebih leluasa melakukan kegiatan mereka di daratan.

Suku Akit menggantungkan hidup mereka pada alam. Suku ini berburu binatang atau memanfaatkan hasil hutan, misalnya saja sagu yang kemudian diramu dan bisa menjadi persediaan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Selain itu suku Akit juga sering menangkap ikan dengan menggunakan bubu, yaitu sejenis perangkap sederhana yang dibuat oleh suku tersebut. Kepercayaan suku Akit adalah animisme, dan mereka memiliki sejumlah tradisi khusus seperti halnya suku lain yang ada di Riau.

Misalnya saja dalam upacara pernikahan, makanan khas berupa daging babi dan tuak pohon nira adalah hal yang wajib tersedia. Upacara inipun diwarnai oleh tari-tarian dan nyanyian khas suku Akit.

Suku Akit asli jarang berinteraksi dengan orang luar dan umumnya hanya bergaul dengan sesama masyarakat Akit. Suku Akit dikenal sebagai suku yang kental dengan pengetahuan ilmu hitamnya.

Mereka juga terkenal mampu meramu obat-obatan yang sebenarnya bisa membahayakan nyawa manusia. Mungkin karena inilah banyak penduduk luar yang enggan berinteraksi dengan suku ini, sehingga suku Akit semakin terasingkan.

Pemerintah sendiri tak tinggal diam dengan hal ini dan mulai mendirikan pemukiman tetap bagi suku Akit. Lewat kepedulian pemerintah ini pula, suku Akit mulai mengenal bercocok tanam dan cara bertani yang lebih modern. 

Suku Laut

Suku terakhir yang kita bahas adalah suku Laut yang mendiami wilayah Batam, Privinsi Riau. Seperti namanya, ciri khas suku Laut adalah tinggal di atas perairan. Sebagian dari mereka juga biasanya bermukim di muara sungai atau pesisir pantai. Maka, hampir seluruh waktu kehidupan mereka akan berlangsung di atas air dan sekitarnya.

Suku yang juga punya sebutan lain sebagai orang Selat ini konon kabarnya adalah perompak yang punya peran penting bagi Kerajaan Sriwijaya maupun Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Tugas mereka adalah menjaga selat dari bajak laut serta menjaga dan memandu pedagang yang melewati perairan tersebut agar sampai di pelabuhan kerajaan.

Tinggal di perairan atau laut otomatis membuat sebagian besar suku ini menggantungkan hidup mereka pada hasil laut. Mereka kerap berburu ikan maupun hasil laut lainnya seperti tripang dan cumi-cumi. Bahkan, dalam perburuan ini konon kabarnya orang Laut mampu menyelami lautan hingga kedalaman puluhan meter.

Seperti suku Riau lain, suku Laut umumnya masih menganut kepercayaan animisme. Namun saat ini beberapa di antara mereka mulai memeluk agama lain seperti Islam dan Kristen.

Suku ini seolah-olah memang sudah menyatu dengan laut. Orang Laut sepertinya memang terlahir sebagai orang yang akan selalu memanfaatkan laut dalam kehidupan mereka.

Hal ini terbukti saat pemerintah menunjukkan kepedulian mereka pada suku ini dengan membangun pemukiman tetap di daratan. Tapi, suku Laut tidak mau menghuni rumah-rumah tersebut dan lebih memilih tinggal di laut. [blog.anny]

Berita Lainnya

Index