Motif Pembuatan Tabloid 'Obor Rakyat' Mulai Terungkap

Motif Pembuatan Tabloid 'Obor Rakyat' Mulai Terungkap

Metroterkini.com - Pembuat tabloid Obor Rakyat, yang berisi sejumlah tudingan berbau SARA kepada capres Joko Widodo ( Jokowi ) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ), perlahan mulai terungkap. Pelaku terungkap bukan dari hasil penyelidikan Badan Pengawas Pemilu ( Bawaslu ) atau pihak kepolisian, melainkan berdasarkan laporan investigasi sejumlah media.

Sejumlah nama disebut di balik tabloid yang tersebar ke sejumlah pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat itu. Nama wartawan yang tertuding pun akhirnya mengaku membuat tabloid yang menurut Dewan Pers merupakan media propaganda berisi fitnah tersebut.

Berikut proses terungkapnya pembuat Obor Rakyat:

1. Berawal dari kicauan Gungun Heryanto

Merdeka.com - Adalah Gun Gun Heryanto, dosen ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang mengungkap pengelola tabloid ini. Maklum, tulisan Gun Gun Heryanto dimuat di Obor Rakyat. Gun Gun menuding Darmawan Sepriyossa, penulis kolom tetap di portal berita inilah.com telah menjebaknya. 

Alkisah, pada 25 April lalu, Darmawan Sepriyossa menghubungi Gun Gun Heryanto, memintanya menulis kolom analisis tentang PDI Perjuangan dalam mengikuti pemilihan presiden.

"Dia (Darmawan) bilang mau bikin tabloid baru," kata Gun Gun.

Dalam percakapan telepon itu, Darmawan sama sekali tak menyebut nama tabloid itu. Tanpa curiga, Gun Gun pun mengirimkan naskah kolomnya.??Tapi sang kolomnis kaget bukan kepalang ketika ia tahu tulisannya muncul di Tabloid Obor Rakyat yang dilaporkan tim hukum pasangan Jokowi-JK ke Badan Pengawas Pemilu, 4 Juni 2014.

Gun kecewa dan merasa tertipu oleh Darmawan. Ia tak menyangka, Darmawan yang punya rekam jejak sebagai bekas wartawan Republika dan TEMPO itu akan jatuh serendah itu. 

Portal berita inilah.com , tempat Darmawan kini menjadi kolomnis tetap, didirikan Muchlis Hasyim, bekas wartawan Media Indonesia. Portal ini kini dikenal sebagai media online yang terdepan dalam menulis berita positif pasangan Prabowo-Hatta dan berita negatif pasangan Jokowi - JK . Sebuah perubahan yang aneh, karena di periode pemerintahan SBY - Jusuf Kalla (2004-2009), Muchlis Hasyim adalah media officer Jusuf Kalla yang mendampingi sang wakil presiden hampir di setiap kesempatan di dalam dan luar negeri. 

2. Darmawan Sepriyossa akhirnya bicara

Merdeka.com - Tak tahan menanggung beban dihujat sendirian, kolomnis portal berita inilah.com , Darmawan Sepriyossa akhirnya angkat bicara. Pria yang selama ini dituding berada di balik terbitnya kampanye hitam lewat Tabloid Obor Rakyat mengungkap pelaku sebenarnya.

Sang pelaku adalah Setiyardi, salah satu Komisaris PTPN XIII. Dan bukan kebetulan jika Setiyardi adalah kawan dekat Darmawan. Mereka sama-sama bekas jurnalis di Majalah TEMPO.

Dalam testimoninya di inilah.com , Darmawan berkisah. Suatu hari di akhir April 2014, setelah Pemilihan Legislatif 2014 yang memunculkan PDI Perjuangan sebagai pemenang ia ditelepon Setiyardi.

"Dia bilang, sedang coba-coba membuat tabloid politik, dan meminta saya mencarikan pengamat politik yang bisa menuliskan artikel," tulis Darmawan. 

Untuk setiap artikel pendek itu, Darmawan meminta honor Rp 2 juta yang harus dibayar dua hari setelah tulisan diterima. Darmawan kemudian menghubungi penulis yang juga dosen ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto. Gun Gun inilah yang belakangan berang setelah tahu tulisannya muncul di Tabloid Obor Rakyat.

Dua hari kemudian, Darmawan dan Setiyardi bertemu di sebuah rumah makan. Mereka berdiskusi dalam sikap yang sama: cari cara untuk turut andil menghambat naiknya Joko Widodo jadi presiden. Sebagai bekas jurnalis di media ternama, Setiyardi telah datang dengan sebuah konsep: menerbitkan tabloid, Tabloid Obor Rakyat.??Semula Darmawan kaget dengan kenyataan bahwa tabloid itu tak dikelola sebuah tim kerja.

"Waktu saya tanya soal tabloid itu, siapa saja pengelolanya. Setiyardi mengatakan belum ada, hanya dirinya. Tentu saja saya kaget. Meski bukan tidak mungkin, itu pekerjaan yang teramat sulit," kisah Darmawan. 

Tapi Setiyardi sudah punya jalan keluarnya. "Kita ambil saja tulisan-tulisan kritis yang berseliweran di Facebook, Twitter, kan banyak," kata Setiyardi, seperti ditulis Darmawan. ?

Menurut Setiyardi, tak semua orang punya akun di Facebook dan bahkan tidak mengakses internet dalam kesehariannya. Untuk itulah dibutuhkan sebuah media cetak untuk meneruskannya ke khalayak yang tak membaca laman-laman di dunia maya.

Darmawan terbujuk. Ia bersedia mengelola tabloid itu dengan nama samaran, sementara Setiyardi memampangkan namanya di kotak redaksi, tapi dengan nama panjang Setiyardi Budiono.

"Dia bahkan berkata akan menambahkan nama almarhum ayahnya dalam mashead, menjadi Setiyardi Boediono," tulis Darmawan.

3. Pimred Obor Rakyat Setiyardi orang Istana

Merdeka.com - Nama Setyardi Budiono terpampang sebagai Pemimpin Redaksi Tablod Obor Rakyat yang beredar di pesantren belakangan ini. Darmawan juga sempat bertanya, dari mana dana pembuatannya. Setiyardi menjawab dananya sendiri lebih dari cukup untuk membiayai penerbitan.

Darmawan percaya. Bukan sekali dua Setiyardi bikin media cetak. Pada sekitar 2005 lalu, misalnya, perusahaannya, Senapati Media, sempat membuat majalah bulanan luks bernama 69+, yang dia bagikan gratis. Biaya produksi dll semuanya ditutup oleh iklan.

Setiyardi sendiri di halaman Facebook-nya benar-benar lantang memuja Prabowo dan menghujat Joko Widodo . Dalam banyak status, ia mendorong Kejaksaan Agung untuk menyatakan Joko Widodo sebagai tersangka dalam kasus Trans Jakarta.

Lelaki asal Lampung ini lulusan STT Telkom Bandung. Ia berpindah jalur jadi wartawan Majalah TEMPO sejak majalah berita itu terbit kembali pasca bredel tahun 1998. Sebuah skandal keuangan kecil membuat ia diminta keluar dari majalah tersebut. ??Pada saat Pilkada DKI tahun 2012, Setiyardi aktif sebagai anggota tim media di tim sukses Fauzi Bowo yang kemudian dikalahkan oleh Joko Widodo.

Kendati kalah, Setiyardi telah punya cantolan hidup langsung di pusat kekuasaan: Andi Arief, staf khusus Presiden RI bidang bencana. Setiyardi adalah kawan sekampung Andi Arief, sama-sama dari Lampung. Tapi entah bagaimana prosesnya, Setiyardi kemudian jadi asisten Velix Wanggai, staf khusus Presiden RI bidang otonomi daerah.??

Tahun 2013, Setiyardi diangkat menjadi Komisaris PT. Perkebunan Nasional XIII -- sebuah BUMN perkebunan yang mengelola perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit dan karet di Pulau Kalimantan. Ayah tiga anak ini kini bermukim di Komplek PWI di kawasan Cipinang, Jakarta Timur.

Merdeka.com telah mencoba menghubungi Setyardi, namun telepon selulernya tidak diangkat. Pesan singkat juga tidak dibalasnya.

4. Andi Arief bantah Istana terlibat

Merdeka.com - Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial Andi Arief menanggapi dugaan keterlibatan orang Istana dalam penggarapan tabloid 'Obor Rakyat'. Menurut Andi Arief, tak ada jabatan deputi di bawahnya.

"Kami menyatakan bahwa tidak ada deputi di staf khusus presiden bidang bencana alam dan bantuan sosial," kata asisten staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial Yanno Nunuhitu lewat Andi Arief, Jumat (13/6).

Pihak Istana menilai isi tabloid tak ada yang istimewa, tak seperti yang jadi anggapan banyak orang sebagai media black campaign. Apa yang jadi konten tabloid, dinilai tak ubahnya seperti info yang disebarkan lewat media sosial.

"Jika ada pihak yang terganggu silakan menggunakan hak jawab. Atau jika ada yang mau melaporkan ke polisi karena merasa dicemarkan, silakan saja. Toh ada juga laporan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh flobamora institute terhadap Hendropriyono," lanjutnya.?? [merdeka.com]

Berita Lainnya

Index